Leonardo AW159 Wildcat Capai IOC dengan Rudal Sea Venom, Royal Navy Siap Tempur di Garis Depan

Setelah viral digunakan Angkatan Laut Filipina dalam uji peluncuran rudal Spike NLoS, helikopter spesialis naval, Leonardo AW159 Wildcat HMA.2 milik Angkatan Laut Inggris (Royal Navy) belum lama ini telah mencapai tahapan Initial Operating Capability (IOC) atau Kemampuan Operasional Awal untuk pengoperasian rudal Sea Venom.

Baca juga: Angkatan Laut Filipina Untuk Pertama Kali Luncurkan Rudal Spike NLoS dari Helikopter AW159 Wildcat

Seperti dikutip Royalnavy.mod.uk (2/10/2025), dengan pencapaian tahap IOC, maka AW159 Wildcat dengan rudal Sea Venom, dapat digunakan di garis depan operasi militer. Mulai digunakan Angkatan Laut Inggris sejak tahun 2021, ada beberapa dasar penetapan IOC pada rudal Sea Venom di helikopter Wildcat.

Dasar paling krusial adalah penyelesaian uji tembak langsung (live firing) rudal Sea Venom yang dipandu dari helikopter Wildcat HMA.2. Uji coba ini, yang dilaporkan telah berhasil dilakukan (misalnya di Aberporth Range di Wales pada Oktober 2024), membuktikan bahwa seluruh sistem—mulai dari peluncur, perangkat lunak helikopter, sistem penargetan, hingga rudal itu sendiri—telah terintegrasi dan berfungsi dengan benar.

IOC diberikan setelah kemampuan operasional yang unik dari Sea Venom, yaitu ‘operator-in-the-loop’, berhasil diverifikasi. Fitur ini memungkinkan awak Wildcat untuk memantau, mengubah lintasan, menyesuaikan titik bidik akhir (aimpoint correction), atau bahkan membatalkan serangan (safe abort) rudal saat rudal sedang terbang, menggunakan citra inframerah yang dikirimkan kembali dari pencari (seeker) rudal.

Kemampuan kontrol ini sangat penting dalam lingkungan pesisir (littoral environment) yang kompleks dan memastikan presisi tinggi, yang merupakan peningkatan signifikan dibandingkan rudal generasi sebelumnya (Sea Skua).

Sebelum IOC, helikopter dan rudal harus terbukti aman dan efektif untuk digunakan di berbagai kapal perang Angkatan Laut. Di antaranya adalah uji SHOL (Ship Helicopter Operating Limits), yakni memastikan Wildcat dapat beroperasi dengan aman dengan beban tempur penuh (termasuk rudal Sea Venom dan Martlet) di berbagai kondisi laut yang menantang, termasuk pendaratan dan lepas landas di kapal perusak, fregat, dan kapal induk (Carrier Strike Group).

IOC dicapai selama Operasi Highmast – misi global Royal Navy ke Indo-Pasifik yang dipimpin oleh kapal induk HMS Prince of Wales. Empat Wildcat dari Skuadron Udara Angkatan Laut 815 dipersenjatai dengan Sea Venom dalam pengerahan ini, tersebar di Carrier Strike Group HMS Prince of Wales, kapal perusak HMS Dauntless, dan fregat Norwegia HNoMS Roald Amundsen.

Secara strategis, IOC menandai kembalinya Wildcat dengan kemampuan rudal anti kapal jarak menengah yang lebih berat, menggantikan peran yang ditinggalkan oleh rudal Sea Skua yang sudah pensiun.

Tampil Lebih Garang, Helikopter AKS AW159 Wildcat Kini Dibekali ‘Sayap’ Bersenjata

Penetapan IOC berarti Royal Navy telah mengonfirmasi bahwa Wildcat Flight di beberapa unit kapal kini memiliki kapasitas minimum untuk menggunakan Sea Venom dalam misi garis depan, terutama untuk mendukung Carrier Strike Group mereka. IOC adalah langkah menuju FOC (Full Operating Capability), yang ditargetkan tercapai di masa depan setelah semua unit dan pelatihan sepenuhnya siap.

Sea Venom punya jangkauan lebih dari 20 km dan hulu ledak 30 kg, yang dirancang untuk merusak kapal hingga ukuran Korvet. Keunggulan Sea Venom adalah kemampuan Fire-and-Forget dan Operator-in-the-Loop.

Helikopter AW159 Wildcat AL Inggris Sukses Membawa 20 Rudal Kombinasi Martlet dan Sea Venom

Sementara Sea Skua, yang juga dioperasikan Angkatan Laut Malaysia, punya jangkauan sekitar 15 km dan hulu ledak lebih kecil. Sea Venom (120 kg) secara signifikan lebih ringan daripada Sea Skua (147 kg). Pengurangan berat ini menguntungkan helikopter Wildcat karena mengurangi beban total, yang penting untuk operasional lepas landas dan pendaratan di kapal yang sempit dan dalam kondisi cuaca buruk.

Royal Navy merancang Wildcat HMA.2 untuk membawa kombinasi rudal Sea Venom dan Martlet untuk fleksibilitas misi. Ketika Wildcat membawa kombinasi kedua jenis rudal tersebut, konfigurasi umumnya adalah 2 unit rudal Sea Venom dan 10 unit rudal Martlet (Martlet dipasang dalam dua peluncur 5-sel, yang diposisikan di gantungan senjata bagian dalam pada setiap sayap).

Diluncurkan dari Helikopter AW159 Wildcat, Rudal Martlet Sukses ‘Disulap’ Jadi Rudal Udara ke Udara

Hingga saat ini, Royal Navy mengoperasikansekitar 28 unit helikopter Wildcat HMA2 (varian Maritim/Serang). Wildcat Maritime Force (WMF) menggunakan armada ini untuk menjalankan berbagai peran, mulai dari anti-kapal selam, pengawasan, hingga peran serang dengan rudal Martlet (rudal ringan) dan kini, Sea Venom (rudal anti-kapal berat).

Sea Venom diklasifikasikan sebagai rudal anti-kapal “berat” (Heavy) dalam konteks helikopter angkatan laut yang membawanya, terutama Wildcat, karena perannya adalah sebagai komponen Future Anti-Surface Guided Weapon (FASGW) – Heavy dalam program Angkatan Laut Inggris. (Bayu Pamungkas)

Rudal Sea Skua: Senjata Udara ke Permukaan Andalan Helikopter Super Lynx 300 AL Malaysia