Il-28T Beagle: Sang Rajawali Laut Pengumbar Torpedo
|Sudah lumrah bila angkatan udara punya pesawat pembom, tapi agak terdengar beda bila yang punya pembom adalah angkatan laut. Faktanya, memang hanya beberapa kekuatan terpilih di dunia yang punya pembom pada etalase penerbangan angkatan lautnya. Dan, Indonesia pernah menjadi salah satu kekuatan tersebut, yakni pada dekade 60-an.
Baca juga: Fairey Gannet – Pesawat AKS TNI-AL Tempo Doeloe
Selain publik di Indonesia terbetot dengan kemasyuran sosok pembom berat jarak jauh Tu-16 Badger milik TNI AU (d/h AURI), Indonesia juga kebagian pembom kelas sedang, Il-28, bomber buatan Ilyushin Design Bureau, jenis pesawat pembom multirole yang dicipitakan Uni Soviet pasca Perang Dunia Kedua. Karena momen meluncurnya pesawat ini bertepatan dengan masuknya era Perang Dingin, maka seperti sudah menjadi tradisi, Il-28 pun diberi sebutan oleh NATO sebagai Beagle, dan jadilah sebutan yang populer Il-28 Beagle hingga saat ini.
Di luar Uni Soviet, Cina, dan negara-negara Eks Pakta Warsawa, Indonesia termasuk operator Il-28 dengan jumlah yang lumayan banyak. Il-28 dalam catatan digunakan oleh TNI AU dan TNI AL (d/h ALRI). Di lingkup TNI AU, Il-28 masuk dalam Skadron Udara 21 yang bermarkas di Lanud Kemayoran, Jakarta. Dari segi jumlah, ada dua versi, menurut Wikipedia Il-28s TNI AU ada 12 unit. Sementara dikutip dari Edisi Koleksi Angkasa “Operasi Udara Trikora,” disebutkan TNI AU menerima 18 unit Il-28. Sementara TNI AL lewat Puspenerbal (Pusat Penerbangan Angkatan Laut), menurut Wikipedia disebut-sebut menerima lebih daro 30 unit Il-28T torpedo bomber dan 6 unit Il-28U sebagai pesawat latih (trainer). Tapi ada info lainnya, bahwa TNI AL hanya ketempatan 10 unit Il-28T dan 2 unit Il-28U.
Sebagai medium bomber era jet pertama, Il-28 dirancang untuk mengusung bom-bom konvensional. Bila TNI AU menggunakan versi Il-28s yang kemampuannya standar. Lain halnya dengan TNI AL yang mengoperasikan Il-28T yang punya kemampuan melepaskan torpedo. Masuk dalam etalase Skadron Udara 500, menjadikan kekuatan penerbangan AL Indonesia menjadi yang terkuat di belahan Asia Selatan pada era 60-an. Pasalnya, armada Penerbal TNI AL tidak sebatas pada peran angkut dan intai maritim, tapi juga mencakup peran penindakan pada target di lautan, baik kapal permukaan dan kapal selam.
Pada masa Trikora, porsi pelibas kapal perang Belanda dari udara memang dipersiapkan cukup beragam. Sebut saja dari Tu-16 dengan rudal anti kapal AS-1 Kennel dan Gannet yang bisa melempar torpedo hingga bom laut. Kebetulan Soviet pun punya porsi yang besar pada varian AKS (anti kapal selam) pada Il-28, maklum pada era Perang Dingin terjadi psy war di lingkup kekuatan di samudera. Dari belasan varian Il-28 yang diproduksi Soviet, ada dua tipe yang dirancang untuk peperangan di lautan, yaitu Il-28T dan Il-28PL.
Il-28T
Sebagai varian untuk mengejar target di lautan, Il-28T di dapuk punya sista tersendiri, yaitu dapat membawa dua torpedo ukuran kecil atau satu torpedo ukuran besar. Untuk torpedo ukuran besar, yang dimaksud adalah RAT-52 rocket propelled torpedo. Torpedo ditempatkan pada bomb bay. Sayangnya tidak ada informasi, mengenai bekal radar dan perangkat elektronik untuk pengindraan di lautan.
