Intip Kecanggihan Meriam ‘Lipat’ Bofors 57 MK.3 Super Stealth pada Fregat Maharaja Lela Malaysia

Meski pembangunannya diwarnai delay panjang dengan sejumlah polemik, fregat Angkatan Laut Malaysia Maharaja Lela class, rupanya dibekali persenjataan unik, yaitu pada haluan terpasang meriam Bofors 57 MK.3 L70 Naval Gun dengan Stealth Cupola, menjadikan Maharaja Lela kapal perang kedua yang mengadopsi Bofors MK110 dengan stealth cupola setelah korvet Visby class milik Angkatan Laut Swedia.

Baca juga: Uji Kemampuan Bofors 57 MK.3, KRI Panah 626 Sukses Lalui Tahapan Live Firing Test

Belum lama terpublikasi foto tahap pemasangan Bofors MK110 stealth cupola oleh Lunas Shipyard. Keluarga meriam Bofors 57 mm memiliki silsilah panjang yang dimulai sejak akhir 1940-an. Namun, varian MK.3 atau MK110 yang kita kenal sekarang pertama kali diperkenalkan pada pertengahan 1990-an sebagai evolusi dari seri MK.2. Fokus utamanya bukan sekadar menembak jatuh pesawat, melainkan menghadapi ancaman kontemporer seperti rudal anti-kapal dan kapal cepat berukuran kecil.

Hingga saat ini, BAE Systems Bofors (Swedia) telah memproduksi ratusan unit meriam ini. Kesuksesan terbesarnya datang ketika Angkatan Laut Amerika Serikat memilihnya sebagai senjata utama untuk program Littoral Combat Ship (LCS) dan kapal patroli penjaga pantai mereka.

Di luar Swedia dan AS, negara-negara seperti Kanada, Finlandia, Indonesia, hingga Malaysia (melalui proyek Maharaja Lela) telah bergabung dalam jajaran pengguna meriam canggih ini.

Meskipun banyak kapal menggunakan meriam Bofors 57 mm MK.3 (MK110), tidak semuanya menggunakan versi kubah (cupola) “Super Stealth” yang larasnya bisa ditekuk atau dilipat masuk sepenuhnya ke dalam.

Spesifik mengenai varian dengan laras yang bisa disembunyikan sepenuhnya (fully retractable barrel) untuk meminimalkan Radar Cross Section (RCS), maka jawabannya adalah fregat Maharaja Lela class Malaysia adalah yang pertama mengadopsi fitur unik ini setelah Visby class.

Bofors MK.3 Super Stealth di Visby class.

Sebagai catatan, meskipun banyak kapal menggunakan Bofors 57 mm (seperti LCS US Navy atau KCR-60 Indonesia), mereka menggunakan cupola standar di mana larasnya tetap mencuat keluar. Varian “Super Stealth” seperti pada Visby dan Maharaja Lela dirancang khusus agar garis siluet kapal tidak terganggu oleh tonjolan laras meriam saat sedang melakukan mode senyap atau infiltrasi.

Dalam dunia peperangan laut modern, laras meriam yang mencuat adalah “pengkhianat” bagi kapal siluman. Ujung besi yang panjang itu memantulkan gelombang radar musuh dengan sangat jelas. Menjawab tantangan ini, BAE Systems Bofors menciptakan varian khusus dari meriam 57 mm MK.3, yang mampu menarik seluruh larasnya ke dalam kubah pelindung.

Korvet Stealth Visby Class Swedia Dipasangi Rudal Hanud Sea Ceptor, Sejenis yang Ditawarkan ke Korvet Bung Tomo class

Sistem ini bukanlah sekadar mekanisme fisik melipat besi. Di dalam kubah (cupola) yang berbentuk miring tajam—dirancang menyerupai potongan permata—terdapat mekanisme aktuator presisi yang mampu menarik laras meriam ke posisi horizontal sempurna di dalam rumahnya.

Saat tidak digunakan, pintu depan kubah akan menutup, menjadikan bagian depan kapal perang tampak benar-benar rata dan mulus. Fitur ini pertama kali mengguncang dunia saat dipasang pada korvet Visby class Swedia, dan kini teknologi serupa hadir di Asia Tenggara melalui fregat Maharaja Lela class (LCS).

Setelah Delapan Tahun, Malaysia Luncurkan KD Raja Muda Nala (2502), Unit Kedua Fregat Maharaja Lela Class

Meskipun bisa “bersembunyi”, jangan ragukan kemampuannya saat pintu kubah terbuka. Meriam ini dirancang untuk pertempuran intensitas tinggi dengan sistem operasi yang sepenuhnya otomatis (Full Automatic). Meriam ini tidak membutuhkan awak di dalam kubah. Pilot senjata mengendalikannya dari konsol di Pusat Informasi Tempur (PIT). Namun, tersedia sistem cadangan digital jika otomatisasi utama terganggu.

Kecepatan tembaknya mencapai 220 butir per menit, dan jangkauan maksimum mencapai 17.000 meter (17 km). Namun, jarak efektif untuk menghancurkan target udara atau rudal berada di kisaran 7-10 km. Karena kecepatannya, meriam ini bisa berpindah target (dari kapal ke pesawat atau rudal) dalam hitungan detik.

Menanti Peluncuran KCR-60M Kelima, Kapal Perang TNI AL Pertama dengan Meriam Bofors 57 MK.3

Keunggulan utama MK.3 bukan hanya pada meriamnya, tapi pada amunisi 3P (Pre-fragmented, Programmable, Proximity-fused). Setiap butir peluru memiliki chip komputer kecil. Sesaat sebelum ditembakkan, komputer meriam akan “memberitahu” peluru kapan harus meledak. Peluru ini tidak harus mengenai sasaran secara fisik; ia bisa meledak tepat di atas dek kapal lawan atau tepat di depan moncong rudal yang datang, melepaskan ribuan bola tungsten yang menghancurkan apa pun di depannya.

Meriam Bofors 57mm MK.3 diluncurkan pada pertengahan 1990-an sebagai penyempurnaan dari varian MK.2. Sejak saat itu, lebih dari 100 unit telah diproduksi dan digunakan oleh lebih dari 10 angkatan laut di seluruh dunia. Namun, varian dengan kubah penutup laras sepenuhnya tetap menjadi barang langka yang hanya dipilih oleh negara yang mengoperasikan kapal dengan standar full-stealth. (Bayu Pamungkas)

BAE Systems Umumkan Kontrak Pengadaan 4 Pucuk Bofors 57 MK.3 untuk KCR-60 TNI AL

2 Comments

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *