Brasil dan Perancis Kembangkan Drone Hybrid VTOL yang Bisa Luncurkan Rudal
|Brasil dan Perancis tengah berkolaborasi untuk mengkonversi sebuah drone komersial menjadi drone tempur (UCAV). Di tangan XMobots Aeroespacial e Defesa, yakni manufaktur drone dari Brasil dan MBDA, manufaktur persenjataan dari Perancis, tengah menggarap XMobots Nauru 1000C sebagai drone copter hybrid VTOL yang dapat meluncurkan rudal udara ke permukaan.
Baca juga: Kalashnikov Zala Aero Luncurkan Drone VTOL Hybrid dengan Sayap Modular
Dikutip dari Janes.com (23/5/2022), pengumuman kerja sama antara XMobots dan MBDA dilakukan pada 17 Mei 2022, dengan sebelumnya dilaksanakan MoU pada bulan Maret lalu untuk integrasi sistem senjata MBDA Enforcer Air di drone Nauru 1000C.
XMobots Nauru 1000C mengusung teknologi Hybrid VTOL (Vertical Take Off and Landing). Drone ini dilengkapi single propeller pada bagian bekalang, tapi juga dibekali empat electric motor untuk fungsi take off and landing. Ini artinya drone punya dua sumber tenaga, dapat menjalankan moda laksana drone konvesional sayap tetap (fixed wing), namun drone juga dapat terbang layaknya quadcopter. Dengan keunggulan tersebut, operasinya drone ini tidak membuthkan airstrip atau runway.
XMobots Nauru 1000C punya lebar bentang sayap 7,7 meter, panjang 2,9 meter dan tinggi 0,98 meter. Dengan berat maksimum saat tinggal landas 150 kg, payload yang dapat dibawa mencapai 18 kg.
XMobots Nauru 1000C dalam sekali terbang dapat membawa 50 liter bahan bakar dan punya kemampuan terbang dengan endurance 10 jam. Mesin utama di bagian belakang mengandalkan pasokan bahan bakar cair, sementara quadcopter propeller menggunakan tenaga baterai. Drone ini punya kecepatan maksimum 111 km per jam, terbang sampai ketinggian 3.000 meter. Dengan koneksi data Line of Sight (LoS), jangkauan terbangnya maksimum 60 km.
Nauru 1000C dirancang untuk melakukan peran intelijen, pengawasan, akuisisi target, dan pengintaian (ISTAR). Sesuai payloadnya, drone ini dapat membawa beberapa jenis muatan, termasuk ground moving target indication and synthetic aperture radar (GMTI SAR) dan electro-optical/infrared (EO/IR) gimbal.
Baca juga: Sea Cavalry SD-40 – Drone Hybrid VTOL Pengintai Laut Cina Selatan
Sementara bicara tentang jenis sistem senjata yang dipasang, Enforcer Air adalah rudal udara ke permukaan dengan kemampuan menarget sasaran statis dan dinamis. Rudal ringan ini punya jarak tembak 2.000 meter dan beratnya hanya 7 kg, sementara berat dengan peluncur 12 kg. Enforcer Air juga telah dipilih oleh AD Jerman. (Gilang Perdana)
Mantap jiwa ! Hajar bleh ! Berharap Wulung bisa bermetamorfosis menjadi kamikaze drone atau menjadi drone pembawa misil Petir atau bahkan menjadi target drone. Kurrraaa ! Laksanakan ! Bravo !
Belum terkonfirmasi tapi sangat menarik, Mig-29 Ukraina berhasil menembak jatuh Su-35 Rusia. Jika ini benar maka itu menjadi kekalahan paling memalukan setelah Kapal Perang Moskva dan Gregorovich tenggelam dihajar rudal Neptune Ukraina. Hhhhhhhhhh
Sangat disayangkan padahal bisa dikembangkan sebagai drone MALE yg mampu membawa rudal anti kapal ringan macam Exocet. Andai perusahaan berani mengembangkannya maka drone tersebut akan dilirik oleh banyak angkatan laut seluruh dunia khususnya yg ingin memiliki kemampuan serang udara tapi tak mampu memiliki armada kapal induk.
Disisi lain, seharusnya Indonesia bisa terus mengembangkan drone Amfibi yg dulu pernah dibuat untuk kembali diupgrade dg kemampuan membawa rudal AAW atau rudal jelajah anti kapal ringan. Itu akan memberikan kemampuan Serang Angkatan laut Indonesia menjadi beragam.