Tanpa Identitas “Indonesia,” Full Mockup KFX Diperlihatkan di Seoul ADEX 2019
|Sesuai yang dijanjikan oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan, di Seoul ADEX (Seoul International Aerospace and Defense Exhibition) 2019 yang berlangsung di Bandara Seoul mulai 15-20 Oktober, pihak Korea Aerospace Industries (KAI) akan menampilkan mockup skala penuh (full scale) jet tempur KFX (Korean Fighter eXperimental). Dan sehari jelang pembukaan pameran, foto-foto KFX telah bereda luas di internet.
Dikutip dari Aju Business Daily (14/10/2019), diperlihatkan sosok mockup KFX tanpa roda pendarat, yang memvisualkan seolah pesawat yang sedang mengangkasa. Tampilan mockup tanpa roda pendarat ini mengingatkan pada full mockup FCAS (Future Combat Air System) yang digadang Perancis, Jerman dan Spanyol saat Paris AirShow 2019 lalu.
Penampilan full mockup KFX di Seoul ADEX 2019 tak lain sebagai kampanye jelang peluncuran prototipe jet tempur generasi 4.5 ini pada semester pertama tahun 2021. Seperti terlihat dalam foto, KFX dalan wujud mockup dilengkapi IRST (Infrared Search and Track) pada bagian depan kokpit. Sementara di bawah air intake disematkan targeting pod. Kemudian pada kedua sayapnya ada rudal udara ke udara IRIS-T, BLU-109 laser-guided bombs dan tangki bahan bakar eksternal. Setidaknya empat rudal AIM-120 AMRAAM dapat ditempatkan pada central fuselage.
Nah, yang menarik perhatian lagi, pada mockup KFX nampak jelas logo AU Korea Selatan dan identitas manufaktur KAI, sementara tidak atau belum terlihat identitas ke-“Indonesiaan” pada mockup tersebut. Seperti diketahui, proyek KFX/IFX IFX (Indonesian Fighter eXperimental), sejak awal dikembangkan bersama antara Korea Selatan dan Indonesia, dimana dari Indonesia mitra produksi yang ditunjuk adalah PT Dirgantara Indonesia.
Bila berkaca pada apa yang dilakukan Turki lewat FNSS Savunma Sistemleri saat memperkenalkan prototipe medium tank Kaplan MT di ajang IDEF 2017, identitas Indonesia ikut disertakan berupa Bendera Merah Putih, bersanding dengan Bendera Turki. Di lini jet tempur pun, prototipe F-35 Lightning II saat dirilis juga memperlihatkan identitas bendera dari negara-negara yang ikut andil dalam pengembangannya.
Belum jelas alasan tidak adanya label Ke-Indonesiaan pada full mockup KFX, beberapa netizen sebatas menduga, apakah mungkin ini karena pengaruh kasus keterlambatan sisa pembayaran dana pengembangan KFX/IFX.
Berdasarkan perjanjian awal yang kini sedang dirundingkan kembali, Indonesia berkomitmen untuk membayar 20 persen dari total biaya pengembangan, yang diperkirakan mencapai total US$8 miliar (8,8 triliun won). Pemerintah Korea Selatan akan membayar 60 persen dari biaya program pembangunan, dengan kontraktor utama KAI akan menanggung 20 persen sisanya, dan 20 persen terakhir oleh pihak Indonesia.
Baca juga: Pihak Oposisi Korea Selatan Sindir Indonesia Atas Keterlambatan Pembayaran Proyek KFX/IFX
Menurut DAPA (Defence Acquisition Programme Administration), sejauh ini Indonesia telah membayar 272,2 miliar won, namun Indonesia gagal membayar 301 miliar won yang seharusnya dibayar pada akhir September.
Pada Januari 2018 pejabat pertahanan Indonesia dalam komentarnya di media lokal menyebut Indonesia kekurangan dana sekitar Rp1,85 triliun (US$140 juta) yang harus dibayar ke Korea Selatan dengan imbalan keterlibatannya dalam program KFX/IFX sesuai perjanjian yang ditandatangani pada tahun 2015. (Bayu Pamungkas)
Terbalik bung @admin………
mungkin pihak Indonesia juga mencurigai ada yang janggal di perjanjian terdahulu…
Indonesia tidak mendapat apa-apa…atau merugikan Indonesia……meskipun kita hanya menyumbang 20%.
