Update Drone KamikazeKlik di Atas

Cina Kena Embargo Mesin dari Jerman, Masa Depan Kapal Selam S26T Thailand Terancam

Salah satu Yuan Class AL Cina.

Rencana besar Thailand untuk mengoperasikan kapal selam modern diesel listrik dengan teknologi AIP (Air Independent Propulsion) S26T Class nampaknya akan tertunda lumayan lama. Pasalnya, jadwal pengiriman kapal selam produksi China Shipbuilding and Offshore International Company (CSOC) itu benar-benar akan terkoreksi jauh.

Baca juga: Dilengkapi Teknologi AIP, Cina Mulai Bangun Kapal Selam S26T Pesanan Thailand

Bahkan, masalah yang dihadapi Cina selaku produsen dan Thailand selaku pembeli lumayan serius, yang bukan tidak mungkin proyek kapal selam bernilai THB13,5 miliar (US$430 juta) – kontrak di tahun 2017, akan mangkrak. Padahal kapal selam S26T sedianya akan dikirimkan ke Thailand pada akhir tahun 2023. Lantas apa yang menjadi penyebab sengkarut proyek kapal selam yang dibangun hanya satu unit ini?

Dikutip dari voanews.com (31/3/2022), pangkal masalah mandegnya proyek pembangunan kapal selam S26T adalah karena embargo, persisnya Cina terkena embargo persenjaatan dari Uni Eropa, dalam kasus ini, yang memberlakukan embargo adalah Jerman. Konkritnya, kapal selam S26T membutuhkan tiga mesin diesel MTU396, yang harus dibeli dari perusahaan Jerman, Motoren und Turbinen Union GmbH, dimana ketiga mesin itu akan digunakan untuk menjalankan genset listrik kapal selam.

Dan seperti sudah bisa diterka, Pemerintah Jerman menolak untuk mengirimkan mesin MTU ke Cina. Atase pertahanan Jerman untuk Kerajaan Thailand, Philipp Doert dalam sebuah surat terbuka kepada The Bangkok Post, mengkonfirmasi keputusan pemerintahnya untuk menolak penggunaan mesin dari Jerman untuk kapal selam yang dibangun Cina. “Ekspor ditolak karena digunakan untuk barang industri militer/pertahanan Cina,” tulisnya. Ia menambahkan, “Cina tidak berkoordinasi dengan Jerman sebelum menandatangani kontrak dengan Thailand, dan langsung menawarkan mesin MTU Jerman sebagai bagian dari produk mereka.”

Jerman terikat oleh embargo senjata Uni Eropa yang dikenakan pada Cina pada tahun 1989, khususnya setelah pembantaian Lapangan Tiananmen, ketika pasukan keamanan Cina menembaki pengunjuk rasa yang tidak bersenjata di Beijing. Cina mengklaim bahwa 200 warga sipil tewas dalam tragedi itu, namun beberapa perkiraan independen menyebutkan jumlah korban tewas mencapai ribuan.

Terlepas dari embargo, Jerman dan negara-negara Uni Eropa lainnya sebenarnya telah memasok militer Cina dengan mesin dan peralatan lainnya selama beberapa dekade, kata Jon Grevatt, seorang analis yang berbasis di Bangkok yang meliput kawasan Asia-Pasifik untuk publikasi industri pertahanan Janes. Data dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) mengungkapkan bahwa mesin MTU sendiri telah dipasang di kapal perusak dan kapal selam Cina dengan lebih dari 100 unit dari periode 1993 hingga 2020.

Bila Jerman ngotot untuk tidak menjual mesin MTU, maka masa depan kapal selam S26T bakal terancam. Pasalnya, mengganti mesin rancangan Jerman maka akan terkait dengan integrasi dan keseluruhan sistem yang saling terkait. Cina mungkin saja akan menawarkan mesin pengganti yang diproduksi sendiri, tapi kembali lagi, belum tentu Angkatan Laut Thailand menyetujuinya.

Baca juga: Cina Tawarkan Hibah Kapal Selam Diesel Listrik Type 035B Ming Class atau Type 039 Song Class ke Thailand

Buntut dari molornya program pembutan kapal selam S26T, Cina telah merayu Thailand dengan menawarkan hibah kapal selam diesel listrik Type 035B Ming Class atau Type 039 Song Class yang kini masih dioperasikan AL Cina. Tetapi, Laksamana Muda Apichai Sompolgrunk, Direktur Jenderal Manajemen Akuisisi Angkatan Laut Thailand, menyatakan bahwa pihaknya tidak tertarik pada opsi yang ditawarkan Cina. (Bayu Pamungkas)

5 Comments