Kondor Class: Penyapu Ranjau TNI AL dari Era Perang Dingin
|Pada periode tahun 1992 – 1993, dunia alutsista di Indonesia terfokus pada momen pembelian armada kapal perang eks Jerman Timur. Pasalnya memang ada 39 kapal perang dari jenis korvet, LST (Landing Ship Tank), dan penyapu ranjau yang diboyong dalam waktu berkdekatan. Meski pengadaannya penuh kontroversi dari segi biaya yang besar, tapi toh kehadiran 39 kapal perang ini memang memberi arti yang besar bagi kekuatan tempur armada TNI AL.
Baca juga: Tripartite Class – Kapal Pemburu Ranjau Andalan TNI AL
Harus diakui hingga kini, dari ke-39 kapal perang, nama korvet kelas Parchim adalah yang paling kondang dalam publikasi. Hal ini bisa dipahami, karena tugas korvet ini sebagai bagian dari unsur pemukul dari Satuan Kapal Eskorta TNI AL yang padat dengan senjata pamungkas, seperti meriam laras ganda AK-725 kaliber 57mm, roket anti kapal selam RBU-6000, kanon reaksi cepat AK-230, dan rudal anti serangan udara Strela. Jumlah korvet ini pun lumayan banyak, yaitu 15 unit. Berlanjut ke armada LST kelas Frosch yang jumlahnya ada 14 unit.
Dan, terakhir ada kapal penyapu ranjau kelas Kondor yang jumlahnya ada 9 unit. Dari ketiga tipe kapal eks-Jerman Timur (Volksmarine) ini, Kondor Class sosoknya terbilang masih asing bagi sebagian pemerhati alutsista. Sesuai dengan fungsi yang diembannya, armada Kondor Class masuk dalam arsenal Satran (Satuan Kapal Penyapu Ranjau) TNI AL, baik Satran Koarmabar dan Satran Koarmatim. Kehadirannya pada tahun 1992-1993, melengkapi kekuatan Satran yang sebelumnya telah mengoperasikan kapal buru ranjau kelas Tripartite buatan Belanda.
Baik korvet Parchim dan penyapu ranjau kelas Kondor dirancang pada awal tahun 70-an sebagai arsenal kekuatan Pakta Warsawa. Peran utamanya tak lain untuk menandingi armada kapal perang NATO, terutama dalam misi anti kapal selam. Kondor Class dibangun oleh galangan VEB Peenewerft, Wolgast pada tahun 1971. Selain punya peran sebagai penyapu ranjau, kapal ini juga punya tugas lain, yaitu sebagai armada kapal patroli. Untuk tugas sapu ranjau, kapal ini dilengkapi teknologi deteksi sonar MG-11/Tamir-II.
Sementara untuk menetralisir ranjau yang berhasil di deteksi, dapat menggunakan peralatan Double Oropesa Sweep, yaitu Alat Penyapu Ranjau (APR) mekanik yang dilengkapi dengan gunting ledak (Explosive Cutter) yang berfungsi untuk penyapuan ranjau jangkar. Peralatan ini sangat berguna untuk memutuskan rantai ranjau jangkar, sehingga bola ranjau jangkar yang terkena sapuan APR ini akan mengapung di permukaan air laut. Selanjutnya bola ranjau ini bisa dinetralisasir oleh Tim EOD (Explosive Ordnance Disposal).
Dalam pengoperasiannya APR ini ditunda oleh Kapal Penyapu Ranjau atau Tug Boat Low Magnetic. Kemudian ada Mini Dyad Sweep, yaitu Alat Penyapu Ranjau (APR) yang terdiri dari beberapa batang/pipa magnetik (Orange pipe) yang bisa menghasilkan medan magnet pengaruh yang penggunaannya ditunda oleh Kapal Penyapu Ranjau. Rangkaian Mini Dyad Sweep juga dilengkapi dengan alat pembangkit suara (noise generator) sehingga bisa berfungsi ganda yaitu sebagai APR Akustik dan Magnetik.
Dilihat dari strukturnya, Kondor Class II punya dimensi 56,52 x 7,78 x 2,46 meter. Ditenagai oleh dua unit mesin diesel 2 shaft yang menghasilkan tenaga 4.400 bhp. Dengan bobot 479 ton, kapal ini dapat melaju dengan kecepatan jelajah 18 knot. Dari sisi persenjataan, kapal ini diketahui dilengkapi 2 kanon 2M3 berlaras ganda kaliber 25mm dan SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7mm.
