KRI Teluk Semangka 512 – LST Besutan Korea Selatan Pertama Yang Akhiri Masa Tugas
Seiring dengan modernisasi yang dilakukan oleh TNI AL, beberapa alutsista yang telah berumur tua dan tak lagi layak operasional maka ‘dipensiunkan’ dengan jalan dibesituakan dan tidak sedikit pula yang ‘dipersembahkan’ sebagai sasaran tembak bagi rudal dan torpedo. Hal tersebut tentunya sudah jamak dilakukan hingga kini. Tapi baru-baru ini ada berita yang menarik dicermati, pasalnya untuk pertama kali ada kapal perang yang aslinya dibeli gress alias benar-benar baru resmi dipensiunkan. Maklum sejak era kesenjataan di orde baru, TNI AL hanya memensiunkan kapal-kapal perangnya yang asalnya dibeli bekas.
Kapal yang dimaksud disini adalah KRI Teluk Semangka dengan nomer lambung 512. LST (Landing Ship Tank) ini dibuat digalangan Tacoma Marine Industries Ltd (KTMI), Korea Selatan pada tahun 1980, kemudian diluncurkan pada 3 Mei 1980. Diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 28 Februari 1982. Berdasarkan Keputusan Pangab No Skep/1716/VIII/1982 tanggal 8 Agustus 1982 KRI Teluk Semangka -512 resmi bergabung dalam jajaran TNI Angkatan Laut dengan komandan pertama kalinya Letkol Laut (P) Poedjiono.
Bila dihitung memang usia pengabdiannya sudah 30 tahun lebih. Tapi untuk ukuran kapal perang TNI AL belum terlalu tua, ambil contoh frigat Van Speijk yang kini dipercaya menggotong rudal Yakhont, dibuat di Belanda pada tahun 60-an. Lewat retrofit kapal-kapal perang tua TNI AL hingga kini masih cukup efektif mengawal laut NKRI.
Kembali ke sosok KRI Teluk Semangka, TNI AL memiliki beberapa seri kapal yang sama pada awal tahun 80-an dan dibuat oleh galangan kapal Tacoma SY. Masing-masing adalah KRI Teluk Semangka 512, KRI Teluk Penyu 513, KRI Teluk Mandar 514, KRI Teluk Sampit 515, KRI Teluk Banten 516, dan KRI Teluk Ende 517. Secara umum ke-6 kapal ini memiliki dimensi 100 x 15,4 x 4,2 meter, serta punya bobot kosong 1.800 ton dan bobot penuh 3.770 ton. Dari ke-6 kapal ini sejatinya dipecah lagi menjadi dua varian, yakni varian standar dan varian komando. Kesemua kapal tersebut masuk dalam pembinaan Satfib (Satuan Kapal Amfibi).
Nah, KRI Teluk Semangka 512, KRI Teluk Penyu 513, KRI Teluk Mandar 514, dan KRI Teluk Sampit 515 masuk dalam varian standar. Di varian ini ditandai dengan desain yang relatif standar, ciri-cirinya adalah tidak adanya fasilitas hangar untuk helikopter, hanya ada deck heli di buritan dan mampu membawa 4 unit LCVP (Landing, Craft, Vehicle, Personnel). Untuk persenjatannya, dilengkapi senjata utama 3 pucuk kanon Bofors kaliber 40 mm (2 di haluan dan 1 pucuk ditempatkan pada buritan), 2 pucuk kanon 20 mm buatan Rheinmetall, dan 2 pucuk SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm. Ketiga kanon Bofors 40 mm yang dioperasikan manual dilengkapi kubah pelindung untuk awaknya.