Itulah mengapa pemerintah sekarang ngotot penjanjian minta DIREVISI……….dan mengulur pembayaran sebagai jaminan
Bukan nya diatas sudah di jelaskan, kalau pemwrintah kekurangan dana om
Sebenernya bukan kurang dana, tapi dlm pengembangan ini Indonesia gk bisa produksi sendiri dlm negri
Jangan lugu² amat bro.. Kurang dana itu hanya strategi buat renego kerugian pihak kita, licin nya korsel itu gak beda sama pengembgan kapal selam, yg gak tulus dlm tot.
Yup, kemungkinan besar bukan soal dana masalah utamanya…
Tapi sama seperti TOT Kasel yang gak tulus dari pihak mereka, makanya sampe renego terus.
iya ya, ToT kaselny cmn ngerakit, makanya beli lagi beli lagi biar dtmbh ToTnya. Korsel trauma, Indo jago ngemodif, beli LPD jd SSV dan sdh diekspor lg. Jd klo ngasih ilmu kasel sm pespur full ke Indo takut jd saingan korsel di pasar asia, dan tentuny korsel ga bs ngejual produkny ke Indo krn udh bs bikin sndri.
sebaiknya kl terima pswt2 kfx. dibongkar semua saja utk dicetak produksi
haluu..
Dana bukan masalah….share key technology yg masih belum clear dari pihak ke 3 (USA)….btw uang yg sdh masuk tdk dapat ditarik kembali
Dana kurang cuma 1,8t…memalukan…dr anggaran kemenhan yg 119 t…..hilangkan dulu budaya korupsi kita baru kita akan bsa jd negara hebat. Kita merdeka lebih dahulu dr china..tp kesenjangan kita dg china bagai langit dan bumi..bahkan kita tertinggal dg vietnam.dlm hal alutsista
Ini karena menggunakan livery masing2 AU min buktinya waktu “mini mockup” di indo defence 2018 gaada nama KAI di livery nya loh adanya malah AU kita
Setuju, positive thingking aja
Solusinya mudah…Kembangin aje N219 jd pesawat tempur. Ganti propelernye jd mesin jet. Beli mesin jetnya pesawat tempur J-20 Tiongkok. Cangkokin ke N219. Bikin tuh rodanya bisa masuk ke dalem. Tinggal pasangin rudal S400 atawa Patriot buat AAM nye. Utk serangan darat cantolin Iskander.
Ilmu pengetahuan, sains & teknologi, dkk dapat di”beli” dengan menuntut Ilmu setinggi-tingginya. S1,S2,S3,S4,S-mambo,s-potong,s-serut.. Tetapi pengalaman lah yang mahal. Pengalaman akan pemahaman & penerapan dari “Ilmu-ilmu” yang dimiliki para SDM. Tidak ada yang namanya 100% TOT. Kalaupun mau dapat TOT dengan % besar, biaya yang dibutuhkan pun pasti sangat besar dan haluan arah politik kita yang “non blok” juga sangat berpengaruh besar.
Belajarlah dari pengalaman INDIA dengan FGFA nya dari PAK-FA (Su-57)…India sudah habis Milyaran Dolar…namun tanpa hasil…malah cenderung hanya sekedar dimanfaatkan oleh Rusia…dan akhirnya India menarik diri…daripada mengalami kerugian lebih dalam.
Belajar itu ya sekolah atau kerjasama(belajar kelompok sama orang yg pintar)dan pasti butuh biaya.
