Barret M82A1: Kenyang Pengalaman Tempur, Dipercaya Kopassus Sebagai Senapan Anti Material
Hampir semua senapan anti material TNI telah di kupas di Indomiliter.com, tapi dari sekian ragam senjata heavy barrel tersebut, hanya beberapa yang benar-benar masuk kategori battle proven, dan salah satunya yang tak bisa dilewatkan adalah Barret M82A1 buatan Barret Firearms Manufacturing.
Karena menjadi senapan anti material standar pasukan AS dan banyak negara sahabat AS, wajar bila kiprah M82A1 cukup luas, medan perang di Timur Tengah dan Afghanistan menjadi ajang pembuktian senjata hasil rancangan Ronnie Barret ini. Indonesia pun yang punya kemitraan dan hubungan kerjasama militer dengan AS turut memiliki senjata penghantar maut ini. Seperti dikutip dari satuharapan.com (21/2/2015), satuan elit TNI AD Kopassus (Komando Pasukan Khusus) disebut telah memiliki 20 pucuk M82A1. Sebagai senjata perorangan, M82A1 masuk kategori SPR (senapan penembak runduk) untuk sniper.
Baca juga: Accuracy International Arctic Warfare – Senapan Runduk TNI Yang Tahan Suhu Ekstrim
Baca juga: Zastava M-93 Black Arrow – Senapan Anti Material Kopassus dengan Stabilitas Tinggi
Dibanding senapan anti material seperti Pindad SPR-2, Denel NTW-20, dan Zastava M-93 Black Arrow, maka M82A1 punya keunikan dari sistem operasi. M82A1 adalah senapan anti material kelas berat berkaliber 12,7 mm dengan sistem operasi semi otomatis pertama di dunia. Biarpun lahir dari proyek garasi, M82A1 pada akhirnya berevolusi menjadi menjadi senjata yang diadopsi banyak negara. Dari sisi desain, M82A1 masih menganut model konvensional dengan dua set receiver terbuat dari baja pres dan terhubung dengan cross pin yang bisa dibuka dengan mudah. Untuk ukuran kapasitas magasin, M82A1 dengan magasin berisi 10 peluru menjadi yang paling banyak diantara senapan anti material milik TNI.
Baca juga: Denel NTW-20 – Senapan Anti Material Taifib Korps Marinir TNI AL
Baca juga: Truvelo .50 – Long Range Sniper Rifle Intai Amfibi Marinir TNI AL
Untuk mempercepat disipasi panas, penerapan rancangan fluted barrel yang dipenuhi cekungan akan membantu mempercepat penguapan, sehingga laras tidak cepat memuai dan akurasi bisa tetap terjaga. Bila M82A1 tidak dilengkapi teleskop, masih ada BUIS (Back Up Iron Sight) yang memiliki setelan elevasi sampai jarak 1.500 meter ditambah setelan windage untuk menyesuaikan simpangan arah angin. Guna meningatkan akurasi, M82A1 dilengkapi kaki-kaki (bipod) yang bisa disesuaikan ketinggiannya. Bila dirasa belum cukup, M82A1 bisa pula dipasang di atas kaki tiga (tripod) M3/M122 milik SMB (Senapan Mesin Berat) M2HB.
Baca juga: Browning M2HB – Senapan Mesin Berat Ranpur Kavaleri
Baca juga: Pindad SPR-2 – Mampu Menjebol Lapisan Baja 10mm dari Jarak 2 Kilometer
Baca juga: Hecate II: Senapan Runduk Heavy Barrel Andalan Den Bravo Paskhas TNI AU
Baca juga: Spotter – Ini Dia! Teman Sejati Para Sniper
Mekanisme M82A1 menerapkan prinsip laras yang bergerak ke belakang untuk mengkompensasi gaya tolak balik yang dihasilkan. Ketika peluru ditembakkan, laras bergerak ke belakang sejauh +/- 25 mm, menyentuh tonjolan pada bolt yang kemudian melepaskan bolt dari posisi kuncinya. Setelah memukul bolt, laras langsung kembali ke depan berkat bantuan sepasang pegas recoil yang terpasang di kiri kanan laras. Begitu bolt dalam posisi bebas, lengan akselerator yang membawa sebagian energi dari gaya tolak balik langsung menghantamnya, sehingga bolt akhirnya berotasi dan bergerak ke belakang. Gerakan bolt ke belakang ini sekaligus menarik keluar selongsong hasil penembakan, dan memasukan peluru baru ketika mulai bergerak ke depan. Ketika bolt kembali ke posisinya semula akibat dorongan pegas,, akan terkunci secara otomatis dengan laras dan peluru baru siap ditembakkan.
Pada awalnya, M82A1 hanya digunakan pasukan khusus AS untuk misi-misi rahasia yang membutuhkan aplikasi senapan runduk dari jarak ekstra jauh. Baru pada Perang Teluk 1991, pasukan reguler mulai memperoleh M82A1. Biarpun lahir di AS, angkatan bersenjatanya bukanlah pengguna pertama M82A1. Sejatinya adalah Swedia yang pertama kali memesan 100 pucuk M82A1 pada tahun 1989, ditambah CIA yang membeli 25 pucuk pada tahun yang sama untuk dikirim ke pejuang Mujahidin di Afghanistan. Jika awalnya diniatkan untuk menjatuhkan Mi-24 Hind Soviet, sekarang pasukan koalisi ISAF (International Security Assistance Force) di Afghanistan yang harus berhati-hati karena diperkirakan senjata ini sudah jatuh ke tangan milisi Taliban.
Untuk bisa mendapatkan Barret M82A1 memang diperlukan kocek yang lumayan, pasalnya per pucuknya di banderol US$6.600 (1992), US$7.000 (2003), bahkan situs Wikipedia.com melansir harga M82A1 mencapai US$8.900 per pucuk, tentu saja perbedaan harga terkait varian yang dibeli. Sampai saat ini Barret Firearms Manufacturing telah merilis M82A1, M82A2, M107, dan XM500. Meski beda varian ada tentu beda kinerja, tapi kaliber yang diusung semuanya adalah .50 BMG.
Dari beragam varian, yang digunakan oleh Kopassus TNI AD adalah varian dasar M82A1. Model ini dilengkapi muzzle brake berbentuk bulat, sementara varian akhir menggunakan muzzle brake berbentuk kotak dua tingkat. Selain itu M82A1 versi awal cenderung berwarna hitam karena menggunakan lapisan parkerized finish, sementara M82A1 yang sekarang beredar rata-rata berwarna metal natural.
Spesifikasi Barret M82A1 “The Light Fifty”
– Negara asal: Amerika Serikat
– Tahun pembuatan: 1982
– Kaliber: .50 BMG (12,7 x 99 mm)
– Sistem operasi: semi otomatis, short recoil
– Panjang total: 1.448 mm
– Panjang laras: 737 mm
– Bobot kosong: 12,9 kg
– Kecepatan proyektil: 854 meter per detik
– Jarak tembak efektif: 1.800 meter
– Akurasi tembakan: 1,5 – 2,0 MoA
– Kapasitas magasin: 10 peluru
Related Posts
-
13 Unit F-16 C/D Block52ID Kini Siap Mengawal Ruang Udara NKRI
32 Comments | Sep 28, 2016
-
Inggris Diam-diam Angkut Ranpur Spartan APC dengan Truk Kontainer Sipil ke Ukraina
1 Comment | Mar 7, 2023
-
Cina Perlihatkan Kemampuan Meluncurkan 48 Unit Drone Kamikaze dari sebuah Rantis
No Comments | Oct 15, 2020
-
Rudal Hanud QW-3 Twin Launcher Tampil di Latihan “Jalak Sakti 2021”
15 Comments | Jun 16, 2021
min, kalo gak salah model ini sekarang ada silencer nya kan? dan itu 2 gambar terakhir diatas bukannya m107 ya?
Untuk informasi tambahan, saya pernah mengunjungi sebuah pameran alutsista TNI waktu 17an yang lalu (di Samarinda, Kaltim), dan saya melihat batalyon setempat (mungkin raider, Yon 600 atau teritorial, Yonif 611) memiliki Barrett M82. Ini berarti bukan hanya kopassus yang punya.
Thanks for your personal marvelous posting! I truly enjoyed reading it,
you can be a great author. I will remember
to bookmark your blog and definitely will come back
later on. I want to encourage that you continue your great writing, have a nice
afternoon!
Bukan d monopoli, tp biar negara gampang mengendalikan peredaran senjata. di Us warganya memang boleh pake senjata. Makanya banyak industri home serpi. Pasarnya menjanjikan. La kl d indo….. ????
ya dijual ke pasar amerika/usa donk. market pasar senjata untuk sipil besar ..Kalashnikov saja sampai stress kena embargo dari usa..
Negara2 eks blok timur banyak yang menjual copy an AK 47 ke pasar sipil amerika..Asal tahu saja AK 47 tidak pernah dipatenkan! karena rezim Uni Soviet menganggap hak patent adalah produk kapitalis…Dan juga patent AR 15 juga sudah habis, perusahaan HK membuat HK416 memakai system operasi AR 15 (meskipun tidak 100% , ada modifikasi sedikit)..hampir mirip kan HK416 dengan M4..lihat kita bisa buat senjata/parts dan aksesoris lainnya untuk dijual ke pasar USA atau juga ke blckmarket di beberapa HOT SPOT dunia (africa,irak, suriah,palestina, lebanon dll)
Yup, kl bicara bisnis memang semua menjanjikan. Tp pemerintah sudah memikirkan plus minusnya. Pemerintah lebih takut kl peredaran senjata tidak terkontrol d RI akibat dr apa yg ente sebut Black Market itu. bisa2 pemberontakan malah tumbuh subur. g salah sih industri senpi cuma satu, yg penting itu peningkatan sdm pengelolaannya, peningkatan mesin produksi, peningkatan riset n peningkatan sumber dana. Kl semua y itu Uda ok, maka akan tercipta produk yg dpt bersaing secara kualitas, kuantitas n harga d kanca international. Nah itulah sekarang yg lagi d lakukan pemerintah k pt. Pindad.
yup karena dimonopoli tidak banyak perusahaan swasta indonesia yang masuk ke industri pertahanan, yang dimasuki swasta hanya seragam, sepatu, kapal, radar, UAV, itupun hanya menjadi pemain kecil di industri pertahanan
Sy setuju bung blackhawkdown.terlalu banyak yg di monopoli.
sangat membantu sekali.. top thanks. ini yg memang saya cari. kalauw harga dari cheytac M200 untuk saat ini berapa ya.? tolong balasanya min.?
Barrett firearms manufacturing adalah contoh Usaha Kecil Menengah di USA yang berhasil, masih banyak yang lain yang juga berhasil seperti Magpul, Daniel Defense, Knight Armament Corporation dll.
Sayang nya di Indonesia industri senjata /senapan serbu militer hanya diMONOPOLY oleh PT PINDAD! Gunsmith di luar Pindad malah diburu Polisi bukannya dipinjamkan modal untuk berkembang seperti Barret Firearms!