Dikutip dari Angkasa.co.id, salah satu pilot Penerbal yang juga saksi hidup sejumlah misi tempur yang dilaksanakan para pilot Penerbal, Kolonel (Purn) H. Dana Is (70), para sejawatnya memang terkenal pemberani. Dana yang pernah menerbangkan pesawat pengebom torpedo Il-28 dan Dakota telah kehilangan beberapa senior karena keberanian sekaligus kenekatan mereka.
“Penerbal pernah memiliki pesawat Il-28 sebanyak 12 unit. Sepuluh unit Il-28T untuk pengebom torpedo dan dua unit lainnya Il-28U untuk pesawat latih. Saat itu sebagai pilot muda para senior semangat sekali untuk berperang sehingga kadang-kadang sikap berani mengalahkan akal sehat,’’ papar Dana yang juga alumni Akademi Angkatan Laut tahun 1967 itu. “Oleh karena itu meskipun suku cadang makin menipis akibat renggangnya hubungan RI dan Rusia, para pilot IL-28 masih berani terbang sehingga sejumlah kecelakaan pun tidak bisa dihindari,” tambahnya.
Mendarat Darurat
Selama melaksanakan misi penerbangan baik dalam latihan maupun pertempuran dari 12 Il-28 yang tergabung dalam Skuadron 500, lima di antaranya mengalami kecelakaan (accident). Satu pesawat mendarat darurat di Pantai Banyuwangi, Jawa Timur. Tiga awak Il-28, Letnan Muda (LMU) Wulang Sutekowardi dan seorang navigator, Suyono berhasil mendarat selamat tapi pesawatnya rusak total. Satu pesawat Il-28 lainnya hilang dan tidak kembali ke pangkalan pada waktu latihan terbang navigasi di atas Pulau Masalembo, Madura.
Ironisnya penerbang yang hilang di Masalembo adalah LMU Wulang yang pernah mendarat selamat di pantai. Dua awak Il-28 yang hilang bersama LMU Wulang adalah navigator Gatot Mulyohadi dan operator persenjataan di pesawat, Kopral Sudjati. Kecelakaan berikutnya ketiga, keempat, dan kelima adalah kecelakaan saat mendarat. Dua kali terjadi di Pangkalan Udara Kemayoran, Jakarta dan satu lagi terjadi di Pangkalan Udara Makassar, Sulawesi Selatan. Beruntung dalam tiga kecelakaan terakhir tidak terjadi korban jiwa.
“Menjadi pilot Penerbal memang banyak tantangannya karena kehidupan para pilotnya berada dalam situasi high risk. Kondisi itu sangat kami pahami maka latihan dan sikap disiplin dan teliti dalam menerbangkan menjadi sangat penting. Kami kemudian hanya berani terbang setelah menandatangani dokumen kelaikan terbang. Khsususnya untuk terbang malam,’’ tambah Dana.
RAT-52 Aircraft Torpedo
Bila Tu-16KS punya AS-1 Kennel untuk mengkaramkan kapal induk, maka Il-28T punya senjata pamungkas berupa torpedo RAT-52. Torpedo ini secara khusus dirancang untuk dilepaskan dari pesawat udara atau helikopter, dan pertama kali dirilis pada tahun 1952. RAT-52 punya diameter 450 mm dengan panjang 4 meter. Bobot ‘lontong baja’ ini mencapai 627 kg dengan hulu ledak seberat 200 kg. Sebagai pemandu, torpedo ini mengandalkan passive acoustic homing.
Torpedo dengan solid rocket ini dapat memburu sasaran dengan kecepatan maksimum 400 knots. Sementara jangkauan maksimumnya mencapai 10.000 meter. Sebagaimana sudah jadi tradisi, setiap produk andalan Uni Soviet selalu ‘dicontek’ oleh Cina. Dan jadilah Negera Tirai Bambu ini punya Yu-2 yang mulai diproduksi pada tahun awal tahun 70-an. Sebagai informasi, Cina juga membuat lisensi Il-28 yang diberi label H-5 buatan Harbin Aircraft Manufacturing. Bahkan H-5 menjadi versi Il-28 yang paling akhir mengudara, yaitu digunakan sampai tahun 2011.