Dikutip dari http://satranarmatim.wordpress.com, disebutkan saat ini kondisi teknis kapal , baik platform maupun Sewaco (sensor, weapon, and command) pada umumnya dalam keadaan siap terbatas atau tidak siap, hal ini dikarenakan banyak peralatan-peralatan yang mengalami kerusakan terutama peralatan yang diperlukan untuk mendukung fungsi asasinya sebagai kapal penyapu ranjau. Oleh Karena itu, untuk meningkatkan kemampuan tempur kapal kelas Kondor, perlu diadakan perbaikan peralatan-peralatan tertentu baik bidang platform maupun Sewaco sehingga fungsi asasi dan tugas pokoknya dapat terlaksana sesuai yang diharapkan.
Seperti pada bulan April tahun 2012, KRI Pulau Raas-722 dan KRI Pulau Rimau-724 melaksanakan docking di Dock Jogja Fasharkan Surabaya dalam rangka perbaikan maupun pergantian peralatan khususnya dibagian Platform, seperti pergantian mesin pendorong (engine) yang dipesan langsung dari Verbuse Amerika, replate geladak, perbaikan akomodasi, dan pergantian beberapa peralatan untuk mendukung kegiatan operasional kapal. Diharapkan setelah melaksanakan perbaikan, ke dua kapal penyapu ranjau yang dimiliki TNI AL tersebut dapat kembali beroperasi sesuai fungsi asasinya.
Seperti disebutkan diatas, beberapa kapal kelas Kondor telah mengalami penurunan pada kemampuannya, terutama pada fungsi sapu ranjau. Nah, karena malfungsinya pada kemampuan sapu ranjau tersebut, dua dari kesembilan kapal tersebut kemudian dimutasikan tugasnya, awalnya menjadi arsenal Satran kini beralih menjadi armanda Satrol (Satuan Kapal Patroli) TNI AL. Kedua kapal tersebut adalah KRI Pulau Rondo 725 yang berubah menjadi KRI Kelabang 826, dan KRI Pulau Raibu 728 yang berubah identitas menjadi KRI Kala Hitam 828.
Mengingat usia pengabdiannya yang cukup tua, diperlukan solusi untuk memperpanjang usia dan kemampuan kapal ini. Contohnya dilakukan program repowering yang mencakup pengadaan motor pokok gear box dan sistem kontrol, perbaikan DG dan MSB, pengadaan cat bawah garis air dan zink anoda, perawatan bawah garis air, perbaikan sistem pendingin, perbaikan sistem akomodasi/ruangan-ruangan, pengadaan alat bahari, perbaikan kompresor berikut sistemnya, perbaikan dan pengadaan alat keselamatan, dan gear box baru.
Pasca reunifikasi Jerman, armada kapal Kondor tidak lagi diaktifkan. Selain dijual ke Indonesia, Kondor Class juga dijual ke AL Uruguay pada 1991 (3 unit) dan ada 2 unit yang dijual ke AL Latvia. Bila di Indonesia kapal ini masih beroperasi, lain lagi di Malta, ada 2 unit kapal penyapu kelas Kondor yang sudah resmi dijadikan ‘rumah ikan’ sejak tahun 2007. Kedua kapal ini ditenggelamkan pada kedalaman 37 meter, selain menjadi tempat hunian ikan, obyek kapal penyapu ranjau dari era Perang Dingin ini juga laris dikunjungi para wisatawan bawah air. (Bayu Pamungkas)
Formasi Awal Armada Penyapu Ranjau Kelas Kondor TNI AL
721 Pulau Rote 1971 PAC ex-811
722 Pulau Raas 1973 PAC ex-353
723 Pulau Romang 1971 PAC ex-325
724 Pulau Rimau 1972 PAC ex-332
725 Pulau Rondo 1972 PAC ex-335
726 Pulau Rusa 1972 PAC ex-341
727 Pulau Rangsang 1972 PAC ex-342
728 Pulau Raibu 1973 PAC ex-311
729 Pulau Rempang 1973 PAC ex-336
Terima kasih atas informasinya.
nampaknya kemampuan kapal ini sudah jauh dibawah standar, termasuk untuk tugas intinya