Ukraina: Rusia Luncurkan Rudal Anti Kapal Pesisir Tua “P-35” dari Era Enam Puluhan
|Kemungkinan karena stok persenjataan telah terkuras, baik Ukraina dan Rusia sejak beberapa waktu lalu telah ‘menghidupkan’ kembali alutsista berusia uzur untuk kembali berlaga di medan perang. Apakah efektif memanfaatkan alutsista yang sudah menjadi koleksi museum? Tentu itu lain soal, seperti belum lama, pihak Ukraina menyebut Rusia telah meluncurkan rudal jelajah anti kapal pesisir (coastal anti ship missile) P-35 – kode NATO SS-N-3C Shaddock.
Baca juga: Bukan Lagi Neptune, Indonesia ‘Lirik’ CM-302 (YJ-12E) Sebagai Rudal Anti Kapal Pesisir
Seperti pada tanggal 18 Januari 2024, beredar foto-foto puing-puing yang disebut berasal dari rudal P-35 dipublikasikan di media sosial X oleh akun open-source intelligence and weapon tracking. Sejauh ini belum ada konfirmasi dari pihak Rusia, apakah puing-puing tersebut memang berasal dari rudal P-35.
Tak lama setelah foto-foto tersebut muncul, laporan yang belum diverifikasi menyatakan bahwa rudal tersebut ditembakkan dari Krimea. Selain itu, beberapa laporan mengklaim bahwa sistem pertahanan udara Ukraina menjatuhkan rudal tersebut di wilayah selatan Ukraina.
For the first time Russia fired a P-35 anti-ship missile at Ukraine 🇺🇦 from a ground launcher in Crimea
P-35 missiles entered service in 1962, they weigh 4 tons, and have a speed of 1.6 Mach. It was fired at a ground target in Southern Ukraine but got shot down (Defense Express) pic.twitter.com/Te3CKJ4Ppu
— Ukraine Battle Map (@ukraine_map) January 18, 2024
Pengerahan rudal sejenis P-35 kemudian memicu spekulasi bahwa Rusia kehabisan rudal canggihnya untuk menyerang sasaran di wilayah Ukraina atau menyimpan rudal yang ‘bagus’ untuk menyerang sasaran yang bernilai tinggi dan memiliki benteng pertahanan.
Dilansir EurAsian Times, P-35 memiliki sayap yang dapat dengan mudah dikenali oleh para pemerhati persenjataan, dan foto-foto memvalidasi penempatannya, yang kemungkinan berasal dari sistem rudal anti kapal pesisir 4K44 Redut.
Dengan jangkauan luncur di rentang 300 – 400 kilometer, rudal anti kapal P-35 pertama kali dikerahkan untuk pertahanan pantai pada awal tahun 1960-an. Dengan dua pendorong roket berbahan bakar padat, P-35 ditenagai oleh mesin turbojet dan berukuran panjang sekitar 10 meter, sementara bobotnya mencapai 4,6 ton. Untuk kecepatan luncur, maksimum Mach 1.6.
Versi awal rudal diluncurkan pertama kali pada tahun 1959, dan mulai digunakan pada kapal permukaan pada tahun 1964. Kemudian, sebagai komponen sistem rudal stasioner dan bergerak pesisir Utes dan Redut turut diluncurkan oleh Uni Soviet, termasuk versi terbaru dari P -35B.
Menurut beberapa laporan tak resmi, sebagai bagian dari sistem rudal anti kapal pertahanan pantai statis, rudal-rudal ini masih digunakan hingga akhir tahun 2020 untuk mempertahankan pelabuhan penting yang menjadi basis armada laut Hitam di Sevastopol.
Rudal P-35 adalah bagian dari keluarga rudal P-5, yang pertama kali dikembangkan pada tahun 1950an oleh Biro Desain Chelomey. Rusia masih menggunakan P-35 sebagai komponen sistem rudal pesisir yang dikenal sebagai “Redut” meskipun usianya sudah lanjut. Rusia diyakini memiliki delapan peluncur untuk sistem ini pada tahun 2021. Selain Rusia, pengguna 4K44 Redut dengan rudal P-35 adalah Suriah dan Vietnam.
(Gilang Perdana)
@Yuli: Sebetulnya saya tidak membicarakan perang Ekonomi, tapi daya tahan sumberdaya ekonomi. UE+USA aja memiliki GDP lebih dari USD 40 Triliun, jauh lebih banyak dari GDP gabungan BRICS kalo negara-negara tersebut mendukung Rusia semua, apalagi jika hanya Rusia+China ditambah Iran dan Korut. Dengan daya tahan sumberdaya ekonomi tersebut, seharusnya Barat bisa membiayai perang Ukraina dg Rusia dalam jangka waktu yg lebih lama. Itulah kunci mengapa Sekutu bisa menang dalam 2 perang dunia. Itu jika mereka mau all out mendukung Ukraina.
Kalo kita bicara perang Ekonomi yg terjadi, kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi Rusia turun jelas sudah terlihat. Bahkan ini akan menjadi lebih nyata kedepannya karena Rusia hanya bisa bergantung kepada China lewat ekspor Migas dimana China sebagai kekuatan ekonomi terbesar nomor 2 di Dunia sendiri sedang mengalami kontraksi ekonomi dg pertumbuhan ekonomi bakal menyentuh dibawah 5% tahun depan setelah lebih dari 50 tahun Pertumbuhan ekonomi mereka selalu diatas 5%. Ini akan menjadi pukulan paling berat bagi Rusia dan China untuk melanjutkan perang. Apalagi jika Mr. Trump terpilih kembali jadi presiden USA, ancaman utamanya bukan lagi melemahkan ekonomi Rusia tapi menghancurkan ekonomi China yg jadi tumpuan harapan Rusia. China dan Rusia tidak punya banyak Sekutu dg kekuatan ekonomi yg besar diatas USD 1 Triliun. Hanya India, Turki, Arab Saudi dan Iran. Jelas itu akan memukul Rusia dalam jangka waktu yg panjang kecuali Rusia akan mengambil tindakan perang total dg Nuklir yg sepertinya juga ditunggu oleh pihak Barat dan sangat dibenci oleh China karena perang Nuklir hanya akan menghancurkan impian China untuk menguasai Dunia. Jelas China takkan mau itu dan akan lebih memilih mundur teratur dari Rusia daripada harus terkena jilatan api perang.
@Agato-sama, perang ekonomi gagal total terbukti dengan memblokade Russia secara transaksi perbankan, memberi sanksi kepada siapapun yang berhubungan dengan perusahaan Russia, mengajak seluruh Negara untuk ikut memberi sanksi kepada Russia, termasuk menghancurkan jalur Nord Stream 1&2 tidak berhasil menghancurkan ekonomi Russia.
Masalahnya adalah Russia ada negara penghasil bukan pembeli, penghasil masih bisa mencari celah untuk menjual terbukti China dan India tidak mengindahkan sanksi dan tetap membeli dari Russia. Jika Russia adalah pembeli maka sekarang Russia pasti sudah sekarat. Justru yang terjadi adalah backfire kenegara EU.
Justru informasi dari militer Ukraina, rudal ini digunakan untuk memancing penggunakan sistem pertahanan udara Ukraina, karena setelahnya rudal yang lebih modern juga di luncurkan.
Hal yang sama juga digunakan Ukraina dengan mengkombinasi rudal dari sistem pertahanan S200 yang di modifikasi untuk mendikte sistem pertahanan Russia sebelum kemudian menggunakan rudal canggih untuk menyerang target.
Perang ini seharusnya bisa dimenangkan oleh pihak Ukraina dan Barat jika acuannya adalah kemampuan daya tahan sumberdaya khususnya Ekonomi. Kekuatan Ekonomi Ukraina yg disokong oleh Barat seharusnya jauh lebih besar dari gabungan ekonomi China+Rusia. Yg jadi kendala adalah Barat tidak punya persediaan senjata murah dalam jumlah banyak yg tersedia saat ini sedangkan Rusia masih bisa menggunakan stok Museum zaman Uni Soviet untuk berperang ditambah stok drone dan rudal jadul dari Iran dan Korut.
Jika Ukraina dan Barat bisa menyesuaikan teknologi senjata yg murah dg senjata modern yg mereka miliki niscaya Ukraina dan Barat akan bisa memenangkan perang bahkan jika Rusia meminta perang itu dilanjutkan hingga 5-10 tahun kedepan.
Antara cuci gudang, udh ga ada stock atau malah abis dana karena ternyata perangnya jadi lama & pasti nguras anggaran negara
Stock senjata Rusia ternyata benar benar habis, minta bantuan Iran, Korut, China
bahkan stock musium dikeluarkan semua
NATO bentar lagi akan gebuk Rusia setelah latihan besar-besaran melibatkan 90.000 personil NATO. siap2 aja
1. perang Ukraina+NATO vs Rusia
2. perang Hamas+Hizbullah+Iran vs Israel
3. perang Korut vs Korsel
4. perang RRC vs Taiwan+USA
5. perang Yaman vs USA+Inggris
6. perang Suriah+Rusia vs USA
7. perang RRC vs Aukus [ini yg bahaya krn di Natuna utara]
….
rusia negara besar militer kuat selalu digebuk terus menerus, padahal perang itu harusnya rusia menyerang barat.bukan ukraine kan tmpt tumpukan senjata nato/amerika…menunggu rusia jatuh kejayaan menurut mereka