Saya kira dgn sisa uang yg harus dibayarkan kpd korea, saya yakin indonesia bisa mengusahaknnya. Tapi kalau memang tidak ada persoalan lain yg lebih bersifat teknical dr TOT, uang sisa itu harus diusahaka untuk dibayar. Kabar yg twrdengar si mungkin amerika, sekutu korea selatan, membatasi tot atau penggunaan teknologi Ifx/kfx karena indonesia adalah anggota non block atau ada status yg lebih pro amerika dr pd rusia. Saya yakin ada alasan di balik ini semua. Agar tidak menjadi isu liar yg tidak jelas lebih baik pihak berwenang untuk menjelaskan ini. Karena proyek ini kan.sejatinya mwnggunakan uang rakyat yg harus dipertanggungjawabkan dgn baik dan benar. Saya pribadi berharap proyek strategis ini tidak boleh gagal, kalau bisa. Dan juga benar dipihak lain TOT harus penuh dan dibuktikan oleh insinyur atau sdm yg terlibat mampu membuat air force sendiri bahkan lwbih canggih. Perlunya juga lembaga atau Bumn/bums terkait mulai mwpakukan riset teknolgi yg dibutuhkan teknologi canggih dr air force ini agar kita bisa mandiri swcara total dan tidak ketergantungangan dgn negara lain. Karena industri pendukung yg bertebaran di negeri ini perlu ditugasi siapa harus membuat apa dan berkolaborasi untuk sebuah proyek.besar. Lihatllah Turki helikopter atack atau kombatannya diembargo teknologi pendukungnya sehinga mengganggu proses produksi. Inilah yg bisa terjadi walauoun teorinya kita dapat tapi teknologi tidak di suplai negara produsen ya hasilnya juga sm dgn nol. Kan lebih baik juga pikirkan teknologi yg diperlukan dan tugaskan industri teknologi yg ada meriset masing masing komponen yg diperlukan. Sehingga industri teknologi timbuh bahkan bisa diwkspor juga, tenaga kerja tersedia luas, seta sdm kita yg swmakin kreatif, inovatif dan berdaya saing dgn sdm teknologi dunia. Memang tidak gampang . Dari pada mengimpor semua teknologi dan merakitnya sendiri di indonesia, saya kira ini smk juga mungkin bisa. Tapi yg diperlukan dr proyek teknologi adalah SDM yg jago iptek sebagai bukti terukur jwlas dan nyata bahwa kita bukan sdm perakit tapi sdm yg menguasai iptek secara pwnuh. Ini tujuan sebenarnya dr proses edukasi yg lengkap. Pronsipnya jangan patah semangat dalam belajar dan menguasai teknologi canggih di semua matra darat, laut, udara dan angkasa. Kadua jangan menywrah sekalipun dalam.situasi finansial yg kurang. Untuk tujuan iptek itu pemwrintah harus putar otak dan menjadikan proyek proyek stratwgia tetapi berjalan lancar. Semoga indonesia diberkati swgala kesuksesan. Amin
kan sudah ada proyek pesawat generasi mutakhir asli rancang bangun dan rekaya dari indonesia melalui LAPAN dan Lipi yatu program LFX. Kemajuaanya dulu malah melebihi ekspektasi dari KFX/IFX padahal cuman menghabiskan dana sangat sedikit. tetapi karena bentrokan dengan program KFX/IFX akhirnya dihentikan ditengah jalan dulu.
menurutku disain LFX malah ebih realistis dari kfx/ifx
LSX desain baru sebatas gambar kok dibilang lebih realistis. Indonesia ini kekurangan produsen sub system nya, bandingkan sama SK, radar dah bisa riset sendiri, dll.
bukan LSX tapi yang LFX meski baru design gambar tapi berdasar riset lho … bukan asal asalan gambar
Itu karena Jokowi mengurangi porsi dana yg diberikan dan juga sering telat dalam pembayaran saya kira
Kalau dalam proyek ini pada akhirnya gak menguntungkan yah lebih baik mundur aja.
Biayanya gede tapi hasil alkhirnya kalau hanya tukang rakit yah rugi dong
bagaimana kerja sama dgn pesawat turki, lumayan buat cetakan dan produksi, ilmunya udah ada di tim indonesia dari tot korsel..
Melihat gelagat tidak dibayarnya sisa uang setoran, sepertinya memang tanda2 INA akan menarik diri dari Program Perspur ini. Sudah fokus saja ke N-219 lanjut ke N-245 Dana triliunan sudah bisa terbang byk pesawat. Pespur beli saja yg sdh jadi F-16 Viper, Su-35 yg sdh bertahun2 gagal.
