Chengdu J-10C Cina Terbang di Atas Basis US Navy di Arab Saudi, Intelijen AS Kebobolan?
|Hasil jepretan sebuah foto dapat diuraikan atau dianalisis sehingga bermakna luas, terkhusus dalam lingkup intelijen strategis, belum lama beredar foto yang memperlihatkan jet tempur Chengdu J-10C milik Angkatan Udara Cina tengah terbang di atas wilayah Arab Saudi, rupanya ada sesuatu yang selayaknya patut dikhawatikan oleh Amerika Serikat (AS), mengapa begitu?
Chengdu J-10C yang dimaksud kemungkinan melintasi ruang udara Arab Saudi dalam penerbangan menuju Mesir, yang mana Cina dan Mesir menggelar Latma “Eagles of Civilization 2025”, yang untuk pertama kalinya Angkatan Udara Cina menggelar kekuatan tempur jarak jauhnya ke Mesir, dengan komposisi terdiri dari jet tempur Chengdu J-10C, pesawat tanker udara Xian Y-20U dan pesawat peringatan dini (AEW&C) Shaanxi KJ-500 dengan radar rotodome.
Nah, yang menjadi perhatian, ternyata Chengdu J-10C terekam terbang di atas pelabuhan pangkalan angkatan laut (Lanal) AS (US Navy) di Arab Saudi. Foto yang diunggah oleh akun open-source intelligence MenchOsint pada tanggal 20 April 2025, memperlihatkan jet tempur J-10 Angkatan Udara Cina terbang di atas Pelabuhan King Fahd di Yanbu, Arab Saudi.
Pelabuhan King Fahd di Yanbu adalah pusat logistik utama bagi armada AS di Timur Tengah, kapal-kapal Angkatan Laut AS berlabuh untuk memasok kembali kapal induk nuklir USS USS Harry S. Truman.
📍 Chinese PLA AF 🇨🇳 Photo of J-10 fighters flying over Yanbu’s King Fahd Port 🇸🇦 a few days ago, port where US Navy ships dock to take supplies for the aircraft carrier USS Truman https://t.co/NGMevvK7q3 pic.twitter.com/m17gGO30d7
— MenchOsint (@MenchOsint) April 20, 2025
Insiden tersebut, meskipun tidak selalu dalam konteks suasana bermusuhan, namun memicu pertanyaan tentang perluasan jangkauan militer Cina, hubungannya yang semakin dalam dengan Arab Saudi, dan implikasinya terhadap operasi AS di Timur Tengah. Apa arti penerbangan ini, dan bagaimana kaitannya dengan lanskap geopolitik yang lebih luas?
Chengdu J-10C adalah jet tempur multirole bermesin tunggal yang telah menjadi andalan Angkatan Udara Cina sejak penerbangan perdananya pada tahun 1998. Pesawat yang dirancang oleh Chengdu Aircraft Industry Group ini mewakili ambisi Cina untuk mengembangkan teknologi militer dalam negeri yang canggih dan mampu bersaing dengan platform Barat.
I’m pretty sure we can geolocate this 🙂
Chinese fighter jets flying over the gulf of Suez is interesting, when the US claims that they help Yemen target US Navy ships in the Red Sea https://t.co/Cl4rW6Qtbf pic.twitter.com/bfoGnOnLic
— MenchOsint (@MenchOsint) April 20, 2025
Chengdu J-10C (varian ekspor disebut J-10CE), merupakan varian paling modern dan kemungkinan model yang diamati di atas Yanbu, dilengkapi dengan radar active electronically scanned array [AESA], avionik canggih, dan serangkaian sensor yang meningkatkan kewaspadaan situasional dan kemampuan tempurnya.
Jet ini dapat membawa berbagai persenjataan, termasuk rudal udara-ke-udara jarak jauh PL-15, amunisi berpemandu presisi, dan rudal anti kapal, menjadikannya platform serbaguna untuk misi superioritas udara dan serangan darat.
Sistem penargetan elektro-optik dan potensinya untuk peralatan intelijen elektronik [ELINT] memungkinkannya mengumpulkan data tentang emisi elektromagnetik, kemampuan penting untuk memantau aktivitas seperti yang terjadi di pelabuhan sibuk seperti King Fahd.
