[Polling] LHD Mistral Class Jadi Rujukan Paling Ideal Untuk Kapal Induk Indonesia

Meski saat ini beritanya telah berlalu, namun sekitar dua minggu lalu, yakni pasca kunjungan kapal induk Angkatan Laut Perancis Charles de Gaulle ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali mengungkapkan bahwa pihaknya tengah melakukan kajian kebutuhan kapal induk untuk mendukung operasi militer selain perang (OMSP).
Baca juga: Kapal Induk Helikopter Indonesia: Bila Ada Komitmen Pasti Bisa Diwujudkan
“Kapal induk masih dalam pengkajian, tapi kelihatannya kita memerlukan kapal induk untuk kepentingan OMSP terutama ya,” ujar Ali, kepada wartawan di Mabes TNI AL, Kamis (6/2/2025).
Sebelum itu, wacana untuk mengakuisisi kapal induk telah mengemuka, termasuk PT PAL Indonesia pernah memperkenalkan konsep kapal induk helikopter yang dibangun dari basis kapal kargo Star 50. Namun, wacana itu surut seiring populernya penggunaan Landing Plaftom Dock (LPD), yang juga telah mampu dibangun oleh PT PAL.
Nah, menyambung pernyataan KSAL Muhammad Ali, kami beranggapan dengan kesesuaian kebutuhan Indonesia, yakni dari anggaran yang paling ‘masuk akal’ untuk biaya akuisisi dan operasional, maka jenis kapal induk yang dirasa ideal untuk Indonesia adalah Landing Helicopter Dock (LHD).
LHD dapat untuk mendukung misi OMSP, termasuk peran sebagai kapal rumah sakit. Sementara dalam misi militer perang, LHD yang juga dilengkapi well deck dan stern ramp juga dapat berperan sebagai kapal serbu amfibi Mengirimkan tidak hanya ranpur amfibi dari tengah laut, namun LHD juga dapat membawa pasukan marinir dalam jumlah besar, termasuk meluncurkan LCU dan hovercraft (Landing Craft Air Cushion/LCAC).

Punya flight deck berukuran besar, LHD mampu menampung operasi helikopter dalam jumlah besar, sesuatu yang selama ini belum pernah ada dalam doktrin TNI.
Meramaikan bahasan di kalangan netizen, Indomiliter.com menggelar polling singkat tentang kapal induk untuk Indonesia. Dalam polling ke-24 Indomiliter.com (8 – 15 Februari 2025), yang mengambil pertanyaan, “Landing Helicopter Dock (LHD) Dianggap Paling Ideal Bagi Indonesia Bila Ingin Mengoperasikan Kapal Induk. Menurut Anda, Kelas Apa yang Layak Jadi Rujukan”
Dari total 4.251 voters, sebagian besar yakni 2.431voters (57 persen) memilih Mistral class buatan Naval Group (Perancis). Namun, yang mengejutkan tempat kedua dengan pilihan 1.007 voters (25 persen) justru jatuh pada LHD Type 075 Yushen class buatan Hudong–Zhonghua (Cina).

Dan berikut paparan dari hasil polling yang turut melibatkan nama-nama LHD lain dari Australia, Korea Selatan dan Amerika Serikat. Terkhusus LHD TCG Anadolu (Turki) dan Trieste (Italia), tidak kami ikutkan dalam polling, karena masing-masing baru diproduksi satu unit dan belum mencapai lima tahun beroperasi sejak komisioning.
Mistral Class (Perancis)
Secara elektabilitas, LHD andalan Angkatan Laut Perancis ini jelas yang paling tinggi dan populer. Mistral class sudah beberapa kali sandar dan merapat di Indonesia yang terkait misi pelayaran jarak jauh. Ditambah kapal induk helikopter ini pernah ‘nyaris’ diakuisisi oleh Rusia, menyiratkan bahwa spesifikasi Mistral class memang mumpuni. Selain Perancis, saat ini Mesir menjadi pengguna Mistral class.
Type 075 Yushen Class (Cina)
Meski namanya tak sekondang Mistral class, namun Type 075 sudah pernah merapat di Indonesia dalam misi pelayaran persahabatan. Keberadaan kapal induk berbobot 40.000 ton ini kerap dikaitkan dengan ekspansi militer Cina. Dalam simulasi invasi Cina ke Taiwan, armada Type 075 dianggap menjadi salah satu unsur penting dalam operasi serbu amfibi.

