Demi Jual Jet Tempur Tejas ke Argentina, India Ganti Kursi Lontar Buatan Inggris dengan Buatan Rusia
|Meski Amerika Serikat telah memberi lampu hijau ke Denmark untuk menjual jet tempur F-16 bekas pakai ke Argentina, namun India tak patah arang. Selama belum ada kontrak efektif, maka masih ada peluang bagi India untuk menjual jet tempur Light Combat Aircraft (LCA) Tejas ke Argentina. Guna memuluskan penawaran Tejas ke Argentina, India pun rela ‘membuang’ komponen buatan Inggris yang ada di Tejas.
Dengan mengganti komponen buatan Inggris pada Tejas, maka diharapkan India dapat leluasa menjual Tejas ke Argentina, tanpa bayang-bayang ancaman embargo. Konkritnya, India akan mengganti kursi lontar produksi Martin Baker di Tejas dengan kursi lontar K-36D buatan Rusia.
India secara agresif mengejar penjualan Tejas ke Argentina. Kursi lontar Martin Baker di jet tempur India akan diganti dengan kursi K-36D rancangan Rusia untuk menghindari embargo Inggris terhadap penjualan ke Argentina.

Duta Besar India untuk Argentina, Dinesh Bhatia, bertemu dengan Brigjen Xavier Isaac, Panglima Angkatan Udara Argentina, pada tanggal 30 Agustus lalu untuk membahas “penguatan hubungan bilateral antara kedua mitra strategis khususnya akuisisi pesawat tempur Tejas dan helikopter yang diproduksi oleh HAL (Hindustan Aeronautics Ltd).
Kursi lontar Zvezda K-36 selama ini dipasang pada jet tempur seri MiG dan Sukhoi 30 MKI. Versi dasar Zvezda K-36 D dirancang pada akhir 1960-an untuk dipasang pada pesawat MiG-25 Foxbat. Kursi lontar K-36D adalah hasil karya perancang pesawat Soviet Mikhail Gurevich. “Usulan tegas telah diberikan kepada Argentina. Pekerjaan penggantian komponen Inggris sudah dimulai,” kata seorang pejabat HAL.

Menteri Pertahanan Argentina Jorge Taiana, dalam kunjungannya ke India pada Juli 2023, telah menyoroti masalah 16 komponen produksi Inggris di LCA Tejas. Dia menetapkan persyaratan untuk mengganti komponen tersebut karena embargo Inggris atas penjualan senjata ke Argentina setelah Perang Falkland.
Inggris telah menghambat rencana Argentina untuk mengakuisisi jet tempur dengan menerapkan embargo terhadap komponen pesawat milik Inggris. Untuk menyelamatkan kesepakatan LCA Tejas agar tidak menjadi korban diplomasi paksaan Inggris, kursi lontar K-36D Rusia akan menggantikan kursi lontar Martin-Baker. “Kami sudah memiliki kursi yang tersedia,” kata pejabat HAL.
Martin-Baker adalah perusahaan swasta Inggris, yang menjadi salah satu produsen kursi lontar paling sukses di dunia, dengan lebih dari 17.000 kursi lontar Martin-Baker yang beroperasi saat ini di 54 jenis pesawat berbeda di 84 negara, dan jumlah ini terus bertambah. Kursi lontar sejauh ini telah menyelamatkan 7699 nyawa. Perusahaan ini mendominasi 75 persen pasar dunia Barat, dengan Amerika Serikat, Korea Selatan, Jerman, Italia, dan Perancis sebagai pasar utamanya.
Komponen buatan Inggris lainnya yang terbukti menjadi penghalang bagi kesepakatan Tejas termasuk radome dari produsen kedirgantaraan Inggris, Cobham Limited, dan ban dari Scottish Dunlop.
Zvezda K-36D
Kursi lontar K-36D produksi NPP Zvezda. K-36D dirancang untuk dapat melontarkan pilot pada berbagai kondisi kecepatan dan ketinggian pesawat. Seperti halnya kursi pelontar lansiran AS dan barat, K-36D dapat digunakan dalam kondisi ketinggian nol dan kecepatan nol (zero-zero ejection seat), alias kursi pelontar dapat digunakan saat pesawat masih berada di permukaan. Untuk menggunakan kursi pelontar, disyaratkan bagi awak mengenakan peralatan pelindung, seperti harness, pressure suits dan kostum anti gravitasi.