The Bomber Armament
Pembom ini dibangun Uni Soviet pasca Perang Dunia Kedua, tepatnya pada tahun 1947 prototipe Il-28 diluncurkan dengan kemampuan membawa muatan bom seberat 3 ton pada kecepatan 800 km per jam. Il-28 dirancang untuk diawaki oleh 3 orang (pilot, navigator dan penembak senapan mesin/tail gunner). Khusus untuk penembak senapan mesin, posisin ya berada terpisah, yakni ada di ekor dalam kompartemen bertekanan. Sementara navigator yang juga berperan sebagai pengebom posisinya berada di dalam area kaca di hidung pesawat. Sebagai juru bombing, awak navigator dibekali dengan pembidik OPB-5 peninggalan Perang Dunia Kedua. Sementara posisi pilot duduk dibawah kanopi berbentuk gelembung. Kanopi dibuka menyamping dengan kaca yang punya kualifikasi mampu menahan terjangan proyektil.
Kembali ke juru tembak pada bagian ekor (tail gunner), kelengkapan senjata yang diandalkan adalah dua pucuk kanon Nudelman Suranov-23 NS kaliber 23 mm. Setiap pucuk dibekali dengan kapasitas 250 amunisi. Dalam beberapa operasi, keberadaan kanon ini dilepas untuk meringanka bobot pesawat. Tapi itu baru pertahanan dari sisi belakang, Il-28 nyatanya juga dibekali dua pucuk kanon kaliber 23 mm dengan laras sudut tetap, yakni posisinya ada kiri dan kanan, tepatnya dibawah hidung pesawat, dan langsung dioperasikan oleh pilot.
Sebagai pesawat pembom, Il-28 seperti halnya pembom berat legendaries Tu-16 Badger, juga dibekali dengan bomb bay (ruang khusus bom). Bomb bay terletak di bagian perut dengan penutup yang dapat dikendalikan secara hidrolik. Bomb bay dapat memuat bom dengan bobot total 3 ton. Bagian sayap juga bisa diberi cantolan empat bom, yang masing-masing berbobot 100 kg.
Dari segi desain, Il-28 terbilang unik, pasal sayap dan ekor dibagi secara horizontal melalui pusat sayap, sementara badan pesawat terbelah secara vertikal di centerline. Pola tersebut memudahkan dalam perakitan dan ekonomis dalam produksi, tapi berdampak pada peningkatan pada berat struktur pesawat.
Prototipe pertama Il-28 terbang perdana pada 8 Juli 1948. Pada penerbangan perdana Il-28 menggunakan mesin Rolls Royce Nene. Pengujuan perdana dilakukan oleh Vladimir Kokkinaki dan mampu terbang hingga kecepatan 833 km per jam. Kemudian pada 30 Desember 1948, meluncur prototipe kedua yang menggunakan mesin RD-45. Lewat beragam pertimbangan, akhirnya pada 14 Mei 1949, il-28 resmi diproduksi dalam jumlah missal untuk pesanan AU Uni Soviet dan sekutunya. Dalam versi resminya, Il-28 mengusung jenis mesin Klimov VK-1 Turbojet. Setelah resmi meluncur, Il-28 dipindahkan posisi radar navigasinya dari belakang pesawat ke area roda hidung.
Baca juga: Seandainya Ada Tu-16N, Maka Jangkauan Pembom Strategis Tu-16 AURI Bisa Mencapai Sydney
Dalam hal keselamatan, pilot dan navigator duduk dalam kursi berpelontar, sementara nasib tail gunner agak sial, karena jika dalam keadaan darurat hanya bisa menyelamatkan diri menggunakan parasut dan keluar dari pintu di dasar lantai.(Gilang Perdana)
Ente pinter
Pesawat impian penerbal memang Poseidon
Dan satu lagi yang memang cuma Amriki yang bisa bikin. SVTOL fighter
Semoga kedepannya TNI AL memiliki Pesawat Intai Maritim P 8 Poseidon aaammiienn 🙏
Uh embargo padahal kita sudah ngos2an dulu beli alutsista soviet sampai makan 70 % gdp dan inflasi ug sampai 200%.
Puspenerbal sepertinya ingin punya lagi skuadron pembom maritim namun lebih baik modernisasi dan penambahan heli pengganti Bell 412 dan Bo105.
Hohoho
Program modernisasi Penerbal yakni Rajawali 2045
Tapi bukan rezekinya Ruskies