Komatsu D155W – Bulldozer dengan Kemampuan Amfibi, Ideal untuk Zeni Korps Marinir

Dengan bobotnya yang besar, wahana sekelas Main Battle Tank (MBT) memang tidak dirancang untuk melakoni moda amfibi. Meski tidak bisa berenang layaknya ranpur amfibi, namun MBT bisa melintasi kedalaman air secara terbatas, caranya dengan melakukan penyelaman, alias tank bergerak mengikuti kontur di dasar permukaan air.

Baca juga: Komatsu Type 75 – Bulldozer Lapis Baja Ciri Khas Zeni Konstruksi AD Jepang

Serupa tapi tidak sama dengan MBT, bulldozer rupanya bisa melakoni apa yang dilakukan MBT. Punya berat yang setanding dengan rata-rata MBT, bulldozer juga tak ditakdirkan untuk mengarungi air. Tapi seperti disebutkan di atas, faktanya ada bulldozer yang dapat melintasi air dengan melakukan penyelaman. Yang dimaksud adalah Komatsu D155W dan sampai saat ini menjadi satu-satunya bulldozer di dunia yang punya kemampuan amfibi. Meski tak dirancang untuk secara khusus digunakan oleh militer, namun dilihat dari kemampuannya, bulldozer seperti ini kami anggap ideal untuk dioperasikan oleh Satuan Zeni Korps Marinir.

Dari beberapa literasi, Komatsu D155W diketahui bukan lagi barang baru, ransus (kendaraan khusus) ini diluncurkan pada tahun 1972, punya berat 43 ton dan ditenagai oleh mesin diesel buatan Komatsu. Dengan bilah dozernya, Komatsu D155W dapat mendorong pasir sampai puing-puing, termasuk membersihkan area atau lintasan yang terhalang atas sisa-sisa struktur di kedalaman 7 meter.

Kemampuan bergerak di dalam air bisa dilakukan berkat penggunaan fasilitas snorkel, dimana snorkel difungsikan untuk memberikan suplai udara bagi mesin, plus menjadi ‘knalpot’ untuk pembuangan hasil pembakaran mesin. Bulldozer amfibi ini digerakan secara remote control, artinya tidak ada awak di dalamnya.

Dalam video di bawah ini, diperlihatkan dua unit D155W yang sedang beroperasi untuk memulihkan pelabuhan di prefektur Iwate yang rusak akibat gempa bumi Besar di Jepang Timur pada tahun 2011. Akibat gempa telah menyapu sedimen yang digunakan untuk menopang fondasi jembatan yang membentang di Sungai Natori. Beberapa D115W kemudian dikerahkan guna menggantikan tanah dengan akurasi yang tepat.

Menurut Komatsu, D155W sebenarnya telah dihentikan operasionalnya pada tahun 1993, tetapi dibawa kembali ke layanan untuk membantu upaya rekonstruksi. Diproduksi pada rentang 1971 sampai 1993, total 36 unit Komatsu D155W berhasil dibuat, dimana lima unit diantaranya masih dimiliki oleh Komatsu.

Baca juga: Komatsu Type 60 – Bukti Jepang Pernah Andalkan Ranpur dengan Senjata Tanpa Tolak Balik

Pertanyaan yang kerap muncul atas terciptanya bulldozer amfibi ini adalah, manfaat apa yang dapat diperoleh dari ransus ini? Tidak bisakah pekerjaan yang sama dilakukan dengan kapal keruk atau ekskavator darat dengan boom yang punya jangkauan panjang? Maka jawabannya terletak pada ukuran bulldozer ini yang relatif kecil dan kompak dibandingkan dengan tongkang apung yang besar. Di luar Jepang, bulldozer amfibi ini pernah dioperasikan di Filipina. (Bayu Pamungkas)

10 Comments