Sedangkan untuk KRI Teluk Banten 516 dan KRI Teluk Ende 517 masuk dalam varian komando. Varian ini dicirikan dengan adanya superstructure berupa hangar yang desainnya cukup besar. Di dalam hangar ini bahkan dapat memuat 2 helikopter sekelas NBell-412 atau Super Puma dalam kondisi baling-baling dilipat. Sementara untuk deck heli hanya mampu menampung 1 unit heli ukuran sedang/berat. Di varian komando ini hanya dapat membawa 2 unit LCVP. Sementara untuk elemen persenjataan, tidak beda jauh dengan varian standar, hanya saja tidak ada kanon Bofors 40 mm pada buritan. Dan uniknya 2 pucuk kanon Bofors 40 mm pada ujung haluan tidak dilengkapi dengan penutup pelindung (terbuka). Untuk sistem navigasi, menggunakan jenis radar JRC dan Raytheon. Sebagai varian komando dengan heli deck yang luas, LST ini juga dipercaya sebagai kapal markas dalam beberapa operasi militer. Bahkan KRI Teluk Ende bisa diperankan sebagai kapal rumah sakit.
KRI Teluk Semangka ditenagai 2 mesin diesel dengan dua unit propeller berkekuatan 5.600 HP. Dalam gelar operasinya, kapal buatan Korea Selatan ini mampu membawa muatan pada kargo seberat 690 ton, atau bisa memuat 17 tank setingkat MBT (main battle tank). Sudah jadi langganan dalam gelar operasi amfibi, jenis LST ini membawa tank PT-76 dan pansam BTR-50P Korps Marinir.
Selamat Jalan KRI Teluk Semangka
Bertempat di Dermaga Penjelajah Koarmatim – Surabaya, hari Rabu (24/4/2013), akhirnya dilaksanakan upacara penurunan Ular-ular Perang yang merupakan tanda bahwa kapal tersebut merupakan kapal perang dan tanda itu berlaku secara internasional. Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M. Hum bertindak sebagai Inspektur Upacara dalam penurunan Ular-ular Perang KRI Teluk Semangka-512
Nama KRI Teluk Semangka-512 diambil dari nama sebuah teluk yang terletak di ujung pantai selatan Pulau Sumatera yang terletak pada posisi 5 derajad 40 menit Lintang Selatan- 104 derajad 43 menit Bujur Timur yang merupakan Teluk terbesar berbentuk corong, menghadap ke arah tenggara dengan lebar mulut teluk kurang lebih 50 Km.
Dikutip dari situs Dispenal, sejak diresmikan menjadi Kapal Perang Republik Indonesia (KRI). KRI Teluk Semangka-512 telah mengalami pergantian kepemimpinan atau Komandan sebanyak 26 kali dan selama pengabdiannya di jajaran TNI Angkatan Laut telah melakukan tugas-tugas operasi sebanyak 128 kali operasi, diantarannya mendukung Angkutan Laut (Duk Angla) Kontingen Garuda, Bantuan Bencana alam, Latsitarda / KJK/Jalasesya, mendukung latihan Armada Jaya, Latihan Gabungan TNI, Operasi Surya Bhaskara Jaya, pergeseran pasukan TNI maupun Polri, operasi Trisila, Pengamanan Laut hingga Pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (Pam ALKI). Komandan terakhir adalah Letkol Laut (P) I Komang Teguh Ardana.
Informasi dari situs Rakyat Merdeka Online, disebutkan pada 1 Mei 2013 TNI AL akan kembali menggelar latihan. Latihan itu melibat 20 kapal perang mulai dari kapal cepat, kapal kawal rudal, kapal buru tangkap, kapal penyapu ranjau dan dua kapal selam Salah satu bagian dari latihan itu adalah uji penembakan rudal Exocet MM-40 block II buatan Prancis dan Torpedo SUT. Torpedo akan ditembakkan dari kapal selam. Kapal sasarannya tidak lain adalah KRI Teluk Semangka 512.
Dari Turunkan Pasukan Hingga Selamatkan Turis
Selama memperkuat TNI AL, KRI Teluk Semangka 512 telah menjalani berbagai misi. Mulai dari operasi militer, menjaga kekayaan laut hingga misi kemanusiaan. Kapal yang memiliki panjang 100 meter, lebar 15,4 meter, dan berat 3.770 ton itu dilengkapi dek helikopter di bagian belakang untuk operasi udara.
