Sikorsky S-58T Twin Pack: Kiprah Helikopter “Codot” TNI AU

5063_11402

Aslinya Skadron Udara 8 memang rumah bagi helikopter angkut berat, tapi pasca Mil Mi-6 di grounded pada akhir tahun 60-an. Skadron Udara 8 kini jadi home base bagi helikopter angkut serbaguna (utility helicopter) SA-330 Puma. Namun predikat satuan helikopter angkut berat mengalami perubahan, pasalnya SA-330 Puma produksi Aerospatiale masuk ke kelas helikopter angkut sedang. Nah, penghuni Skadron Udara 8 nyatanya tak hanya SA-330 Puma.

Sebelum kedatangan SA-330 Puma, Skadron Udara 8 sudah mengoperasikan helikopter Sikorsky CH-34 Choctaw. Satu unit helikopter ini datang pada awal tahun 60-an yang merupakan hadiah dari Presiden Amerika Serikat. Bagi Anda yang penasaran, sosok helikopter ini dapat dilihat sebagai koleksi di Museum Dirgantara Mandala – Yogyakarta. Heli yang terbang perdana pada tahun 1954 ini punya reputasi yang luas, awalnya dirancang untuk kebutuhan AL AS dalam misi AKS (anti kapal selam), dan telah terlibat di banyak pertempuran dandiproduksi hingga 2.108 unit.

Baca juga: Mi-6 : Legenda Heli Raksasa TNI-AU

CH 34 selanjutnya dijual untuk kepentingan sipil dan militer. Dengan mesin asli mesin piston Wright R-1820-84 Cyclone bertenaga 1.525 pk, heli ini mampu terbang menjelajah hingga kecepatan 156km/jam. Heli ini mampu menjangkau jarak 397 Km. Profil heli yang mampu membawa hingga 16 orang ini cukup unik, sebab bagian kokpit penerbang berada di atas kabin penumpang, sehingga penumpang bisa melihat pilot dan kopilot yang duduk di atas saat mengemudikan pesawat.

CH-34 Choctaw di Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta.
CH-34 Choctaw di Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta.

Namun sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan operasional, mesin piston R-1820-84 dinilai terlampau “lemah” ketika operasional. Untuk mengatasi masalah ini, pada dasawarsa 80-an Sikorsky memperkenalkan kit mesin pengganti: dua mesin Turboshaft Pratt & WhitneyPT-6T-3/6 berkekuatan 1.875 shp. Heli pun berubah kode, dari S-58 menjadi S-58T Twin Pac.

Baca juga: SA-330 Puma – Helikopter “Angkut Berat” TNI AU Era-80-an

Baca juga: NAS 332 L1/L2 Super Puma – Helikopter “Air Force One” Republik Indonesia

Keberadaan helikopter S-58T Twin Pack di Indonesia bermula dari hibah pemerintah AS lewat program Defense Liaison Group (DLG) pada tahun 1975. Hingga tahun 2010, dari 12 unit yang ada, hanya delapan unit yang masih operasional dan di operasikan Skadron Udara 6. Keberadaan Twin Pack cukup identik dengan gelar operasional Paskhas hingga mendukung misi SAR. Untuk misi SAR, disematkan hoist untuk menarik dan mengevakuasi korban pada sisi pintu kanan.

Baca juga: Bell 205 A-1 Penerbad – Helikopter Sipil Dengan Kemampuan “Serbu

S-58T beraksi dengan hoist untuk misi SAR.
S-58T beraksi dengan hoist untuk misi SAR.
S-58T dalam perawatan.
S-58T dalam perawatan.

Dengan perubahan mesin, dari piston ke Turboshaft, maka bentuk heli berubah, khususnya pada bagian hidung, dari yang semula bundar setengah bola menjadi lonjong dan seolah memiliki “dua lubang hidung”. Dari bagian hidung, putaran mesin “dikirim” ke pemutar baling-baling utama melalui batang yang biasa disebut main drive shaft. Dari sisi tampilan, perubahan bentuk hidung inilah yang menjadi ciri khas dari S-58T Twin Pack.

Baca juga: Mil Mi-4 Hound – Helikopter Standar TNI “Tempo Doeloe”

S-58TwinPack01-by-gombaljay1948280_20130603071336

Dengan mesin baru tersebut, heli menjadi lebih bertenaga dan gesit. Gaining power heli menjadi lebih tinggi. Alhasil, pesawat bisa take-off secara cepat, segera memperoleh speed untuk naik, dan kalau perlu dapat segera berbelok tajam. Kelebihan ini jelas amat diperlukan dalam pengoperasiannya di wilayah konflik, sebagai misal ketika harus menghindar dar serangan darat.

Bagi yang eksis di dekade 80-an, pasti kenal mini seri "Riptide" di TVRI. S-58T jadi ikon dalam film tersebut.
Bagi yang eksis di dekade 80-an, pasti kenal mini seri “Riptide” di TVRI. S-58T jadi ikon dalam film tersebut.

Baca juga: Mil Mi-17-V5 – Helikopter Angkut Multi Peran Andalan Puspenerbad

Kecelakaan S-58T TNI AU di Riau pada Januari 2008.
Kecelakaan S-58T TNI AU di Riau pada Januari 2008.

Di lingkungan TNI AU, S-58T Twin Pac yang berhidung mirip kelelawar ini dikenal dengan julukan Codot. Heli yang dulunya tergabung dalam Skadron Udara 6 ikut tercatat terjun dalam berbagai operas militer di seluruh pelosok negeri. Di antara pengalaman terbangnya, ia ikut pula hadir dalam berbagai operasi bhakti. SAR, dan olahraga dirgantara, selain itu di operasi militer di Papua/Irian, Aceh, dan Timor Timur.

Selain Indonesia, negara lain yang mengoperasikan S-58T acaian Amerika, Thailand, Uruguay, dan Argentina. Karena usia pakai yang sudah tua, ditambah seringnya terjadi kecelakaan, S-58T milik Skadron Udara 6 kini sudah di grounded, dan digantikan dengan NAS-332 Super Puma. Beberapa kecelakaan yang terkait S-58T seperti:

30 Oktober 2003: Sikorsky S-58T Twin Pack dengan nomor H-3408 jatuh di areal kebun kacang dan tanaman singkong di sekitar Lanud Atang Sanjaya, Bogor.

– 12 Oktober 2005: Twin Pack S-58T beregistrasi H-3451 milik TNI AU jatuh saat melakukan latihan rutin di sekitar Lanud Sentani Papua.

7 Januari 2008: Twin Pack S-58 nyungsep di antara batang-batang kelapa sawit di Desa Ogom Kecamatan Sei Kijang Kabupaten Pelalawan, Riau. Robert Viswanathan Chandran , miliader Singapura menjadi korbannya. (Gilang Perdana)

Spesifikasi Sikorsky S-58T Twin Pack
– Crew: 2
– Capacity: 16 troops or 8 stretchers
– Panjang : 17,28 meter
– Tinggi : 4,85 meter
– Berat kosong : 3.355 Kg
– Berat penuh : 5.895 Kg
– Mesin : One 1340kW (1800shp) Pratt & Whitney Canada PT6T3 Twin Pac turboshaft
– Kecepatan maks : 222 Km per jam
– Kecepatan jelajah : 158 Km per jam
– Jarak tempuh : 480 Km

11 Comments