Tandingi Kemampuan F-22 Raptor, Cina Pamer Teknologi 2D Thrust Vector untuk Chengdu J-20

Buntut dari ‘pensiunnya’ F-15 C/D Eagle dari Pangkalan Udara Kadena di Jepang, maka Amerika Serikat berencana dalam waktu dekat untuk menempatkan jet temput stealth F-22 Raptor, sebagai kekuatan pengganti untuk sementara waktu. Dalam perspektif Beijing, penempatan F-22 Raptor di Jepang akan membawa tekanan tersendiri, pasalnya F-22 punya potensi untuk bersinggungan dengan jet tempur Cina di kawasan tersebut.

Baca juga: Angkatan Udara AS Tarik Secara Permanen Armada F-15 Eagle dari Kadena, Jepang Dibuat Ketar-ketir

Terkait dengan debut F-22 Raptor yang akan ditempatkan di Lanud Kadena, Cina pun terus mempersiapkan kemampuan jet tempur stealth Chengdu J-20 Mighty Dragon, yang sedari awal digadang sebagai lawan tanding F-22 Raptor.

Meski diplot sebagai lawan tanding Raptor, namun secara teknis kesiapan tempur Chengdu J-20 masih berada di bawah standar, terutama Angkatan Udara Cina masih punya tantangan untuk meningkatkan kemampuan mesin J-20, yang selama ini kerap dikeluhkan.

Awalnya, Chengdu J-20 menggunakan mesin Shenyang WS-10B, namun ada sumber lain yang menyebut varian awal twin jet ini menggunakan mesin buatan Rusia Salyut AL-31FM2 yang punya kekuatan afterburning 145 kN. Tapi rupanya Cina belum puas atas integrasi mesin tersebut, kemudian berlanjut J-20 dipasangi mesin WS-10 “Taihang”. Apesnya dengan mesin WS-10 sang penempur dari generasi kelima ini gagal mempertahankan kecepatan supersonic-nya.

Tapi itu dulu, di ajang Zhuhai AirShow 2022, Cina telah memamerkan teknologi vektor dorong 2D – 2D Thrust Vector Tech. Dikutip dari Eurasiantimes.com (12/11/2022), disebutkan bahwa mesin turbofan dengan nozzle kontrol vektor dorong 2D memberikan peningkatan kemampuan manuver dan kemampuan stealth J-20.

Para insinyur Cina diwartakan telah mengerjakan teknologi ini untuk menutup kesenjangan antara kemampuan jet tempur stealth J-20 dengan F-22 Raptor, yang sudah menggunakan nozzle kontrol vektor dorong – thrust vector control nozzle. Mesin J-20 dengan vektor dorong 2D dipamerkan dalam lima varian.

Menurut Aero Engine Corp of China (AECC), lima varian berbeda dari seri Taihang ini digunakan pada pesawat lain oleh militer Cina. Meskipun mesin WS-10 Taihang ini sudah ada sejak lama, mesin dengan teknologi kontrol vektor dorong telah menarik perhatian pengunjung di pameran udara Zhuhai AirShow 2022.

Menurut AECC, mesin WS-10 Taihang terus menerima peningkatan teknis yang telah meningkatkan kinerja, keandalan, keselamatan, kemampuan siluman, ekstraksi daya, kemampuan beradaptasi lingkungan, daya tahan, dan vektor dorong. Wei Dongxu, seorang ahli militer Cina mengatakan, bahwa vektor dorong dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan manuver jet tempur dengan memberikan dorongan langsung ke arah yang diinginkan dan menggunakan aerodinamika. “Pengembangan mesin turbofan dengan nozel kontrol vektor dorong 2D berarti mesin memiliki daya yang cukup untuk mengelola hilangnya daya dorong,” kata Wei.

Pada Januari 2022, Cina mengumumkan bahwa mereka akan mulai meningkatkan mesin jet tempur stealth J-20 dengan teknologi modern agar sesuai dengan kemampuan F-22 Raptor.
Untuk saat ini, penempur J-20 diyakini menggunakan mesin WS-10C.

Mesin WS-10C adalah solusi stop-gap sampai mesin WS-15 yang lebih canggih siap dipasang. Namun, WS-10C, yang juga digunakan pada jet tempur stealth lainnya, membatasi kemampuan J-20.

Menurut sebuah studi dari Pentagon, Beijing telah secara aktif memodernisasi jet tempur J-20-nya. Cina berspekulasi untuk menambahkan nozzle thrust-vectoring 2D dan kemampuan “super cruise” seperti F-22 dengan mesin WS-15 buatan domestik ke J-20.

Kegagalan demi kegagalan pada uji mesin, menyebabkan Cina untuk saat ini harus puas dengan kemampuan mesin WS-10C. Awal tahun ini, ada laporan bahwa Cina akhirnya meng-upgrade mesin WS-10C dengan teknologi thrust vector nozzle.

Sebuah jet tempur J-10B melakukan penerbangan di Zhuhai AirShow 2018 dengan nozzle kontrol vektor dorong 3D. Salah satu dari lima versi Taihang, mesin dengan nozzle kontrol vektor dorong 3D, juga dipamerkan tahun ini. Namun, perlu diperhatikan bahwa nosel 2D bisa kehilangan daya dorong yang lebih besar daripada nosel 3D.

Wei mengatakan kepada Global Times, bahwa Cina telah mengembangkan mesin turbofan yang mencakup nozzle kontrol vektor dorong 2D, yang menyiratkan bahwa mesin memiliki daya yang cukup untuk menangani beberapa kehilangan daya dorong.

Teknologi ini biasanya memungkinkan jet untuk terbang lebih lama dan melakukan misi tempur yang lebih rumit tanpa mengisi bahan bakar sesering jet tempur konvensional. F-22 Raptor yang saat ini akan ditempatkan di Pangkalan Udara Kadena Jepang, telah memiliki teknologi tersebut sejak dua dekade silam.

Baca juga: Cina Berhasil Atasi Masalah Pada Mesin WS-10, Kini Jet Tempur Stealth Chengdu J-20 Siap Diproduksi Massal

Menurut Fu Qianshao, seorang penerbang militer Cina, nozzle 2D biasanya lebih disukai jika mesin dapat memberikan daya yang cukup, karena biasanya memiliki potensi deteksi radar dan infrared signatuner yang lebih baik daripada nozzle 3D. Nozel 2D berbentuk persegi panjang, dan nozel 3D berbentuk lingkaran. (Gilang Perdana)

5 Comments