Bertepatan dengan Ultah Kim Il Sung, MiG-21 Korea Utara Tembak Jatuh Lockheed EC-121M Warning Star, Seluruh Awaknya Tewas

Misi pengintaian udara meski dilakukan pada masa damai dan berada di wilayah udara internasional, kerap mengundang maut. Bukan sebatas dicegat (intercept), seperti pada insiden EP-3E ARIES Angkatan Laut AS yang menjadi tahanan di Pulau Hainan pada tahun 2001, maka AS rupanya punya pengalaman terburuk dalam misi intai udara di masa damai, yakni ditembak jatuhnya pesawat intai Lockheed EC-121M Warning Star oleh jet tempur MiG-21 Korea Utara.

Baca juga: Hari ini dalam Sejarah, Pesawat Intai EP-3E ARIES AL AS Jadi ‘Tahanan’ di Pulau Hainan

Insiden maut tersebut terjadi pada tanggal 15 April 1969, atau 56 tahun silam, disebut insiden maut lantaran seluruh awak EC-121M Warning Star yang berjumlah 31orang dinyatakan tewas, menjadikan insden ini merupakan kehilangan terbesar militer Angkatan Laut AS dalam satu misi militer tunggal selama periode perang dingin.

Lockheed EC-121M Warning Star, sebuah pesawat intai elektronik milik Angkatan Laut AS yang dioperasikan Fleet Air Reconnaissance Squadron One (VQ-1) dan berbasis di Atsugi, Jepang. Pada hari kejadian, pesawat lepas landas dari Naval Air Station Atsugi untuk misi pengintaian rutin di perairan internasional di atas Laut Jepang, juga dikenal sebagai Laut Timur.

Pada pukul 07:00 waktu setempat, EC-121 mulai menjalankan misi pengumpulan sinyal intelijen (SIGINT). Kemudian sekitar pukul 13:47, dua MiG-21 Korea Utara lepas landas dari pangkalan militer mereka. Dan pada pukul 13:49, EC-121 dilaporkan hilang dari radar.

Informasi dari intelijen AS kemudian memastikan bahwa pesawat ditembak jatuh oleh MiG-21 Korea Utara, padahal sedang berada di perairan internasional, sekitar 90 mil laut dari pantai Korea Utara. Seluruh 31 awak tewas (30 pria militer aktif dari US Navy dan 1 warga sipil dari National Security Agency (NSA), menjadikannya salah satu insiden terburuk dalam sejarah pengintaian udara AS di masa damai.

Buntut dari insiden tersebut, Presiden Richard Nixon memerintahkan operasi unjuk kekuatan, termasuk mengirim armada kapal induk USS Enterprise dan kapal tempur lainnya ke Laut Jepang. Meski banyak tekanan dari militer untuk membalas secara militer, Nixon menahan diri untuk tidak melakukan serangan balasan langsung, namun operasi militer di wilayah tersebut ditingkatkan.

AS sementara menghentikan operasi pengintaian di dekat Korea Utara namun melanjutkannya beberapa minggu kemudian dengan pengawalan pesawat tempur.

Insiden ini menjadi pengingat besar tentang risiko pengintaian udara di masa Perang Dingin, terutama di dekat negara-negara seperti Korea Utara, dan mendorong perubahan dalam prosedur keamanan misi intelijen udara, termasuk penggunaan pengawalan jet tempur dalam misi-misi serupa setelahnya.

Bertepatan dengan Ulang Tahun Kim Il Sung
Menarik untuk dicermati, bahwa insiden penembakan EC-121M Warning Star bertepatan dengan hari ulang tahun pemimpin Korea Utara saat itu, Kim Il Sung (kakek dari pemimpin Korea Utara saat in, Kim Jong Un).

Kim Il Sung

Pada 15 April 1969, Kim Il-sung merayakan ulang tahunnya yang ke-57. Ia pada 15 April 1912, dan tanggal tersebut hingga kini diperingati di Korea Utara sebagai “Day of the Sun”, yaitu hari libur nasional yang paling penting di negara tersebut, untuk menghormati pendiri negara mereka.

Jadi, insiden penembakan pesawat intai EC-121 milik AS pada hari ulang tahunnya itu dianggap oleh banyak pengamat sebagai aksi yang disengaja dan sarat makna politis dari rezim Korea Utara.

Lockheed EC-121M Warning Star
Merupakan pesawat versi militer dari Lockheed Super Constellation, pesawat ini menjalankan misi SIGINT (Signals Intelligence), yakni menyadap sinyal komunikasi, radar musuh, dan pemantauan elektronik lainnya, dan misi ELINT (Electronic Intelligence), yaitu mengumpulkan data tentang emisi radar dan perangkat elektronik lain dari wilayah musuh.

Pesawat ini punya panjang 31,6 meter dan lebar rentang sayap 37,5 meter. Sumber tenaganya adalah mesin: 4 × Wright R-3350 Turbo Compound radial piston engines. Pesawat intai ini punya kecepatan maksimum: 595 km/h dan ketinggian operasional: ± 7.600–9.100 meter, serta jangkauan operasi 6.000–7.000 km

Durasi misi bisa mencapai 12-15 jam nonstop tergantung konfigurasi. EC-121M Warning Star biasanya diawaki oleh 25–31 kru, termasuk pilot, navigator, operator intelijen elektronik, dan teknisi sinyal.

Ciri khas EC-121M Warning Star umumnya beroperasi dekat wilayah Uni Soviet, Korea Utara, Cina, dan negara-negara blok Timur lainnya. Seringkali menjadi “mata dan telinga elektronik” dari armada AS. Walau bukan pesawat tempur, pesawat ini dianggap sangat berharga—dan sekaligus rentan—karena beroperasi dekat wilayah musuh tanpa perlindungan tempur langsung.

Lockheed EC-121 Warning Star secara bertahap dipensiunkan dari dinas aktif di militer Amerika Serikat pada awal hingga pertengahan 1970-an, kemudian digantikan secara bertahap oleh EP-3E Orion untuk misi intelijen elektronik. (Bayu Pamungkas)

Kronologi Insiden EP-3E ARIES II di Pulau Hainan, Penghancuran Data Tidak Sempurna, Cina Dapatkan Kunci Kriptografi

7 Comments