Dokdo Class (Korea Selatan)
Meski belum pernah berlayar ke Indonesia, Dokdo class rupanya menempati posisi ketiga dalam polling, yakni dipilih 368 voters (9 persen). Dibangun oleh Hanjin Heavy Industries & Construction (HHIC), saat ini terdapat dua unit Dokdo class – ROKS Dokdo (LPH-6111) dan ROKS Marado (LPH-6112).
Punya panjang 199 meter, lebar 31 meter dan bobot 19.000 ton, Dokdo class dapat membawa 720 pasukan marini dan lebih dari 10 helikopter (termasuk KUH-Marineon).
ROKS Marado (Dokdo Class): Kapal Induk Helikopter Andalan Korea Selatan
Canberra Class (Australia)
Terdiri dari HMAS Canberra (L02) dan HMAS Adelaide (L01), kapal induk helikopter/serbu amfibi ini sudah sering wara-wiri ke Indonesia. Canberra-class dan TCG Anadolu (Turki) sama-sama berbasis pada desain Juan Carlos I, yang dibuat oleh Navantia (Spanyol). Bedanya, Canberra class dengan berat penuh 27.500 ton tidak memiliki ski-jump untuk operasional pesawat fixed-wing, sedangkan TCG Anadolu memiliki ski-jump untuk drone dan pesawat STOVL.
Wasp Class (Amerika Serikat)
Nama LHD Wasp class tidak populer disebut, padahal kapal induk/serbu amfibi ini kerap dilibatkan dalam latihan bersama di Indonesia. Catatan penting yang tidak dapat dilupakan, adalah jasa LHD ini (USS Bonhomme Richard (LHD-6) sebagai salah satu armada yang ikut berpartisipasi dalam tanggap bencana Tsunami di Aceh pada tahun 2004.
Setelah Lima Bulan ‘Sekarat,’ Kapal Induk USS Bonhomme Richard Akhirnya Resmi di Scrap
USS Bonhomme Richard dalam operasi di Aceh mengerahkan helikopter untuk distribusi logistik dan evakuasi medis. Termasuk pasokan makanan, air bersih, serta peralatan medis dan dukungan tenaga medis dari personel AL AS.
Ada delapan unit Wasp class yang dibangun, dengan unit pertama, USS Wasp (LHD-1) dan unit terakhir, USS Makin Island (LHD-8). Wasp class punya bobot penuh 41.000 ton, panjang 257 meter dan lebar 32 meter. (Indomiliter)

 
													 
													 
																											 