Bobot kursi pelontar K-36D mencapai 103 kg, dimana komponen pada kursi pelontar sudah mencakup kombinasi peralatan pelindung KKO-15 dan tabung oksigen. Secara umum, peralatan yang ada di kursi pelontar terdiri dari sistem parasut, survival kit, windblast shield, sistem oksigen darurat dan pyrotechnic charges.
Baca juga: Zvezda K-36D – Mengenal Kursi Pelontar di Jet Tempur Sukhoi Su-27/Su-30
Dari spesifikasi, kecepatan lontaran ejection seat K-36D mencapai 1.400 km per jam dan dapat dilontarkan pada ketinggian 20.000 meter saat kecepatan pesawat Mach 2.5. Pada prinsipnya, kecepatan lontaran roket disesuaikan dari kecepatan laju pesawat, pihak pabrikan menyebut mekanisme penyesuaian kecepatan roket berlaku otomatis saat kecepatan pesawat lebih dari 850 km per jam. (Gilang Perdana)
@Omod, Cina juga punya bukti2 historis yg kuat tentang LCS, makanya mereka berani klaim menantang banyak negara. Sayangnya bukti2 tersebut berada di tangan pemerintahan Taiwan. Dulu saat kalah dalam perang saudara, partai Nasionalis melarikan diri ke Taiwan dengan membawa banyak barang berharga…salah satunya bukti historis kepemilikan LCS. Partai Nasionalis juga yang pertama kali menginisiasi klaim kepemilikan LCS dan kemudian dilanjutkan oleh Partai Komunis sampe sekarang.
Cina bersama AS tidak ikut meratifikasi aturan UNCLOS, dan otomatis juga tidak mengakui ZEE. Cina sudah mengklaim LCS di tahun 1949, sementara UNCLOS dan aturan ZEE baru muncul di tahun 1982.
ZEE kita bukan milik China. Disana kita punya hak untuk.berdaulat. China hendak merampok hak.kita, lalu dikatakan kita tidak punya konflik apapun juga.???
@Kaberjee, Cina tidak pernah mengklaim pulau apapun di Indonesia. Yang sebenarnya terjadi hanya tumpang tindih garis klaim LCS dengan sedikit bagian dari perairan ZEE kepulauan Natuna. Ingat perairan ZEE, bukan perairan teritorial. Banyak pihaknyg yang selalu salah kaprah dalam hal ini.
Bukannya kalo ngerubah kursi lontar berarti ngerubah desain ya??
semoga laku dan jamin no embargo2 an sucad, kombinasi F16 dan Tejas akan membuat British mengelus dada mikirin Falkland ditinggal gengsi dijagain boros di kantong, lagian referendum thn 2013 tak direstui PBB pun ni kepulauan direbut Inggris dari Argentina pada jaman baheula, padahal penduduk setempat bukan warga British asli hanya keturunan2 dan tanjakan2, yg memang lebih keren jika disebut orang British, secara otot kuatan British, 2 x direbut dari Argentina, bagaimana kah kita? masih anggap sepele ancaman sang naga yg jelas sudah buat statement “Natuna, mau kalian bicara apa terserah, itu milik kami dan tak dapat dipungkiri”, mungkin ada yang berpendapat tak masalah, kita masih miliki 16.999 kepulauan lebih dan percaya akan ada banyak negara lain yang akan support melalui diplomasi keprihatinan saja….