Intip Lebih Dekat Helikopter SAR Tempur EC-725 Super Cougar TNI AU
|Gegernya rencana pengadaan helikopter kepresidenan berdampak pada kandasnya rencana pembelian helikopter AgustaWestland AW101 yang telah digadang pimpinan TNI AU. Sebagai buah manisnya, helikopter produksi rakitan PT. Dirgantara Indonesia, EC-725 Super Cougar menjadi terangkat pamornya. EC-725 yang berperan sebagai helikopter SAR Tempur (Combat SAR) ini sontak menjadi alternatif pengadaan atas kebutuhan helikopter kepresidenan.
Baca juga: AgustaWestland AW101 VVIP – Mengintip Calon Helikopter Kepresidenan RI Terbaru
Baca juga: NAS 332 L1/L2 Super Puma – Helikopter “Air Force One” Republik Indonesia
EC-725 Super Cougar yang keturunan resmi heli NAS-332 Super Puma , sejatinya memang tak dirancang sebagai heli angkut VVIP (Very Very Important Person). Namun dengan desain ruang kargo dan interior yang modular, bisa saja Super Cougar di setting untuk keperluan angkut kepresidenan. EC-725 Super Cougar sendiri telah dibeli sebanyak 6 unit untuk kebutuhan TNI AU. Dan kabarnya akan ada pesanan tambahan agar berjumlah total 16 unit nantinya. Tentang seluk beluk helkopter besutan Airbus Helicopters ini telah kami kupas pada artikel terdahulu. Untuk menyimaknya silahkan klik judul dibawah ini.
Baca juga: Airbus Helicopters EC 725 Super Cougar – Andalan SAR Tempur Paskhas TNI AU
Kini paket pengadaan EC-725 Super Cougar telah masuk tahap akhir, dimana helikopter tengah dalam masa uji coba setelah dirakit PT Dirgantara Indonesia (DI). Diperkirakan tak lama lagi akan ada proses penyerahan resmi kepada operatornya TNI AU. Peran PT DI lumayan signifikan dalam proyek pembelian EC-725, dimana BUMN Strategis ini mendapat porsi untuk membuat komponen fuselage (badan utama) dan tailboom (ekor) EC-725.
Baca juga: FLIR SAFIRE III – Penjejak Berbasis Thermal
Dari beberapa foto yang menampilkan sosok EC-725 Super Cougar di hangar PT DI, ada beberapa poin menarik yang bisa dicermati. Dimana secara umum EC-725 Super Cougar TNI AU memang sudah sesuai standar, namun lebih detail ada yang menarik disimak seputar logo Skadron, sistem senjata, tiadanya air refuelling probe dan back door. (Bayu Pamungkas)
Skadron 9
Rencananya armada EC-725 Super Cougar akan ditempatkan di satuan baru, yakni Skadron Udara 9 yang akan ber-homebase di Lanud Kalijati. Namun pada EC-725 yang ada di hangar PT DI, logo skadron yang tertera di badan helikopter adalah Skadron Udara 8 dan Skadron Udara 6. Kedua skadron ini memang eksis sebagai pengguna helikopter asal silsilah Super Cougar, dimana Skadron 8 menjadi sarang helikopter SA-330 Puma dan Skadron Udara 9 ditempati helikopter NAS-332 Super Puma.
Besar kemungkinan bila format EC-725 Super Cougar sudah layak membentuk satu skadron, baru akan diresmikan sebagai skadron tersendiri. Sebagai informasi, pesawat intai martim CN-235 MPA (Maritim Patrol Aircraft) yang saat ini digunakan Skadron Udara 5 Intai Maritim, dahulunya sempat dioperasikan oleh Skadron Udara 17.
Baca juga: CN-235 MPA – Rajawali Pengawas Lautan Nusantara
Door gun
Sesuai kriteria dari Airbus Helicopters, EC-725 TNI AU juga dilengkapi door gun dengan FN MAG kaliber 7,62 mm.
Baca juga: FN MAG 7,62mm GPMG – Senjata Multi Platform, Andalan Infanteri Hingga Beragam Rantis TNI
Air Refuelling Probe
Tentu harapannya TNI AU dapat mengoperasikan EC-725 yang punya kemampuan isi bahan bakar di udara, seperti halnya pada Super Cougar MKII. Tapi mengingat minimnya dukungan pesawat tanker udara pada TNI AU, maka adanya air refuelling probe juga tak akan ada gunanya. Namun, bila suatu waktu dibutuhkan, EC-725 TNI AU dapat dipasang fasilitas ini ini.
