Aligator 4×4 Master: Rantis Amfibi, Pendukung Observasi Tembakan RM70 Vampire Marinir
|Selain keberadaan truk Tatra T815-7, ada rantis (kendaraan taktis) lain yang menarik perhatian saat uji fungsi medan dan uji penembakkan MLRS (Multi Launch Rocket System) RM70 Vampire milik Korps Marinir TNI AL. Saat uji fungsi medan yang dilangsungkan di Puslatpur Marinir Baluran, Karang Tekok, Situbondo, Jawa Timur, Batalyon Roket Resimen Artileri (Menart) turut menyertakan rantis baru jenis Aligator dan Tatrapan.
Baca juga: Intip Uji Fungsi Medan RM70 Vampire Batalyon Roket Resimen Artileri Marinir TNI AL
Mungkin sudah bisa ditebak asal Aligator (bukan Alligator-red) dan Tatrapan, mengikuti selera Korps Baret Ungu, kedua rantis berasal dari Eropa Timur, lebih tepatnya dari Slovakia. Aligator diproduksi oleh manufaktur Kerametal, sedangkan Tatrapan diproduksi VYVOJ Martin.
Baca juga: Bumi Situbondo Menggelegar, Siang Malam Resimen Artileri Marinir Uji Tembak RM70 Vampire
Tentang keberadaan Aligator 4×4 Master dalam unit Batalyon Roket Menart Marinir diduga terkait dengan paket pengadaan RM70 Vampire. Mengenai peran dan fungsi Aligator dalam baterai RM70 Vampire juga belum diketahui pasti, meski ada dugaan peran rantis 4×4 ini sebagai kendaraan artillery movable observation post, pasalnya memang ada versi Aligator DPP yang perannya untuk observasi penembakkan. Ini artinya keberadaan Aligator akan selalu melekat pada gelar baterai RM70 Vampire.
Bila dirunut dari kehadirannya, Aligator diperkenalkan pertama kali pada ajang IDEB Defence Exhibition 2010 di Bratislava, Slovakia. Bila di dalam negeri, peran Aligator bisa disejajarkan dengan rantis lapis baja 4×4 Komodo buatan Pindad atau P2 Commando buatan PT Sentra Surya Ekajaya. Diciptakan sebagai rantis lapis baja ringan, dengan bobot yang tentunya seringan mungkin, punya siluet rendah, kemampuan manuver tinggi, level survivability tinggi, mudah dalam perawatan, dan punya kapabilitas amfibi. Oleh Kerametal, Aligator disebut ideal untuk misi taktis seperti command, surveillance, reconnaissance, weapon station, dan dapat diaplikasikan bagi kepolisian. Sampai saat ini Kerametal telah merilis Aligator 4×4 Master dalam tujuh varian.
Baca juga: Pindad Komodo Intai 4×4: Reptil Lapis Baja Yonif Mekanis 203/AK Kodam Jaya
Baca juga: P2 Commando Perkuat Armada Rantis Paskhas TNI AU
Versi standar Aligator tidak dilengkapi senjata, namun di bagian atas dapat dipasang senapan mesin 12,7 mm dengan remote control weapon system (RCWS). Sebagai kendaraan lapis baja ringan, seluruh bagian Aligator dilengkapi high level ballistic protection. Mengantisipasi efek ledakan ranjau dan IED, desain kolong Aligator sudah dirancang dengan model unique modular detachable v-shape, sehingga efek ledakan dapat diredam untuk keselamatan awaknya. Untuk misi kombatan tingkat tinggi, Aligator juga bisa ditambahkan lapisan proteksi add on dengan standar proteksi level III STANAG 4569. Untuk roda ban, menggunakan jenis run flat system yang tahan peluru. Awak dan penumpang Aligator juga dibekali proteksi nubika (nuklir, biologi dan kimia).
Baca juga: Adopsi RCWS 7,62 mm di Pansam BTR-50 Marinir TNI AL
Tentang dapur pacu, Aligator 4×4 Master ditenagai mesin diesel Cummins turbo cooled dengan empat silinder. Transmisi mengadopsi jenis otomatis dengan enam kecepatan. Rantis dengan ground clearance 400 mm ini punya kecepatan maksimum 130 km per jam, sementara saat melaju di air, kecepatannnya menjadi 5,5 km per jam. Konsumsi bahan bakarnya saat di darat adalah 25 liter per 100 jarak tempuh 100 km. Dengan bahan bakar penuh, Aligator bisa melaju sejauh 600 km. Untuk berenang di air, Aligator membutuhkan instalasi amphibious kit berupa propeller, mirip pada Panhard VBL yang digunakan TNI AD.