KRI Teluk Semangka terlibat dalam operasi di Aceh. Kapal ini menjadi kapal angkut pasukan yang akan ditugaskan di Tanah Rencong itu. Setidaknya dua kali kapal ini mengirim prajurit ke Aceh pada 2003. Bersandar di Krueng Geukeuh, KRI Teluk Semangka menurunkan personel Yon Zipur 3 Bandung, 10 truk dan beberapa unit ambulans.
Setelah itu, KRI Teluk Semangka kembali berlayar dengan tujuan Pelabuhan Malahayati, Banda Aceh. Sisa pasukan Yon Zipur 3 Bandung diturunkan di sana. Mereka langsung ditempatkan di kawasan Banda Aceh dan sekitarnya.
Pengiriman anggota TNI itu menyusul batalnya sidang Joint Council, yang sedianya kembali menengahi sengketa antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah RI. Misi menjaga kekayaan laut Indonesia dibuktikan dengan penangkapan terhadap kapal KM Indo Tuna-107 di wilayah perairan timur Indonesia, Papua.
Kala itu, Pangkalan TNI AL Sorong mencurigai kapal KM Indo Tuna-107 melakukan penangkapan ikan tidak sesuai Fishing Ground di perairan Papua. KRI Teluk Semangka pun diperintahkan untuk mengejar kapal itu. Berdasarkan hasil pemeriksaan awal perwira penyidik KRI Teluk Semangka, ditemukan indikasi pelanggaran sehingga komandan KRI Teluk Semangka memerintahkan kepada anak buahnya untuk mengawal kapal Indo Tuna ke pangkalan TNI AL Sorong.
Di Tegal, KRI Teluk Semangka juga menangkap kapal-kapal penangkap ikan tanpa izin. Empat kapal penangkap ikan berbobot mati di atas 30 gross ton (GT) terjaring operasi KRI Teluk Semangka. Keempat kapal itu yakni Kapal Motor (KM) Putra Bahari berbobot mati 33 Gross Ton (GT), KM Putra Samudera 63 GT, KM Sumber Rejeki 36 GT, dan KM Sri Bangun Mulia 58 GT.
Menurut pihak Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tegal, kapal-kapal yang ditangkap KRI Teluk Semangka tidak memiliki surat penangkapan ikan. Misi kemanusiaan yang pernah dijalankan KRI Teluk Semangka yakni membantu warga Pulau Karimun Jawa yang terancam kelaparan karena cuaca buruk. Sekitar 287 orang yang terisolir di Kepulauan Karimunjawa, Jepara sejak akhir Desember 2006, berhasil ‘dievakuasi’. Mereka lalu diangkut ke Semarang.
Ke-287 orang itu berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Bahkan ada satu orang turis Cina. Yang (26), demikian nama turis China itu, dilaporkan sedang berlibur tapi tidak bisa pulang karena cuaca buruk sejak akhir tahun lalu. Selain turis asing, yang ikut dalam perjalanan ‘gratisan’ itu adalah tiga mahasiswi Jepara. Mereka mengaku tidak bisa ujian karena tak bisa kembali ke kampus akibat cuaca buruk di Laut Jawa. Dengan kapal perang buatan tahun 1980 dari Armatim TNI AL itu jarak antara Semarang-Karimunjawa sekitar 130 Km ditempuh dalam waktu 8,5 jam.
Selama di kapal, warga sipil itu mendapat pelayanan yang baik. Mereka diberi roti dan makan siang gratisan. Sebelumnya, KRI Teluk Semangka berlabuh di Sumbawa. Namun karena kondisi mendesak ia ditarik ke Jawa Tengah.
Selain mengangkut orang yang terjebak di Pulau Karimun Jawa, KRI Teluk Semangka juga mengangkut 53 ton beras dan ratusan dus mie instan, sarden, kecap, serta bumbu dapur. Bahan makanan itu dikirim karena warga di pulau sedang krisis pangan karena tak ada pasokan sejak sepekan terakhir. Pengiriman barang terhenti akibat cuaca buruk. (Haryo Adjie Nogo Seno – disarikan dari berbagai sumber)
wkwkwk. bukan jadi rumah terumbu karang, tapi jadi rumah ikan
Pengabdian yg panjang & kini akan menjadi rumah bagi terumbu karang