Latma “Eagles of Civilization 2025” – Untuk Pertama Kali Cina Boyong Jet Tempur, Pesawat Tanker dan Pesawat AEW&C ke Mesir

Latihan bersama (Latma) militer bukan semata-mata terkait dengan kerja sama strategis antar negara, lain dari itu, model latihan bersama bisa menjadi momen yang pas untuk mempromosikan produk alutsista. Seperti Mesir yang dikabarkan akan memfinalisasi pembelian jet tempur Chengdu J-10C, maka untuk pertama kalinya Cina menggelar latihan bersama matra udara di wilayah Mesir.

Baca juga: Padahal Sudah Punya Rafale, Ini Alasan Mesir ‘Masih Harus’ Akuisisi Jet Tempur Chengdu J-10C

Dalam tajuk latihan besama Cina-Mesir yang diberi nama “Eagles of Civilization 2025”, Angkatan Udara Cina secara khusus membawa task group yang terdiri dari jet tempur Chengdu J-10C, pesawat tanker udara Xian Y-20U dan pesawat peringatan dini (AEW&C) Shaanxi KJ-500 dengan radar rotodome ke Mesir.

Seperti dikutip The Global Times (20/4/2025), latihan gabungan angkatan udara Cina-Mesir ini dihelat di sebuah pangkalan udara di Mesir pada 19 April 2025.

Seorang pakar militer Cina mengatakan pada hari Minggu bahwa pesawat tempur ini adalah peralatan tempur utama Cina yang bekerja sama erat sebagai unit tempur terpadu.

Hari pelatihan pertama latihan “Eagles of Civilization 2025” dimulai di sebuah pangkalan udara di Mesir pada Sabtu pagi, dengan Cina mengerahkan jet tempur, pesawat peringatan dini, pesawat tanker, dan helikopter ke latihan tersebut, saluran militer China Central Television (CCTV) melaporkan pada hari Minggu.

Foto-foto yang dirilis oleh CCTV menunjukkan Angkatan Udara Cina mengirimkan jet tempur J-10C dan J-10S, pesawat tanker besar Y-20U, dan pesawat peringatan dini KJ-500 ke latihan tersebut, sementara pihak Mesir mengerahkan jet tempur MiG-29 Fulcrum.

Ketiga elemen pesawat yang diklerahkan Angkatan Udara Cina, telah membentuk sistem yang terkoordinasi erat, karena Yu-20 menyediakan pengisian bahan bakar udara untuk J-10C, yang secara signifikan meningkatkan jangkauan, sementara KJ-500 dapat membentuk sistem informasi dan peringatan dini yang tangguh.

Model perpaduan tersebut menunjukkan bahwa Angkatan Udara Cina sangat mementingkan pertempuran sistematis. bahwa pesawat tanker Yu-20 juga kompatibel dengan jet tempur MiG29 Mesir, sehingga secara teoritis mereka dapat berlatih pengisian bahan bakar udara selama latihan.

Kedua pihak juga dapat berlatih manuver dasar, pertempuran terkoordinasi, dan pelatihan konfrontasi taktis. Ada kemungkinan juga bahwa pilot dari kedua pihak saling menjajal pesawat masing-masing. Pelatihan bersama tersebut juga akan membantu meletakkan dasar bagi pertukaran dan kerja sama militer antara Cina dan negara-negara Timur Tengah termasuk Mesir.

Untuk memastikan pengerahan yang efisien, pihak Cina menggunakan metode transportasi gabungan melalui beberapa negara yang mencakup jarak hampir 6.000 kilometer, dan semua peralatan dan personel tiba di Mesir pada tanggal 15 April 2025.

Wang Yunfei, pakar urusan militer Cina, mengatakan kepada Global Times bahwa latihan tersebut menampilkan manuver jarak jauh. Hal ini menunjukkan dan meningkatkan kemampuan Angkatan Udara Cina untuk beroperasi jauh dari rumah, dan kemampuan beradaptasinya terhadap berbagai lingkungan di seluruh dunia, seperti di Mesir yang dominan dengan cuaca berdemu.

Kementerian Pertahanan Cina mengumumkan pada hari Rabu bahwa Angkatan Udara Cina akan berpartisipasi dalam latihan bersama “Eagles of Civilization 2025” di Mesir dari pertengahan April hingga awal Mei, menyusul kesepakatan antara militer Cina dan Mesir.

Mengutip Angkatan Bersenjata Mesir, kantor berita Mesir Ahram Online melaporkan bahwa latihan tersebut diadakan selama beberapa hari di sebuah pangkalan udara di Mesir dan mencakup campuran sesi latihan teoritis dan praktis, yang bertujuan untuk menyelaraskan strategi tempur, dengan serangan udara gabungan dan latihan perencanaan misi yang menjadi bagian inti dari program tersebut.

Mesir ‘Ditolak’ Beli Meteor, Cina Tawarkan PL-15E – Rudal Udara ke Udara Jarak Jauh dengan Radar AESA

Pelatihan tersebut dirancang untuk meningkatkan koordinasi operasional dan pertukaran keahlian antara kedua angkatan udara, sekaligus meningkatkan kesiapan pilot dan awak untuk berbagai skenario tempur, kata laporan itu, dengan mencatat bahwa militer Mesir menggambarkan manuver tersebut sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk memperdalam hubungan pertahanan dengan Cina dan memperkuat kemampuan militer bersama.

Yang menarik, dalam latihan bersama dengan Cina, Angkatan Udara Mesir tidak mengerahkan arsenal jet tempur buatan AS dan Barat, yakni F-16 Fighting Falcon dan Dassault Rafale. Faktor teknis sekunder, seperti kompatibilitas sistem data link, frekuensi radio, atau protokol komunikasi taktis juga berperan, ditambah sistem NATO dan Cina tidak kompatibel langsung secara aman, jadi sering dihindari campuran dalam satu operasi bersama.

Alasan Mesir tidak menggunakan jet tempur Barat dalam latihan dengan Cina kemungkinan lebih karena pertimbangan politis dan perjanjian internasional, bukan hanya soal teknis. Ini mencerminkan “soft control” dari negara produsen senjata. (Gilang Perdana)

Tolak Tawaran Upgrade ke Standar F-16 Viper, Mesir Putuskan Akuisisi Jet Tempur Chengdu J-10C

3 Comments