Anoa 6×6 Mortar Carrier: Tingkatkan Daya Gebuk Mortir 81mm Yonif Mekanis TNI AD
Keberadaan mortir sudah jamak melengkapi arsenal senjata bantu infanteri, maka tak heran bila di setiap Batalyon Infanteri (Yonif) dipastikan ada kelengkapan mortir. Namun ada yang berbeda untuk Yonif Mekanis, di satuan infanteri yang mengandalkan mobilitas lewat ranpur (kendaraan tempur) lapis baja, mortir di deploy dalam platform ranpur, seperti yang ditunjukkan panser Anoa 6×6 Mortar Carrier milik Yonif Mekanis 201/Jaya Yudha, Kodam Jaya.
Baca juga: Intip Lebih Dekat Anoa 6×6 APC Bersama Lady Lara Croft
Meski basis senjatanya adalah mortir ‘konvensional’ kaliber 81 mm, namun dengan adopsi mortir di ranpur Anoa, menjadikan pergerakkan regu penembak mortir dalam melancarkan bantuan tembakkan lebih cepat dengan mobilitas tinggi. Anoa 6×6 Mortar produksi PT Pindad ini diawaki oleh dua personel, yakni pengemudi dan disampingnya petugas navigator atau komunikasi. Sementara di kabin belakang ada empat personel regu tembak, terdiri dari Komandan, penembak (gunner) bertugas melakukan bidikan melalui optik dan mengatur elevasi dan simpangan mortir. Pembantu penembak (assistant gunner) berdiri di sebelah kanan, memasukan proyektil sesuai aba-aba penembak. Ia juga harus membersihkan laras setelah 10 kali penembakan. Pembawa amunisi pertama berdiri di kanan belakang mortir, mempersiapkan proyektil (menyetel sumbu, memasang charge) dan menyerahkan ke assistant gunner. Terakhir , pembawa amunisi kedua mencatat semua proyektil yang ditembakkan per fire mission dalam buku catatan.
Baca juga: Mortir 81mm – Mobilitas Tinggi Senjata Andalan Bantuan Infanteri
Sejak ranpur berhenti di suatu lokasi untuk melakukan steling, saat hatch cover dibuka hanya dibutuhkan waktu sikap tempur yang dibutuhkan bisa dilakukan kurang dari satu menit. Selain unggul dalam mobilitas berkat ditempatkan di kendaraan, posisi mortir dapat pula diputar secara terbatas, ini berkat adanya mortar turntable yang menjadi plat dasar untuk penempatan baseplate dan bipod.
Dari aspek senjata, mortir 81 mm adalah jenis mortir yang paling banyak digunakan satuan infanteri. da beberapa alasan mengapa mortir 81 mm sangat populer. Pertama, mortir 81 mm memiliki jangkauan memadai sehingga kru mortir ada di luar line of sight lawan, alhasil lebih sulit untuk dibalas, daya hancurnya luar biasa relatif terhadap ukuran kalibernya, dan mempunya bobot yang masih ideal untuk penggelaran berpindah-pindah.
Baca juga: Type W87 – Ternyata Norinco Juga Pasok Mortir 81mm ke Indonesia
Secara umum, desain mortir terdiri dari lima komponen besar. Yaitu tabung peluncur, landasan penahan (baseplate), sistem bidik, bipod, dan tentu saja proyektil dan sumbunya (fuse). Desain tabung peluncur dan baseplate berbeda-beda tergantung pada besaran kaliber. Untuk mortir 81 mm, dengan bobot sekitar 49 kg dan panjang laras 1560 mm, dapat dicapai jarak tembak maksimum 6.500 meter dan jarak tembak minimum 100 meter.
Anda ingin tahu, bagaimana personel Yonif Mekanis 201/Jaya Yudha mempersiapkan mortir 81 mm di ranpur Anoa 6×6? Kami punya video eksklusif-nya dan dapat Anda lihat dibawah ini dalam sekuel Lady Lara Croft Indonesia – “Ketika Teror Melanda Jakarta.” (Haryo Adjie)
kl d pasang mlrs bs g y ???
Tidak terlalu menurut saya. MLRS mendingan pakai armored truck saja, karena panjang truk bisa disesuaikan. Panjang anoa kan sudah fixed (6 meter) kecuali dijadikan 8×8 mungkin jadi 7-8 meter. Jumlah roket biasanya dibawa truk juga lebih besar, karena ruang blkng truk blum dipasang apa-apa. Kalau Anoa dipasang MLR malah jadi ketinggian, meskipun ruang personel blkg dibuang, dan roket yg dibawa bisa jadi hanya sedikit. Kalau pakai truk, truk yg lainnya bisa jadi loader truk MLR.
gak keren masih manual
bikin ribet dan capek personil
kenapa alutsista kok gak ada yg greget
kenapa gak yg otomatis
banyak kendala,dana,gak niat,yg penting ada,gak ada perang,gak punya musuh,atau apalagi ya ………
dipasang mlrs bisa gak ya?
gak bisa bung karna:
satu gak ada niat
dua gak ada kemajuan untuk mau maju
ketiga biasalah gak ada dana
keempat mahal,sayang uangnya, mending……dikoru*………$i
lima yg penting ada….
sangat bisa . kembali lagi niatnya ada ngak ?????? . kalau di pasang mlrs bisa . posisinya mlrs diatas anoa . dalam untuk cadangan rudalnya didalam anoa 😉
Sayang masih manual. Bisa ga dibuat seperti https://www.youtube.com/watch?v=Qln3hVoe8qA
Pada komplain masih manual. Ya wajarlah kan yg divideo paling Anoa produksi tahun 2012. Maka dari itu ada riset mekatronik mortir 81 mm.
http://www.indomiliter.com/litbang-tni-ad-perkenalkan-prototipe-kedua-mortir-mekatronik-81mm/
Ngga ada perang
Posisi prajurit rawan ditembak sniper.
Betul om phd
Bung TN PhD. Suka nimbrung juga di sini toh?
Bagus sdh mobile diatas anoa, cocok utk dukung infanteri yg biasa bergerak cepat.. Kalau bisa di pasang yg kaliber yg lebih gede lagi 120 mm, tapi ngak tau jg struktur anoa bisa ngak.?
Tp masih manual gtu ya.. Sy lbh suka anoa dipasang canon 20 mm atau 30 mm
di pasangi rudal anti serangan udara bisa gak ? misal strela’ biar jadi sistem pertahanan udara yang mobile.
Masih tipe mortir manual karena kita msh menganut sistem padat karya. Klo semua serba otomatis nanti orgnya pd ga ada kerjaan
Admin, tolong perjelasannya dong ini bener APA nggak.terima kasih
https://lancercell.com/2017/05/26/indonesia-tertarik-bangun-perusahaan-patungan-untuk-produksi-guided-air-to-air-missile-dengan-ukraina/
@Yudika: Masih berstatus wacana 🙂
Gak kepikiran untuk memsang turret mortir ala 2s31 nona rusia? Praktis jumlah pengawak dan aman bagi awak.
mantap ..kreatif. . bagus lanjutkan biarkan mereka tebak tebakan..???