Punya Kesamaan 70% Suku Cadang dengan F-16, Mesir Tengah Godok Serius Akuisisi FA-50 Fighting Eagle
|Adalah pencapaian besar ketika Korea Selatan berhasil mengekspor K9 Self Propelled Howitzer ke Mesir, yang artinya membuka pasar alutsista baru bagi Negeri Ginseng ke Afrika. Mesir pun turut kebagian berkah dari kerja sama dengan Korea Selatan, pasalnya selain menawarkan paket pinjaman luar negeri dengan bunga rendah, Korea Selatan juga memberikan alih teknologi.
Seperti dalam pengadaan K9 Thunder senilai lebih dari 2 triliun won (US$1,65 miliar), perusahaan pertahanan Mesir, Arab International Optronics Company mendapatkan alih teknologi dari Hanwha Defense Group untuk memproduksi secara lokal Automatic Fire Control System (FCS) dan komponen elektronik lainnya untuk K9A1 155 mm yang akan diproduksi di Mesir.
Dengan perjanjian di atas, maka industri pertahanan Mesir akan memiliki kemampuan untuk memproduksi secara lokal 70 persen dari howitzer self-propelled K9 dengan produksi pertama dimulai tahun 2023.
Nah, melanjutkan kisah sukses atas pengadaan K9, ada kabar bahwa Mesir kini tengah serius untuk mengakuisisi jet tempur ringan FA-50 Fighting Eagle, yang sebelumnya telah dipesan oleh Filipina, Polandia dan Malaysia.
Menhan Malaysia: “Kami Beli Block 20, Versi Terbaru Jet Tempur FA-50 Fighting Eagle”
Seperti dilaporkan Korea Daily pada 24 Maret 2025, Duta Besar Mesir untuk Korea Selatan, Khaled Abdelrahman, menyatakan bahwa negosiasi antara Mesir dan Korea Selatan mengenai ekspor pesawat FA-50 tengah berjalan, terutama setelah FA-50 lolos dalam sekeksi kategori pesawat Eagle Light dan Missiles Anti-Tank oleh Angkatan Udara Mesir.
Dalam sebuah wawancara yang dilakukan di kedutaan Mesir di Seoul, ia menggambarkan pembicaraan itu bergerak ke arah yang penuh harapan dan merujuk kerja sama strategis yang lebih luas antara kedua negara. Duta Besar menekankan bahwa teknologi pertahanan Korea dapat memainkan peran dalam strategi Mesir untuk mengembangkan kemampuan industri domestik, terutama melalui lokalisasi produksi di Mesir.
Diskusi ekspor saat ini dikatakan berada pada tahap akhir, dengan pesanan awal 36 unit FA-50 Fighting Eagle yang sedang dipertimbangkan dan kemungkinan pengadaan tambahan di masa depan.
Pernyataan di atas mengikuti kunjungan Februari 2025 ke Mesir oleh South Korea’s Defense Acquisition Program Administration (DAPA) Seok Jong-Gun, yang memimpin delegasi perusahaan pertahanan Korea Selatan sebagai bagian dari upaya memperluas ekspor.
Polandia Incar KGGB (Korean GPS-Guided Bomb) – Bom Pintar untuk Persenjatai FA-50PL Fighting Eagle
Tahun ini menandai peringatan 30 tahun hubungan diplomatik antara Mesir dan Korea Selatan, dengan Duta Besar juga mengidentifikasi energi, infrastruktur, dan transformasi digital sebagai sektor tambahan untuk kerja sama. Mesir menawarkan insentif untuk menarik investasi Korea Selatan dalam energi terbarukan, kota pintar, dan transportasi.
Minat Mesir dalam akuisisi FA-50 muncul lebih jelas setelah 3 Agustus 2022 Pyramids Air Show, di mana tim Aerobatic Black Eagles Angkatan Udara Korea Selatan melakukan atraksi udara dalam pameran dirgantara tersebut.
Menurut sumber Korea Selatan, Mesir telah mengejar proyek pengadaan pesawat latih canggih sejak tahun 2023. Jumlah total pesawat yang dipertimbangkan diperkirakan sekitar 70 unit. Italia telah mengusulkan pengiriman 20 unit M-346, meskipun tidak dikonfirmasi jika gambar ini selaras dengan proyek Mesir. Mesir saat ini mengoperasikan 40 unit jet alpha yang diperoleh pada 1970-an dan 117 unit K-8es dari Cina. Pengadaan 70 unit pesawat baru akan konsisten dengan mengganti semua jet alfa dan bagian dari armada K-8E.
Mesir Rayakan 40 Tahun Pengoperasian F-16, Negara Keempat Terbesar Pengguna Fighting Falcon
FA-50 Fighting Eagle muncul sebagai kandidat kuat dalam program akuisisi jet latih lanjut/tempur ringan Mesir. FA-50 memiliki lebih dari 70 persen bagian kesamaan (suku cadang) dengan F-16. Kompatibilitas ini menawarkan potensi keuntungan dalam logistik, pemeliharaan, dan rantai pasokan. Dengan memilih FA-50, Mesir dapat merampingkan pemeliharaan dan mengurangi biaya operasional.
Meskipun harga akuisisi relatif lebih tinggi dari pesainnya, total biaya siklus hidup FA-50 dianggap lebih rendah. Potensi yang akan dibeli Mesir adalah varian terbaru seperti yang dipesan Malaysia, yakni FA-50 Block 20 dengan peningkatan kinerja yang mendekat kemampuan F-16 C/D.
Angkatan Udara Mesir saat ini mengoperasikan 208 unit F-16, yang otomatis menjadi pengguna F-16 terbesar secara global. Mengingat FA-50 menggunakan mesin General Electric F404-GE-102, maka ekspor FA-50 ke Mesir, sudah barang tentu harus mendapatkan restu dari Washington. (Gilang Perdana)
Tolak Tawaran Upgrade ke Standar F-16 Viper, Mesir Putuskan Akuisisi Jet Tempur Chengdu J-10C
“FA-50 memiliki lebih dari 70 persen bagian kesamaan (suku cadang) dengan F-16. Kompatibilitas ini menawarkan potensi keuntungan dalam logistik, pemeliharaan, dan rantai pasokan. Dengan memilih FA-50, Mesir dapat merampingkan pemeliharaan dan mengurangi biaya operasional.”
Ini artinya Mesir akan secara bertahap mengganti F-16C/D miliknya di masa yang akan datang? Semoga pertanyaan ini tak mengundang netizen ‘usil’ yang mempertanyakan kalimat tersebut 😅