Update Drone KamikazeKlik di Atas

AAVP7A1 CATFAE – Ranpur dengan Bom “Fuel Air Explosive” – Pembuka Jalan Pendaratan Amfibi

Ranpur amfibi angkut personel LVTP-7 dikenal sebagai andalan Batalyon Kendaraan Pendarat Amfibi (Yonranratfib) Korps Marinir. Sebagai APC, bekal persenjataan ranpur ini lazimnya berupa senapan mesin berat atau pelontar granat otomatis yang disematkan pada kubah. Namun, tahukah Anda, bahwa saat Perang Vietnam, ranpur jenis ini pernah dipasangkan dengan senjata yang sangat mematikan, meski (saat itu) dipandang ideal untuk ‘membuka jalan’ bagi operasi pendaratan amfibi.

Baca juga: Dalam Operasi Amfibi, LVTP-7A1 “Jodohnya” Bersama Landing Platform Dock

Yang dimaksud adalah varian dari LVTP-7 – AAVP7A1 CATFAE (Catapult-Arunched Fuel-Air Explosive). Tidak ada perubahan desain pada AAVP7A1, hanya saja kompartemen pasukan di bagian belakang diubah fungsinya, yakni dengan ditempatkan 21 unit bom BLU-73 FAE (Fuel Air Explosive). BLU-73 FAE dilepaskan menggunakan pelontar dan parasutnya akan mengembang di atas area sasaran. Pada ketinggian rendah bom akan meledak, yang mana efek ledakannya dapat memicu reaksi ranjau, dan menciptakan kengerian bagi pasukan lawan di perkubuannya.

BLU-73 (juga dikenal sebagai CBU-78) adalah senjata Fuel-Air Explosive (FAE) yang dikembangkan oleh Amerika Serikat selama era Perang Vietnam. Awalnya, BLU-73 dirancang untuk dijatuhkan dari pesawat untuk menciptakan ledakan dan gelombang kejut yang dapat menyebarkan awan panas dari bahan bakar yang mudah terbakar atau campuran udara-bahan bakar aerosol.

Dari spesifikasi, bom BLU-73 FAE digunakan untuk tujuan anti-personil dan anti-material. Saat diledakkan, campuran bahan bakar-udara menciptakan ledakan dahsyat di area yang luas, membuatnya efektif melawan infanteri, struktur ringan, dan kendaraan ringan.

Dari desain, BLU-73 adalah bom tipe tabung, yang dirancang untuk dilepaskan dari pesawat pada ketinggian tinggi. Bom ini berisi campuran bahan bakar yang mudah menguap dan dapat menyebar ke area yang luas saat diledakkan.

Selama Perang Vietnam, BLU-73 digunakan dalam beberapa operasi untuk menargetkan personel dan peralatan musuh di lingkungan hutan lebat. Seperti semua senjata FAE, penggunaan BLU-73 menimbulkan masalah kemanusiaan dan etika yang signifikan karena potensinya untuk menyebabkan kerusakan tambahan yang signifikan dan membahayakan warga sipil.

Baca juga: AAV7A1 RAM/RS, Inilah Keunggulan Varian Upgrade Ranpur Amfibi “LVTP-7” Korps Marinir Thailand

Efek senjata FAE dapat membabi buta dan menyebabkan kerugian bagi non-kombatan, yang mengarah pada kritik dan seruan untuk membatasi penggunaannya. (Bayu Pamungkas)

4 Comments