Seandainya Ada Tu-16N, Maka Jangkauan Pembom Strategis Tu-16 AURI Bisa Mencapai Sydney
|Kilas balik ke pertengahan 1963, suatu masa di tengah pergolakan Operasi Dwikora, TNI AU (d/h AURI) pernah menerbangkan salah satu pembom tempur strategis Tupolev Tu-16 langsung menuju ‘jantung’ Negeri Kangguru di wilayah gurun, Alice Spring. Dalam misi psychological warfare, Tu-16 dengan penerbang Komodor Udara (terakhir Marsda Purn) Suwondo terbang dari Lanud Iswahjudi sukses menyebarkan pamflet dan peralatan militer berupa parasut, alat komunikasi dan makanan kaleng.
Baca juga: Rudal Bloodhound – Penangkal βAncamanβ Pembom Tu-16 Badger AURI, Aktif Hingga 1990
Efek psychological warfare dari penerbangan Tu-16 ke titik tengah benua membawa dampak besar bagi strategi pertahanan Australia, yang di kemudian hari ‘memaksa’ Australia mengakuisisi pembom tempur F-111 Raven. Sebagai informasi jarak tempuh dari Madiun ke Alice Spring sekitar 3.000 km, sementara jarak jelajah Tu-16 dengan bahan bakar maksimum dan minimum payload adalah 7.200 km.
Itu artinya memang para penerbang Tu-16 masih punya cukup waktu untuk ‘bermain’ di ruang udara Australia. Tapi pertanyaannya kemudian, apakah mungkin Tu-16 AURI saat itu bisa menjangkau wilayah lebih jauh? Seperti diketahui, populasi terbesar Australia ada di Sydney dan Melbourne.
Secara teori ternyata bisa, jarak antara Madiun ke Sydney adalah 5.000 km, sudah barang tentu untuk misi pergi dan pulang ke home base membutuhkan sarana tambahan, yaitu dukungan pengisian bahan bakar di udara. Meski saat itu AURI sudah punya pesawat tanker KC-130B Hercules, namun pesawat besutan Lockheed tersebut tidak dapat digunakan untuk air refuelling pada Tu-16.
Merujuk ke buku “Tu-16 Badger in Action” karya Robert Bock, disebut Rusia (d/h Uni Soviet) telah merilis varian air tanker yang dibangun dari basis Tu-16 dan dikenal sebagai Tu-16N. Dari sejarahnya, Tu-16N (Badger A Tanker) merupakan hasil modifikasi dari varian Tu-16A. Idenya saat itu Uni Soviet berupaya meningkatkan jangkauan serangan Tu-16.
Selang setahun setelah penerbangan perdana Tu-16 pada 1952, pada 1953 telah muncul arahan untuk menggarap varian tanker. Konversi pertama disebut sebagai Tu-16Z dan terbang perdana pada 1955. Dalam proyek ini, ada 16 unit Tu-16A yang dikonversi menjadi pesawat tanker.
Prosedur pengisian bahan bakar pada Tu-16 tidak ‘semudah’ pada pesawat buatan Amerika Serikat. Tangki bahan bakar yang akan disalurkan ditempatkan pada ruang bom (bomb bay). Kapasitas avtur yang bisa dibawa adalah 10.700 liter, kemampan penyaluran bahan bakar mencapai 2.000 liter per menit.
Namun untuk menyalurkan bahan bakar dari pesawat tanker ke pesawat penerima punya cara yang unik, pasalnya selang bahan bakar (fuel hose) berada di ujung sayap bagian kanan. Lewat small drogue parachute untuk menstabilkan selang, maka selang sepanjang 37 meter dengan diameter 88 mm dikirim ke pesawat penerima. Pesawat penerima pun merima selang drogue lewat ujung sayap bagian kiri.
Baca juga: Tu-16 (1) – Awal Kehadiran Pembom Termasyur TNI-AU
Sebagai syarat, proses air refuelling hanya dapat dilakukan di ketinggian rentang 8.000 sampai 10.000 meter pada kecepatan 450 sampai 500 km per jam. Cara air refuelling ini kelak disebut wing to wing system. Selain menjadi menyusui sesama Tu-16, dalam sejarahnya Tu-16N juga punya andil dalam mendukung pengisian bahan bakar bagi pembom Tupolev Tu-22 dan Tu-95. (Gilang Perdana)
Ngapain ngoperasiin pesawat tua.. Yg versi cina sekalipun ttp aja ketinggalan jaman krn desainnya msh era 50an. Mending Su-34 jls2 unggul segalanya. Tu-16 waktu perang 6 hari thn 1967 hbs ditumpas Israel sblm sempat terbang.
