TKB-10-55 – Rudal Mini ‘Anti Drone’ Andalan Sistem Hanud Pantsir-SMD-E
Dari pengalaman perang di Ukraina, KBP Instrument Design Bureau menyadari bahwa adopsi kanon 2A38M kaliber 30×165 mm buatan Tulamashzavod kurang efektif, khususnya dalam menghadapi ancaman dari serangan drone kamikaze. Untuk itu, meluncur varian Pantsir-SMD-E yang pertama kali dipamerkan pada Army 2024. Pada Pantsir-SMD-E, tidak ada lagi kanon 2A38M.
Sebagai gantinya, Pantsir-SMD-E kini telah memasang rudal mini (anti drone) intersepsi jarak pendek TKB-10-55, yang ditempatkan dalam lima kontainer TKB-1056. Dalam konfigurasi total, Pantsir-SMD-E bisa di-setting dengan 48 rudal TKB-10-55 pada satu turret peluncur. Namun, bisa juga Pantsir-SMD-E dipasang dengan settingan hybrid, yakni lima rudal hanud jarak sedang 57E6 dan 20 rudal 19Ya6 yang lebih kecil. Rudal 57E6 punya jarak tembak efektif hingga 20 km dengan ketinggian terbang 15 km.
Tapi dalam tulisan kali ini, akan kita fokuskan pada sosok rudal jenis baru TKB-10-55, yang memang dirancang khusus untuk menghancurkan drone dengan biaya akuisisi yang disebut ekonomis.
Berdasarkan lembar fakta, TKB-10-55 dapat mencegat ancaman udara pada ketinggian hingga 5 km dalam jarak 0,5 hingga 7 km. Sebagai perbandingan, rudal 57È6E yang lebih besar dikatakan beroperasi pada ketinggian hingga 15 km dan jarak 1,2 hingga 20 km. Dengan roket berbahan bakar padat, TKB-10-55 punya kecepatan 1.000 meter per detik untuk menguber target.
Kemampuan radar Pantsir-SMD-E telah ditingkatkan dengan penambahan J- or Ka-band detection radar yang memanfaatkan Active Phased Array Radar (AFAR). Radar ini dapat mendeteksi drone kecil dengan Effective Optical Pass (EOP) yang sangat rendah pada jarak 5-7 kilometer dan target yang lebih besar, seperti roket 122 mm pada jarak 10 kilometer. Selain itu, sistem radar mampu mendeteksi target dengan penampang radar (RCS) 1,0 m² pada jarak maksimum 45 kilometer.
Untuk pelacakan dan akuisisi target, Pantsir-SMD-E dibekali sistem optik-elektronik multispektral 10ES1 untuk mengelola saluran target keempat, yang meningkatkan kemampuannya untuk mendeteksi dan mencegat ancaman udara. Sistem ini juga menggunakan radar 3-channel 1RS-2 “Helmet” untuk akuisisi dan pelacakan target, meskipun ada rencana untuk menggantinya dengan radar 1RS-3, yang didasarkan pada teknologi reflective phased array.
Mengenai keputusan untuk menggunakan rudal mini TKB-10-55 sebagai pengganti kanon 30 mm untuk mencegat drone, efektivitas dari perubahan ini masih bisa diperdebatkan. Pertama dan terutama, persyaratan utama untuk sistem anti-drone adalah kemampuan untuk melawan segerombolan drone (swarm drone) yang datang sekaligus. Pantsir-SMD-E tidak hanya membutuhkan kemampuan untuk mencegat sejumlah besar drone, tetapi juga melakukannya dalam waktu sesingkat mungkin. Pantsir selama ini punya tantangan dengan masalah pada aspek ini.
Spesifikasi Pantsir-S1 memungkinkan penembakan pada sejumlah target terbatas berdasarkan pada bagaimana target tersebut tersebar dalam bidang pandangnya. Pantsir-S1 dapat menghadapi empat ancaman di sektor ±45 derajat, atau dua ancaman di sektor ±90°. Selain itu, semua rudal yang digunakan oleh sistem ini dipandu secara manual melalui tautan kendali perintah radio, bukan dengan mode fire and forget. (Gilang Perdana)
Aselsan Luncurkan Gurz – Sistem ‘Hanud Hybrid’ Rudal dan Kanon yang Mirip Pantsir S-1
AIR THREATs sudah berubah jauh. Sistem ammo yg ngandalin penghacurannya KINETIC IMPACT udah nggak jamannya,SMART MULTI THREAT AMMO adalah jawabannya .
Kayak STARSTREAK kita, buang2 duit. Sistemnya ngadalin high SPEED IMPACT destruction….Jual ke Ukraine aja.
Kalo BISA, modifikasi STERLA kita buat anti drone.
Juga GATLING dan MERIAM RUSSIA yg di KRI2 kita DI COPOTIN AJA. STANDARkan ke BOFORS/ BAE dgn air burst smart munition jadi bisa multi threat defence.
PINDAD dan DAHANA harus belajar bikin SMART MUNITION….