Pilot Chengdu J-20 Klaim Berhasil Masuk ke Wilayah Udara Taiwan Tanpa Terdeteksi
|Saling klaim keunggulan antar pihak yang bertikai sudah lazim namun, seberapa logis klaim itu dilontarkan, itu yang akan menjadi penilaian tersendiri. Seperti belum lama ini beredar video pendek yang melontarkan pernyataan dari pilot jet tempur Cina, dimana Ia mengklaim berhasil terbang masuk jauh ke wilayah udara Taiwan tanpa terdeteksi. Tunggangan yang dibawa sang pilot Cina memang tak sembarangan, yakni Chengdu J-20 “Mighty Dragon”, yakni penempur stealth yang diposisikan sebagai lawan tanding F-22 Raptor.
Baca juga: Tandingi Kemampuan F-22 Raptor, Cina Pamer Teknologi 2D Thrust Vector untuk Chengdu J-20
Dilansir dari eurasiantimes.com (18/1/2023), Angkatan Udara Cina – People’s Liberation Army Air Force (PLAAF) telah meningkatkan provokasinya ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara Taiwan (ADIZ). Pada 15 Januari, Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan (MND) menyatakan bahwa AU Cina telah mengirim pesawat tempurnya setidaknya tujuh kali minggu lalu.
Sudah barang tentu, aktivitas semua jet tempur Cina yang terbang dekat dengan Taiwan secara teratur dipantau oleh Taipei. Tapi bukan tak mungkin, ada sebuah jet tempur dari generasi kelima yang mampu menyusup masuk ke ruang udara Taiwan, tanpa terdeteksi dan dicegat (intercept) oleh jet tempur Taiwan.
The J-20 has patrolled the airspace near Taiwan Island. However, the Taiwan Air Force has never announced the discovery of the J-20. 😎 pic.twitter.com/GgsTlWfiUy
— 彩云香江 (@louischeung_hk) January 16, 2023
Kapten Yang Juncheng dari brigade “Wang Hai” AU Cina baru-baru ini mengatakan kepada Chinese Central Television (CCTV), bahwa dirinya terbang di atas Taiwan, mengawasi seluruh pulau dari kokpitnya. Pilot memberi tahu saluran tersebut bahwa dia terbang di atas Bashi Channel, Selat Miyako, dan Selat Tsushima di Laut Cina Timur.
Yang berkata, “Saya bisa melihat seluruh garis pantai dan pegunungan di Pulau Formosa. Pada saat itu, saya merasa bangga.”
Namun, Kementerian Pertahanan Taiwan belum secara resmi mengakui penerbangan J-20 di dekat wilayah udaranya. Kemhan Taiwan secara teratur menerbitkan data tentang provokasi udara dan maritim Cina di akun Twitter resminya. Ini bisa berarti bahwa militer Taiwan tidak dapat mencegat J-20 atau memilih untuk menyembunyikan informasi tersebut.
Kapten Yang lebih lanjut mengatakan kepada CCTV, “Saya berkata pada diri saya sendiri pada waktu itu, saya akan terbang di masa depan! Tidak ada yang namanya Selat Taiwan. Baris ini atau garis itu!”
Pernyataan itu merujuk pada garis median, penyangga imajiner yang mengalir di Selat Taiwan antara Taiwan dan China. Meskipun garis tersebut telah membantu menjaga perdamaian untuk waktu yang lama, garis itu semakin menjadi tidak relevan karena Beijing menegaskan kedaulatannya atas Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri dan telah berjanji untuk mengintegrasikannya dengan daratan Cina.
Pada Agustus 2022 , Cina mengerahkan pesawat tempur J-20 untuk pertama kalinya dalam latihan militer bersama yang dilakukan di sekitar Taiwan, yakni terkait ketegangan yang melonjak setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan.
Pada saat itu, pesawat tempur lepas landas dari lapangan terbang di bawah Komando Teater Timur dan melakukan misi termasuk blokade bersama, serangan laut, serangan darat, superioritas udara, dan tembakan langsung dari senjata presisi.
Selama ini, pesawat tempur seperti J-11, J-16, dan Su-30 yang memasuki ADIZ Taiwan, tetapi tidak ada komunikasi tentang J-20 yang melakukan penerbangan di atas atau di sekitar Taiwan. Kemudian pada bulan November 2022, J-20 diperlihatkan kepada publik di Zhuhai AirShow, di mana dua pesawat telah mendarat dan parkir untuk sementara waktu.
J-20 gencar dilibatkan dalam tugas patroli, khususnya setelah J-20 beralih menggunakan mesin yang dikembangkan di dalam negeri. J-20 awalnya ditenagai oleh mesin 2x Saturn AL-31FN-series (145 kN) buatan Rusia.
Kemudian mesin Saturn AL-31FN-series mulai digantikan oleh mesin turbofan Shenyang-Liming WS10C yang dikembangkan secara lokal setidaknya mulai September 2019. Mesin buatan Cina dikatakan menawarkan daya dorong yang lebih unggul dibandingkan dengan Saturn.
Shenyang-Liming WS10C yang telah disempurnakan telah diuji coba dan ditampilkan pada J-20 yang berlaga pada pameran dirgantara Zhuhai AirShow 2021 pada bulan September lalu. Pihak manufaktur J-20, yakni Chengdu Aircraft Industrial Group Co Ltd telah menyatakan akan meningkatkan kapasitas produksi J-20, setelah tidak ada hambatan pada pasokan mesin. (Gilang Perdana)
Percaya sajalah kenapa sih kita toh juga belum mampu bikin sendiri, saya sih bangga2 saja karena ternyata bangsa benua Asia ada yg mampu juga bikin pespur ginian hebat tu Cina mampu imbangi barat pake teknologi Rusia dan gunakan sistem Spanyol yang penting jadi dan mampu mandiri kualitas kan bisa ditingkatkan kalau dah mampu bikin sendiri dulu.
@ayam
Pantas Israel rata rata radarnya S-Band.
Klo memang masuk Taiwan, se siluman apapun pasti suara jetnya akan terdengar. Klaim boleh saja, tapi j-20 sempat ngacir krn bisa di lock jet Su -30 MKi saat konflik perbatasan.
Nambahin nih
Yang lebih advance dari Patriot dalam menanggapi stealth fighter ada MEADS milik Jermo yang juga menggunakan PAC3 MSE
Multfunction radar X band
Search & tracking C band
Surveilance UHF band
Nah soal ini ane tak tau apakah Taiwo sudah mengaplikasikan konfigurasi radar diatas. Patriot dan Sky bow 3 sepertinya belum.
@livik
Radar Patriot dan juga S300, S400 justru pakai KA Band. HF band termasuk juga K band, L band, S band apalagi X band beginian kurang cocok buat mendeteksi stealth aircraft.
Kudu pakai radar LF band seperti C band, UHF & VHF
Zoltan Dani yang menembak jatuh F117 di konflik Bosnia pakai radar C band
benar tidaknya tergantung bukti nyata, harusnya pilot buat video saat masuk wilayah Taiwan.
China semakin lama semakin nekat. Emang Patriot gk mampu mendeteksi apa? Warning sih ini mah buat US dan Jepang.