Baca juga: KC-130B Hercules – Tingkatkan Endurance Jet Tempur TNI AU
Back door
Tidak seperti helikopter Mil Mi-17V5 Puspenerbad dan AgustaWestland AW1010 yang punya pintu rampa ukuran besar, maka EC-725 Super Cougar juga punya pintu kecil (back door) pada bagian belakang. Lewat pintu ini dapat digunakan untuk keperluan medical evacuation (Medevac).
gimana nich kelanjutan mef 2 dilanjutkan apa kagak ?
Saya hanya takut dg kebiasaan pengadaan barang dan jasa di Indonesia, kalo tdk ada fee sulit menang, saya hanya takut ini merambat juga dlm pengadaan senjata, kan cilaka. kalo sdh dpt produksi sendiri tp ttp beli diluar kan melnggar UU, ujung-ujungnya Presiden bisa dijatuhkan/di impeach krn langgar sumpah janjinya, perencana TNI hrs sadar itu.
Katanya pak KSAU merlin sudah deal thn kmaren,sekarang sudah selesei di rakit tinggal bungkus & kirim, tapi kok bisa di batalkan kalo sudah deal.. Bisa jadi diduga kuat ada yg tidak beres,ada yg mau jadi sales dengan sejuta alasan untuk mematikan PT.DI….
Sama kasusnya seperti kasusnya IMPOR BAWANG PUTIH, yang menghancurkan petani bawang putih
Sama kasusnya seperti kasusnya IMPOR GARAM, yang menghancurkan petani garam
Sama kasusnya seperti kasusnya IMPOR GULA, yang menghancurkan petani tebu
Sama kasusnya seperti kasusnya IMPOR BERAS, yang menghancurkan petani
Indonesia sangat KAYA akan KARTEL dan SALES kayak gini, ngak peduli Indonesia akan Hancur, yang penting dia dan kelompoknya bisa kaya raya
Indonesia masih bertengger di peringkat 117 sebagai negara terkorup pejabat pemerintahannya
Sama seperti Rusia, Amerika, Perancis, dan lainnya
Maka apabila Indonesia kepingin punya Heli produksi NASIONAL, TNI harus menyerap setidaknya 100 unit, bahkan harus lebih, agar harga jual tidak mencekik leher
Kemungkinan sangat kecil untuk Ekspor, karena Negara lain cenderung untuk membeli dari perusahaan ternama
Namun dengan Budget TNI yang CEKAK dan suka ngutang, jelas tidak mungkin
Jalan lainnya adalah dengan LISENSI dengan Offset sebesar besarnya, Airbus dan SAAB sudah mendukung penuh untuk itu
Jadi MANFAATKANLAH sebaik baiknya
Jangan jadikan alasan sering terlambat untuk menghambat ToT, karena Belajar itu ada prosesnya
Ringu 22/12/2015
…
Jadi MANFAATKANLAH sebaik baiknya
Jangan jadikan alasan sering terlambat untuk menghambat ToT, karena Belajar itu ada prosesnya
btw ada bener juga om
@any question
Ya bang…kita udah telusuri alasan keterlambatan penyerahan pesanan 16 heli super puma jaman dulu.
Tidak ada informasi yang jelas, tapi menurut majalah angkasa, edisi lama, 16 heli tsb terdiri dr 1 VVIP, 2 VIP, 7 utility dan 6 CSAR…1 VVIP+6 CSAR inilah yang belum diserahkan ke matra pengguna.
Setelah bolak/ik membaca dr berbagai sumber, tampaknya kegagalan penyerahan 7 heli tsb dilatarbelakangi kondisi PT.DI yang sempat menurun…bahkan nyaris dipailitkan, shg banyak karyawan dirumahkan, tidak mampu mengirim karyawannya sekolah ke LN, tidak mampu membeli alat kerja yang baru dsb, dan akibatnya. ada terjadi pesanan komponen yang terbengkalai, diantaranya adl pesanan komponen dr airbus yang berujung pd keterlambatan airbus dlm menyerahkan pesanan pesawat ke pemesannya.
Masih dalam periode yang sama (dg nyaris dipailitkannya pt.di), airbus melayangkan denda atas keterlambatan pengiriman pesanan komponen…shg. tampaknya kejadian ini yang menyebabkan airbus menunda pengiriman ke-7. Super puma utk dirakit di PT.DI sampai seluruh urusan administrasi atas klaim airbus diselesaikan oleh PT.DI