Dalam Operasi Amfibi, LVTP-7A1 “Jodohnya” Bersama Landing Platform Dock
|Sebagian besar ranpur milik Korps Marinir punya kemampuan amfibi, dimana ranpur tersebut diproyeksikan untuk melakukan pendaratan dari pintu rampa kapal LST (Landing Ship Tank) untuk menuju pantai tumpuan. Namun dari sekian jenis ranpur amfibi Korps Marinir, ada jenis ranpur yang tidak dapat diluncurkan dari LST. Padahal jenis ranpur yang diamaksud terbilang kondang dengan kemampuan atransi “stupid crazy”-nya. Bahkan ranpur amfibi ini kerap digunakan untuk membawa rombongan VIP/VVIP.
Baca juga: Inilah Fakta Menarik dari “Stupid Crazy” LVTP-7 Korps Marinir
Yang kami maksud tak lain adalah LVTP (Landing Vehicle Tracked)-7A1 yang menjadi arsenal Batalyon Kendaraan Pendarat Amfibi (Yon Ranratfib) Resimen Kavaleri Korps Marinir. Bukan soal bobot yang menjadikan LVTP-7 tak bisa diluncurkan dari LST, namun lebih ke dimensinya yang terbilang jumbo dibandingkan ranpur amfibi Marinir lainnya, menjadikan pintu rampa (ramp door) LST terlalu sempit untuk dimasuki LVTP-7. Sebut saja lebarnya yang mencapai 3,27 meter dan tinggi 3,26 meter. Belum lagi panjang LVTP-7 yang 7,94 meter.
Karena punya ukuran yang terbilang khusus, maka gelar LVTP-7 dalam operasi amfibi di lingkup TNI AL, hanya bisa dilakukan dari kapal berjenis Landing Platform Dock (LPD). Saat loading ke LPD, umumnya LVTP-7 masuk lewat side ramp, dan diluncurkan ke laut lewat pintu palka di bagian buritan (stern ramp) yang bisa berubah menjadi dock basah.
Dirunut dari sejarahnya, LVTP-7 mulai diterima Korps Marinir pada tahun 2009/2010, jumlah yang didatangkan dari Korea Selatan ada 15 unit. Sepuluh unit ditempatkan di Jakarta dan lima unit lainnya di Surabaya. Sebelum kedatangan LVTP-7, TNI AL terlebih dahulu telah mengoperasikan LPD pada tahun 2005. Dan jadilah LVTP-7 kini menjadi kendaraan tempur amfibi yang khusus diluncurkan dari LPD, wahana lain yang menjadi ciri khas LPD adalah Landing Craft Utility (LCU) dan hovercraft yang dirancang meluncur dari dock LPD.
Baca juga: Lumba-Lumba Hovercraft TNI AL – Wahana Amfibi Pendukung Patroli dan Angkut Personel
Dan jika merujuk ke doktrin USMC, penggelaran LVTP-7 memang dilakukan oleh LPD. Jejak TNI AL dalam mengoperasikan LVTP-7, belakangan ini diikuti oleh Filipina. Setelah terlebih dahulu mengakuisisi dua LPD produksi PT PAL, atau populer disebut SSV (Strategic Sealift Vessel), kemudian Kemhan Filipina membeli 8 unit KAAV7A1 dari Hanwha Techwin, Korea Selatan. Thailand menggunakan HTMS Angthong (LPD 791) yang merupakan LPD Endurance Class buatan Singapura, untuk meluncurkan LVTP-7. (Haryo Adjie)
Admin,
Mosok sih LST kita nggak bisa angkut LVTP ?
LST Bintuni dan LST Teluk Lada bisa angkut MBT Leopard lho.
Padahal MBT Leopard lebarnya 3,75 meter. Sedangkan lebar LVTP7 hanya 3,27 meter.
Tingginya pintu LST Bintuni kita itu seperti tingginya pintu kapal ferry kita yang truk tronton dengan tinggi muatan 4 meter pun bisa masuk. Sedangkan tinggi LVTP hanya 3,26 meter lho.
Tolong disurvey dan dihitung lagi ya mas Admin.
Itu berdasarkan penuturan dari awak ranpurnya sendiri mas 🙂
cocoknya buat angkut pasukan (APC) gelombang ke 2 operasi RAID amphibi, ujung tombak tetap hrs BMP3F + Sprut + Sosna
Hadeuh….itu lagi-itu lagi 🙆🙆🙆
bisik bisik mantap, berarti kita nanti fokus ke KAAV7A1 dong, min.
beli 50 mintak teote, haha 😝😝
15 unit tdk cukup utk bwt marinir mengingat indonesia byk ribuan pulau, nah solusi bwt marinir LVTP-7 Versi Turki, secepatx Kemhan kerjasama dg Turki kyk kerjasama Tank Medium & UAV https://www.indomiliter.com/spesifikasi-mengacu-pada-lvtp-7-fnss-turki-kembangkan-marine-assault-vehicle/
Platform yg bagus untuk angkut pasukan. Sebaiknya PINDAD membuatnya juga, seperti yg dilakukan Korsel & Turki.