Secara umum, Aligator 4×4 Master punya dimensi panjang 4,34 meter, lebar 2,39 meter, dan tinggi 2,02 meter. Jumlah awak 2 orang (sopir dan komandan), plus delapan penumpang. Bobot kosong buaya asli Slovakia ini mencapai 6 ton. Saat ini, Kerametal telah meluncurkan varian terbaru yang diberi label Aligator 4×4 Master II dan baru saja diluncurkan pada IDEB Defence Exhibition 2016 yang berlangsung bulan Mei lalu. (Gilang Perdana)
Mendukung produk dalam negeri itu wajib, tapi harus dilihat dengan nalar yang logis. Seperti Aligator di Marinir disini menjadi kesatuan sistem dlm baterai RM70 Vampir. Antara Aligator, Tatrapan dan Vampir punya kesamaan sistem komunikasi dan datalink yg sm sama. Jadi peran Aligator tak bisa disamakan dengan Komodo yg dipake Yonif Mekanis AD.
Secara teori, bisa saja Komodo atau P2 dipasangi perangkat comm and obsvervasi seperti di Aligator, cuma itu perlu tahapan instalasi, uji coba dan sertifikasi (krn barang dr luar). Ditambah unit yang dibutuhkan user sangat kecil, ini artinya akan menambah beban biaya akuisisi.
Ditambah ada faktor plus, Aligator punya kemampuan amfibi, sementara rekannya jip rantis dalam negeri belum ada yg bisa sampai saat ini.
Dari sisi pemenuhan amunisi, keluarga RM70 Grad dan Vampir sudah didukung Roket R-Han 122mm Kemhan. Jadi ini sebuah lompatam yang baik.
sejak dulu TNI (semuanya) kalau membeli Alutsista selalu sedikit sedikit, kalau begini terus kita akan ketergantungan dari impor.
Dulu kita beli APC pun sedikit-sedikit, namun setelah ada ANOA,kita beli banyak, mencapai 300 unit.
beli pesawat tempur pun sedikit-sedikit, namun setelah ada IFX pun direncanakan akan membeli 50 unit
beli kapal pun belinya sedikit sedikit, namun setelah ada KCR dan PKR serta LPD, kita telah membeli banyak unit
Semua itu dimulai dari dasar, seperti SS1, banyak caci makian yang diterima, namun setelah itu bisa dilihat sendiri prestarasinya
Seperti kata direktur PT. Pindad Silmy Karim bahwa tak ada yang kita tak bisa, namun sebagian besar kita kurang sabaran, maunya cepat-cepat dan Instan.
ngak ada yang canggih di alutsista ini, jauh lebih rumit baterai rudal starstreak forceshield yang sekarang sedang dibangun bersama LEN
permasalahannya adl ngak ada komitmen pada petinggi terkait
sudah terlanjur terbiasa impor, makanya gampang kena EMBARGO
budaya malas bikin sendiri, enak impor, jiwa patriotisme = 0
sip deh keren nih!! pindad? ah terlalu TNI Angkatan Darat, Korps Marinir jangan Copas tni ad!
Marinir? Jangan impor melulu. Beruntung induknya (TNI-AL) banyak memakai galangan domestik. Kalau marinir atau Litbang AL memiliki desain atau pengembangan sendiri tunjukkan! Produksi di lokal lalu ekspor seperti SSV. Bukankah itu lebih membanggakan??
ngga apa2 impor, yang penting barang yang diimpor ok banget!
Semangat racun yang ngak pantas mas
@blackhawkdown
Semangat racun yang ngak pantas mas
Viva marinir..
Pokoke harus gahar & jago renang,
always rusia/eropa timur
Situ itu orang Rusia/ eropa timur atau Indonesia ? kalau orang Indonesia, seharusnya Always Indonesia, i love Indonesian made, i love Pindad,
wah orang sebelah tingkahnya aneh aneh
Sangat setuju…
siapa lg yg bisa memajukan industri senjata dalam negri,
kl bukan bangsanya sendiri?
yang memajukan Pindad ya TNI AD, itu kan dulu punya nya Angkatan Darat (d zaman orba).Kalau Korps Marinir pakai import (Negara Eropa Timur dan Baarat) sama bikinan litbang TNI AL
@blackhawkdown
Mau adu domba TNI mas, kelakuan orang JKGR
PT. Pindad sekarang Industri strategis milik Negara Indonesia
anda orang Indonesia bukan ?
@nakedangel: nyantai aja kaya dipantai, yg beli marinir yg nyolot loe, masa gw bisa ngadu domba tni?
Lucu. Padahal negara2 yang dulu menjadi satelit Rusia (Uni Sovyet) sekarang malah bersekutu dengan Eropa Barat&USA dengan menjadi anggota NATO dan meninggalkan Rusia. Termasuk Ceko (RM70) dan Slovakia (BVP-2).
betul mas, malah Ukraina sekarang mengajukan untuk jadi anggota NATO,
Rusia semakin menyempit, sedang NATO semakin berkembang
Cekoslovakia bergabung NATO pada tahun 1999
Slovakia bergabung NATO pada 29 Maret 2004
Semoga kedepannya Komodo atau P2 bisa amfibi juga, tapi kalau Komodo sepertinya terlalu berat dibanding dengan P2