Atau memang duit nggak Ada?pdhl kita tiap bulan dipotong PPh21, byr PPN, PBB tahunan, Pajak motor, dll lho
Kita emang sudah punya desain ifx blok II kok yg sesuai spesifikasi pespur duble engine yg diinginkan TNI AU, tp hal ini dirahasiakan untuk menghormati korsel karena dasar desai ifx blok II ini dr hasil pengembangan kfx/ifx bersama korsel,,,sempat ada ide keluar dan langsung jalan sendiri kembangkan dan bangun prototype ifx blok II tp karena hal ini berpotensi merusak hubungan dengan korsel maka hal ini urung dilakukan dan memutuskan tetep lanjut tp mencoba negoisasi untuk mengurangi share yg otomatis jg mengurangi unit ifx yg wajib diakusisi, tp nego yg disampaikan indonesia tak kunjung ada jawaban pasti dan malah korsel meminta indonesia menambah insyiurnya agar pembangunan prototype kfx/ifx cepat tuntas, aku yakin semuanya tetep lanjut karena kedua negara tak ingin hubangan yg sudah baik menjadi rusak karena kasus kfx/ifx ini.
Rusia dan Swedia malah senang kita menghentikan program IFX. Beberapa kali Pati TNI AU diundang ke Linkopig dan event MAKS untuk tujuan tersebut.
Swedia selalu menjadikan Brasil sebagai contoh sedangkan Rusia tahu kita punya konsep pagelaran udara yang aneh binti nyeleneh dimana pesawat tempur double engine otomatis masuk heavy fighter w/t air superiority role. Contoh F5 Tiger yang light fighter dan Su30 yang ground attack type. Rusia hal tersebut dan memang IFX ditujukan TNI AU untuk air superiority. IFX terbang otomatis kans Sukhoi habis
Bung ayam, untuk IFX block II rencananya kita dibantu pabrikan mana? Dan kalo mau ngembangin ke block II berarti proyek baru dong?
Block I aja blom tuntas2 kok mikirin blick II….gon..gon…..hadeewww
IFX block 2 diincar pabrikan besar yang berpeluang kuat menggantikan Airbus yang kemungkinan cerai dengan PT. DI tahun 2025 tapi penawaran mereka belum kita kasih tanggapan.
Si pabrikan itu menginginkan partner yang punya desain pespur gen 5 ready untuk mengincar pasar yang sangat tergantung pada produk US tetapi menolak F35 karena menginginkan pespur double engine contoh Arab Saudi dan Kanada. Pola kerjasama mirip antara pabrikan itu dengan Bombardier dimana si itu jadi partner global. Si itu sudah ada MOU dengan PT. DI siap jadi partner global buat pemasaran produk PT. DI seperti N219
Si itu tebak saja sendiri
Yg saya tau cuma si inul. Klo si itu blom pernah kenal mungkin krn blom masuk tv…..hehehe
si itu ya TAI ya kan hehe…
Masalahnya bukan tot atau bukan tidak mau bayar tp korsel tidak memberi jawaban pasti tentang hal negoisasi yg dilakukan indonesia untuk mengurangi share, indonesia mengurangi share disebabkan spesifikasi kfx/ifx pengembangan bersama ini tidak sesuai pespur duble engine yg diinginkan TNI AU, TNI AU menginginkan pespur duble engine yg punya daya jelajah seperti flanker yg mampu terbang jauh tanpa tanki bahan bakar external, dengan mengurangi share otomatis unit ifx untuk indonesia berkurang’ sesungguhnya desain ifx versi pengembangan indonesia selanjutnya/blok II sudah ada, desain ini sesuai spesifikasi pespur duble engine yg dinginkan TNI AU tp karena menghormati pihak korea selatan hal ini tidak dipublikasikan, bila kita bener2 perhatikan sebenarnya sempat ada ide keluar dr pengembangan kfx/ifx dan langsung mengembangkan sendiri ifx blok II tp mengingat hal ini berpotensi merusak hubungan baik indonesia dan korsel hal ini diurungkan sehingga diputuskan tetep lanjut tp mencoba menegoisasi tuk mengurangi share yg otomatis mengurangi unit yg wajib diakusisi indonesia tp sampai saat ini korsel belum kasih jawaban yg pasti dan malah meminta indonesia menambah insyiurnya agar prototype secepatnya bisa dibangun, fillingku semuanya tetep lanjut meski pengurangan share yg diajukan indonesia ditolak, ujungnya semua berjalan demi menjaga hubungan baik dan jg karena indonesia masih mengincar beberapa ilmu teknologi dr korea selatan.