Spesifikasi teknis J-10C sangat mengesankan. Dengan kecepatan maksimum Mach 1,8 dan radius tempur sekitar 550 mil, J-10C dapat menempuh jarak yang signifikan, terutama jika didukung oleh pengisian bahan bakar di udara.
Penerbangan di atas Pelabuhan King Fahd di Yanbu, simpul penting dalam jaringan logistik Angkatan Laut AS, menunjukkan operasi yang disengaja, yang kemungkinan ditujukan untuk mengumpulkan intelijen. Pelabuhan seperti King Fahd adalah pusat yang ramai tempat kapal perang AS memuat pasokan, bahan bakar, dan amunisi, menjadikannya target utama untuk pengawasan elektronik.
Sensor J-10C dapat digunakan untuk memantau komunikasi radio, tanda radar, atau pergerakan kapal, yang menyediakan data berharga tentang operasi angkatan laut AS. Aktivitas semacam itu tidak jarang terjadi dalam persaingan militer; negara-negara secara rutin melakukan pengintaian untuk menilai kemampuan dan rutinitas musuh. Namun, kehadiran jet tempur Cina di wilayah udara Saudi, jauh dari wilayah operasi tradisional mereka, menggarisbawahi perubahan signifikan dalam dinamika regional.
Melintasnya jet tempur Cina di atas Yanbu kemungkinan memicu tanggapan dari Angkatan Laut AS, meskipun tidak ada pernyataan publik yang mengonfirmasi hal ini. Prosedur standar dalam skenario semacam itu mencakup pengaktifan tindakan pencegahan elektronik untuk mengganggu atau mengaburkan komunikasi sensitif dan sinyal radar. Kapal pengawal kapal induk USS Truman yang dilengkapi dengan sistem tempur Aegis, dapat melacak keberadaan J-10, menilai niat dan kemampuan mereka.
Insiden itu mungkin juga telah meningkatkan kewaspadaan di Pelabuhan King Fahd, tempat kerentanan dalam keamanan perimeter atau logistik rantai pasokan dapat dieksploitasi. (Gilang Perdana)
Tandingi Rafale India, Pakistan Konfirmasi Pembelian Jet Tempur Chengdu J-10C
Lah, selama Cina ada minta ijin lewat ke pemerintah Arab Saudi ya udah..beres. Napa dipermasalahkan sama Amrik? Emang tuan rumah/tanah siapa? Arab Saudi apa Amrim? 😂 😂
Dih itu wilayah Arab Saudi, emang dah jadi wilayah US? Arab Saudi masih punya kedaulatan
“Penerbangan di atas Pelabuhan King Fahd di Yanbu, simpul penting dalam jaringan logistik Angkatan Laut AS, menunjukkan operasi yang disengaja, yang kemungkinan ditujukan untuk mengumpulkan intelijen.”
Kegiatan mengumpulkan intelijen dengan pesawat tempur yang berkemampuan ELINT kembali menjadi tren? Padahal militer negeri tirai bambu (PLA) sendiri memiliki armada satelit mata-mata militer yang terus bertambah bersaing dengan AS, terutama pada Yaogan dan Tianhui series yang digunakan untuk tujuan intelijen, khususnya di kawasan Indo-Pasifik. Satelit-satelit ini dilengkapi teknologi canggih untuk berbagai metode penginderaan jarak jauh seperti pengintaian optik, radar apertur sintetis (SAR), dan intelijen elektronik (ELINT). Dengan kemampuan luar angkasa yang terus berkembang, telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensinya untuk memantau dan menargetkan aset militer AS dan sekutunya di kawasan Indo-Pasifik. Mengingat secara geografis, Timur Tengah memiliki hubungan yang erat dengan kawasan Indo-Pasifik terletak di jalur perdagangan utama yang menghubungkan Asia, Eropa, Afrika, dan juga Amerika Utara dan Selatan. Selain itu, Timur Tengah juga memiliki pengaruh geopolitik yang signifikan di kawasan tersebut terutama dalam hal energi dan perdagangan