Eksperimen, Howitzer M2A2 105mm Pernah Dipasang di Helikopter
Meski usianya tergolong tua, Senjata yang dikenal sebagai andalan pada satuan Artileri Medan (Armed), yakni howitzer M2A2 kaliber 105 mm masih terus digunakan, termasuk oleh TNI AD. Bahkan, varian howitzer tersebut dipercaya sebagai senjata utama pada pesawat serang AC-130 Spectre. Nah itu penempatan howitzer pada platform pesawat angkut, lantas bagaimana jika senjata serupa dipasang pada helikopter?
Baca juga: M2A2 105mm – Howitzer Tua Yon Armed TNI AD
Secara logika, agak sulit dipahami, mengingat bobot howitzer yang besar (2.260 Kg) akan berpengaruh pada kemampuan terbang helikopter, belum lagi efek tolak balik (recoil) yang dihasilkan saat penembakan, dipercaya dapat membahayakan dalam penerbangan. Howitzer sekelas M2A2 memang lazim dibawa menggunakan helikopter, tapi itu dibawa menggunakan sling untuk memindahkan senjata dari satu posisi ke posisi lain.
Namun, Angkatan Darat Amerika Serikat (US Army) ternyata pernah melakukan eksperimen, berupa penempatan howitzer M2A2 (tentunya tanpa roda) yang dipasang pada dudukan di bagian pintu belakang helikopter Piasecki H-21 Shawnee/Workhorse. Persisnya pada tahun 1963, H-21 Shawnee yang masif digunakan dalam Perang Vietnam dipasangkan howitzer M2A2. Tapi berbeda dengan penggunaan howitzer di AC-130 Spectre, untuk penggunaan di helikopter, howitzer tidak dirancang melepaskan tembakan di udara.
Konkritnya, howitzer M2A2 baru bisa melepaskan tembakan saat helikopter telah mendarat. Meskio begitu, konsep tersebut masih mengundang tanya, khususnya pada kemampuan struktur helikopter menahan efek tolak balik. Eksperimental itu pun mentok di tengah jalan, dan kenangan akan konsep unik itu kemudian menjadi koleksi di Rock Island Arsenal Museum.
Sekilas tentang howitzer M2A2, jenis senjata ini tak asing lagi bagi satuan Armed TNI AD, mengingat pernah dioperasikan oleh 10 batalyon.
Kemampuan M2A2 seperti dapat menembaki sasaran di daerah yang luas dengan hanya memutar roda arah ke samping. Kemampuan arah samping mencapai 409 peribuan ke kanan, dan 400 peribuan ke kiri. Dengan kata lain, bila ada sasaran pada jarak 6.000 meter, maka M2A2 dapat menembaki sasaran dengan kelebaran 4.854 meter tanpa harus melaksanakan pindah steling.
Disamping dapat melakukan tembakan dengan lintasan lengkung, M2A2 juga dapat memberikan tembakan arah langsung, baik untuk sasaran diam atau bergerak, seperti tank. Hal ini dapat dilakukan bila sasaran terlihat jelas dan tidak ada halangan antara meriam dengan sasaran. Jarak tembak maksimum howitzer M2A2 mencapai 11.270 meter dengan kecepatan luncur proyektil 472 meter per detik.
Baca juga: Dari Analog ke Digital, TNI AD Upayakan Upgrade Kemampuan Howitzer M2A2 105mm
Bobot amunisi M2A2 terbilang berat, untuk amunisi jenis HE (high explosive) misalnya, bias mencapai 19kg, dan menjadi titik lemah meriam ini adalah pada kecepatan tembak per menitnya yang terbilang rendah, dengan loading manual, rata-rata 1 menit hanya mampu ditembakkan 3 amunisi, walau secara teori bisa mencapai 10 per menit. Secara umum, M2A2 dapat memuntahkan proyektil dengan hulu ledak HE, HEAT (high explosive anti tank), smoke, dan smoke colored untuk pemberi penerangan pada area pertempuran. (Gilang Perdana)
Siege chopper :v
ini ide bukan hanya tidak kreatif tapi juga rada nyeleneh…kenapa engak dilempar aja sekalian tuh amunisi 105 dari atas…nanti malah heli nya yang mental saat nembak lagi…kan guyon namanya…😅😆
Bkn pd saat terbang om penggunaannya tp saat di darat, jd ya suruh personilnya lempar atw pukul belakangnya pakai martil aja.
oh yaa…😅
kebiasaan olang indon malas baca,..hobby nya cuma tonton youtube karna judul yang menipu…🤣😂🤣