													
Kita lihat… Sangat sulit dikala efisiensi begini.. Arah geopolitik seperti apa nantinya… Menang mistral,balik lagi… Nanti bakalan dibahas ulang🤣🤣 Uwang mana uwang… Semoga tdk ada yng pada minta jatah ya… 😁😁 NKRI Harga Mati atau hanya emeng doang… Kritik pedas memang perlu,supaya dana memang untuk kebutuhan negara menunjukkan adanya upaya mempertahankan,bukan kebutuhan suap makan sendiri..
Mistral bisa luncurin drone TB3 nggak? Nggak ada ski-jump nya. Kalau LHD nya ingin diisi TB3, San Juan/Anadolu lebih cocok.
Kalo wacana drone untuk kapal LHD beneran, keqnya mistral sama dokdo agak sulit sih (kecuali mau modif pake ski jump). Alasan kenapa ane milih canberra class. Type 075 naggung sih kalo buat operasional drone, nunggu type 076 muncul apakah bener pake catobar
Ya tanggung kalo cuma bisa bawa heli doang… walaupun dikhususkan untuk helikopter, sebaiknya LHD juga bisa membawa 5 atau 6 buah pesawat STOVL untuk marinir support atau apa kek.
@Hope: ITS Giuseppe Garibaldi bukan LHD karena tak memiliki well deck dan ramp door, sejarah singkatnya kapal tersebut adalah kapal induk anti-kapal selam (ASW) dari tahun 1985 hingga 1989 karena Angkatan Laut Italia pada saat itu hanya diizinkan untuk mengoperasikan helikopter saja sementara semua aset udara sayap tetap dioperasikan oleh Angkatan Udaranya, pada akhirnya larangan pesawat sayap tetap dicabut pada tahun 1989, Angkatan Laut Italia pun memperoleh pesawat tempur Harrier II untuk terbang dari Giuseppe Garibaldi dan telah menjadi kapal induk ringan hingga purna tugas tahun 2024 lalu
Yang “dilirik”, LHD ex ITS Giuseppe Garibaldi. tapi sayang tidak masuk pooling
Tentu tidak masuk polling, karena yang masuk polling adalah LHD dengan kemampuan serbu amfibi (punya well deck) 🙂
Min tolong di revisi untuk artikel terkait Indonesia memborong drone bairaktar puluhan unit itu beritanya dapat dipastikan belum kontrak pembelian, daftar rencana pengadaan alutsista atau blue book aja belum terbit oleh bappenas kok bisa udh ada kontrak drone jumbo? Dapat dipastikan juga itu belum mendapatkan psp (penetapan sumber pembiayaan) dari mentri keuangan, kontrak drone akinci yg sedikit aja belum ada kabarnya kok bisa udh sign kontrak puluhan unit?
Ini paling cuma mou seperti pembelian f15 yg kabar nya sekarang blm ada lagi?
Setiap kontrak alutsista dari turki kenapa lama dikarenakan ga ada lender atau lembaga pembiayaan luar negeri yang mau membiayai.
Lha yang memang baru sebatas MoU, silahkan disimak dulu isi beritanya, jangan hanya baca judul 🙂 –> https://www.indomiliter.com/borong-bayraktar-tb3-dan-akinci-dalam-jumlah-besar-ri-dan-turki-sepakat-bangun-produksi-drone-di-indonesia/
TCG Anadolu paling pas. karena mudah tot langsung dikerjakan di pt.pal. dari itu, bisa bikin lebih besar jg selam bekerja sama dgn turki.. tidak ada tidak mungkin.
Sebelum hebohnya penggunaan Drone oleh Azerbaizan & Ukro, mungkin Mistral + helikopter adalah pilihan utama, tapi sekarang tidak ferguno, LHD harus wajib ada Skyjump untuk Drone, apalagi mau bikin pabrik Drone disini, Jelas Anadolu yg dipilih, jadi satu paket dari Turkiye,
Soal baru dibikin 1 LHD, laah.. KF21 malah dari 0, tapi tetep dibeli kaan😁
Berdasarkan hasil voting ke-24 yang menyatakan bahwa Mistral class menjadi rujukan paling ideal bagi pengadaan kapal induk Indonesia, menurut berita yang baru-baru ini hits terkait penandatangan pembelian UCAV Bayraktar TB3 dan Akinci dalam jumlah besar, dikatakan pengadaan Bayraktar TB3 tersebut terkait dengan rencana TNI AL untuk mengoperasikan kapal induk di masa mendatang, pertanyaannya jika pada akhirnya Mistral class yang terpilih lalu Bayraktar TB3 sudah ada apakah kapal LHD tipe Mistral yang tak memiliki ski-jump dapat membawa drone bersenjata tersebut? 🤔 => https://www.indomiliter.com/borong-bayraktar-tb3-dan-akinci-dalam-jumlah-besar-ri-dan-turki-sepakat-bangun-produksi-drone-di-indonesia/
Kalo budget jelas Juan Carlos / Type 075, tapi kalo budget ga masalah Trieste sangat menarik
kalau pengadaan bayraktar TB3 jadi, bukannya harus yg ada ski jump nya?
Kenapa Trieste Class Italy gak ikut Poling sih… Itu LHD paling lengkap persenjataan soalnya
sudah dijelaskan alasannya di tulisan 🙂