“Ada Masalah Mekanis Pada Roda,” Investigasi Korps Marinir AS Atas Insiden Terbaliknya Ranpur Amfibi ACV Saat Pendaratan Amfibi

Doktrin Korps Marinir Amerika Serikat (USMC) telah memutuskan adopsi ranpur amfibi roda ban Amphibious Combat Vehicle (ACV) 8×8, sebagai pengganti ranpur amfibi roda rantai AAV (LVTP-7) yang usianya telah menua, dan saat ini sedang ditawarkan ke beberapa negara sekutunya. Meski USMC telah menaruh harapan pada ACV, namun, pada kenyataan penggelaran ranpur produksi BAE Systems itu sarat dengan masalah.

Baca juga: Ranpur Korps Marinir AS Terbalik Saat Pendaratan Amfibi, Operasional ACV 8×8 Kembali Dibatasi

Sejak diterima oleh Korps Marinir, setidaknya sudah terjadi dua kali insiden saat pendaratn amfibi. Meski tak menimbulkan korban jiwa, tetap hal tersebut menjadi catatan yang harus diperbaiki untuk adopsi ACV pada unit yang akan diproduksi berikutnya.

Kilas balik bulan Oktober tahun lalu, ada insiden terkait ACV, di mana ranpur ini terbalik saat melakukan latihan pendaratan di Camp Pendleton, California. Sebelumnya, sudah terjadi dua insiden ACV yang terbalik saat latihan pendaratan dari laut ke pantai.

Saat itu, disebut insiden terjadi karena adanya kerusakan mekanis dan cuaca buruk, karena saat kejadian gelombang laut sedang tinggi di kawasan pendaratan. Guna mencegah insiden lebih lanjut, operasional ACV untuk sementara ditangguhkan untuk latihan pendaratan dan peluncuran dari laut ke pantai. Namun, latihan dengan ACV tetap dilanjutkan di darat dan danau.

Dan belum lama ini, hasil investigasi terkait sejumlah masalah pada ACV telah dirilis. Dikutip dari marinecorpstimes.com (31/3/2023), Perwira tinggi USMC mengatakan pada hari Selasa bahwa ditemukan beberapa masalah mekanis dan kurangnya pelatihan yang katanya menyebabkan serangkaian kecelakaan tahun lalu.

“Dua masalah mekanis utama terkait ACV melibatkan bagian yang terkait dengan roda kendaraan, yakni satu dengan penyangga / peredam kejut, dan yang lainnya menyangkut sistem pemompaan ban sentral,” kata Komandan USMC Jenderal David Berger dalam kesaksian tertulis yang diserahkan ke Senat.

“Peredam kejut adalah bagian dari sistem penyangga kendaraan,” kata Garrett Lacaillade, vice president of amphibious programs BAE Systems, yang memproduksi kendaraan tersebut. Sementara sistem pemompaan ban sentral memungkinkan operator kendaraan menyesuaikan tingkat tekanan pada ban saat kendaraan melintasi medan yang berbeda.

Kedua masalah tersebut telah menyebabkan kegagalan komponen, yang mengakibatkan penurunan keandalan dan penurunan kesiapan yang sesuai.

Berger juga mencatat masalah yang terkait dengan kemungkinan masuknya air ke dalam power train. Dalam hal ini, Korps Marinir AS bekerja sama dengan BAE Systems untuk menyelesaikan masalah ini.

“Saat kami harus menerjunkan ACV, maka kesiapan dan keselamatan Marinir selalu menjadi prioritas utama kami,” kata Lacaillade dalam sebuah pernyataan Rabu kepada Marine Corps Times. “Kami akan terus bermitra erat dengan Korps Marinir AS untuk memberikan platform teraman dan paling mumpuni untuk USMC.”

ACV adalah varian dari BAE/Iveco SuperAV, yakni ranpur APC amfibi 8×8. Diproduksi oleh BAE Systems, ACV ditenagai mesin diesel dengan kekuatan 690 hp. Panser amfibi ini beratnya mencapai 35 ton, diawaki 3 personel dan dapat membawa 13 pasukan marinir. ACV dapat melesat di darat dengan kecepatan maksimum 104 km per jam dan kecepatan melaju di air 6 knots, dengan dukungan dua propeller.

Baca juga: Korps Marinir AS Terima Textron Cottonmouth – Ranpur Lapis Baja Ringan Amfibi 6×6

ACV dipersiapkan dalam varian kanon RCWS kaliber 30 mm; varian senapan mesin berat 12,7 mm dan varian pelontar granat MK19 kaliber 40 mm. Dengan bahan bakar penuh. ACV dapat menjelajah di darat hingga 523 km dan di air hingga 22 km. (Gilang Perdana)

3 Comments