At least walaupun cma imajinasi toh emg kita dulu prnh mengoperasikan bomber tersebut.. klo indonesia pnya duit pun bisa tuh beli yg varian cina tapi entar ada yg protes. Msh mendinglah imajinasinya daripada ngehayal pnya rudal THAAD
Judulnya : Seandainya…
Wuiiiih si admin lagi ngajakin kita halu…
Walau secara spesifikasi bisa sampai Sydney tapi baru keluar dari Kupang aja, saat mendekati bagian utara Australia udah kecegat hornet Aussy.
emang zaman itu udah ada Hornet? π
Biasalah, si Ntung Phd kan sdh gak bisa berpikir yg sehat lg, komen2nya sdh cenderung asbun yg istilah jiran sebelah itu namanya melancap je…..hehehehe
Lho khan biar tambah lucu…
ππππ
Baca dulu artikelnya, baru halu bung TN….πππ
saya paham maksud bung TN, jadi kalau seandainya kita masih punya Tu 16 dan bahkan jika kita juga punya Tu 16N, saat ini sudah tidak seperti dulu mengingat Australia sudah memiliki penangkalnya. Mereka kini punya Jindalee selain pemukul super hornet. Jadi peristiwa serupa tidak mungkin terulang kembali.
Sejarah yang indah. Tapi saya juga menghormati Raven
Masalahnya kita g punya pesawat pembom strategis lagi….
om admin, request dong bahas satuan baru Koopsus Tni
kalou bicara berandai andai saya mau rudal balistik rusia juga dijual kekita pada era itu,walau sudah jadi besi tua,tetap enak mengenang nya,.haidup rusian haidup rusian,.hah,setidaknya kita tak seperti ussr runtuh,walau memang memakan korban jutaan jiwa,yang kebanyakan dari mereka tak tau apa apa,dikasih janji janji lalu teken tanda tangan.belum lagi terpenuhi janji,mati tanpa tanah penguburan.politik memang kejam sekejam ibu tiri yang cantik nan molek,tapi berakhir dengan duka.
Kalau jaman dulu……….bisa pakai Tu-16…….karena jaman tersebut Radar masih berjangkauan pendek………dan resolusinya sangat amat buruk.
Jaman sekarang jangan harap Australia takut dengan Tu-16………500 km sebelum masuk ke Autralia akan disambut berondongan rudal F/A-18 atau F-35……..
kalau Tu-160 mungkin bisa…karena bisa mencapai Mach 2… tapi belum siluman kayak B-2
Lucu, secepat atau se Stealth apapun tuh pembom, mereka takkan langsung dikirim sendiri kalo supremasi udara musuh sudah direbut. Sejak PD1, pembom selalu dikawal. Kalo enggak kejadiannya kayak B-52 yg jadi sansak di Vietnam dulu.
Makanya Tu-16 kita kalo sekarang bakal dikawal Ama Su-35 atau Su-27. Kalo ada itu mau F-35 sekalipun bakal kabur. Lagian Tu-16 bisa bawa Yakhont atau Brahmos. Walopun pake varian ekspor, itu dah lebih dari cukup buat menghajar armada kapal induk sekalipun. Indonesia bisa kok beli varian Tu-16 dari China, Xian H-6K.
kamu yang lucu,konyol bilang dah beda zamanya,era tehnologinya,kalou dulu lagi memungkinkan walau tanpa mensterilkan wilayah udara,karna keterbatasan tehnologi era itu baik pendeteksi maupun penangkal nya,baca pelan pelan komentar olang lain,jangan keburu nafsu.paham.
Agato Sugimura
Nah inilah salah satu pecinta halusinasi………kalau yang dihadapi negara tak berdaya seperti Afganistan…….strategimu masuk akal
Kalau dengan Australia….termasuk negara maju….strategimu sama dengan BUNUH DIRI…diketawain se antero Australia…..wis pikiren dewe…masak mau daftar ke SMP…pikirannya masih SD….hhhh
sudah jangan gelut.. semuanya lucu kok.. ngehayal bareng aja kok ribut..
Masalah nya pada waktu itu Indonesia sudah punya atau belum
yang jadi masalah ya itu tadiππππ
Pertamax