PT PAL Masuki Tahap Keel Laying Proyek Ekspor LPD Kedua Pesanan Angkatan Laut Filipina
Setelah resmi melakukan upacara First Steel Cutting (FSC) kapal ekspor Landing Platform Dock (LD) Tarlac class kedua pesanan Angkatan Laut Filipina pada Januari 2024 silam, PT PAL Indonesia mencatat capaian baru kemajuan pembangunan ke tahap Keel Laying. Peresmian upacara tersebut dikemas secara padat sekaligus dilakukan peninjauan oleh Komite Inspeksi dan Penerimaan Teknis atau Technical Inspection and Acceptance Committee (TIAC) dari Angkatan Laut Filipina di workshop PT PAL Indonesia.
COO PT PAL Indonesia Iqbal Fikri bersama GM Divisi Kapal Niaga Supriono, dan Project Manager Parnianto, mewakili manajemen PT PAL mendampingi kunjungan TIAC Philippine, yang dipimpin oleh Capt Leo Amor A. Vidal beserta tim, dan didampingi Capt Emerson F Oxales PN (GSC) selaku Chairman Philippines Navy Owner Representatives (PNOR) bersama tim yang bertugas di PT PAL.
“Setiap langkah dalam pembangunan kapal ini, mulai dari First Steel Cutting hingga Keel Laying, mencerminkan kerja keras dan dedikasi seluruh tim kami. Kami bangga dapat bekerja sama dengan Angkatan Laut Filipina dan yakin bahwa kapal ini akan menjadi aset yang berharga bagi mereka. Ini bukan hanya tentang membangun kapal, tetapi juga memperkuat hubungan pertahanan dan keamanan di kawasan Asia Tenggara” ujar Iqbal Fikri dalam sambutannya.
Keel laying adalah tahap awal yang sangat penting dalam pembuatan kapal. Ini adalah proses peletakan bagian pertama dari kerangka kapal, yang disebut “keel” atau lunas.
Keel adalah tulang punggung struktural kapal, berjalan sepanjang dasar lambung kapal dari haluan (depan) ke buritan (belakang). Ini adalah elemen struktural utama yang memberikan stabilitas dan kekuatan pada keseluruhan struktur kapal.
Pada acara keel laying, sebuah plakat atau tanda sering kali dipasang pada keel yang menunjukkan tanggal dan detail lainnya tentang kapal. Ini berfungsi sebagai catatan sejarah dan juga tanda bahwa tahap konstruksi telah resmi dimulai. Keel laying menandai transisi dari fase perencanaan dan desain ke fase konstruksi fisik. Ini adalah tonggak penting dalam jadwal pembangunan kapal, dan sering kali diikuti dengan peningkatan aktivitas konstruksi di galangan kapal.
Dengan bobot mencapai 7.400 ton, LPD tergolong sebagai kapal pendukung (supporting ship) yang di desain sesuai dengan kebutuhan Angkatan Laut Filipina dalam menjalankan berbagai operasional penugasan. Mampu berlayar hingga 30 hari, LPD ini menjadi suatu solusi yang ideal untuk kebutuhan maritim terutama di kawasan Asia Tenggara.
Di tengah dinamika geopolitik yang terjadi, kebutuhan kapal angkatan laut baik kapal kombatan maupun kapal pendukung militer adalah hal penting yang harus dipenuhi bagi suatu negara. Kemampuan pertahanan tidak hanya menjadi simbol kekuatan, tetapi juga menjadi alat untuk mencapai tujuan maupun kepentingan nasional. (Gilang Perdana)
Related Posts
-
Novel CUAS: Drone Lawan Drone dengan Senapan Semi Otomatis
7 Comments | Mar 25, 2019
-
Alutsista Baru! Korps Marinir Lalukan Uji Fungsi Kanon Hanud Type 90/35mm dan AF902 Fire Control System
20 Comments | Aug 12, 2016
-
Leonardo AW139M: Modern Medium Lift Utility Helicopter, Penantang Dominasi Black Hawk dan Caracal
10 Comments | Mar 30, 2017
-
[MAKS 2019] Sebuah Sukhoi Su-57 Mendarat dengan Teknik Tak Lazim
16 Comments | Aug 27, 2019