Tag: kapal selam

Sea Shadow: Kendaraan Tempur Bawah Air Kopaska TNI AL

7

Misi infiltrasi ke daerah lawan dan sabotase pada obyek vital menjadi suatu kemampuan yang jamak dimiliki oleh pasukan elit di seluruh dunia.  Lebih khususnya dalam misi berdimensi laut, untuk Indonesia maka ‘pekerjaan’ ini tentunya dipercayakan kepada ahlinya, yakni Satkopaska (Satuan Komando Pasukan Katak) TNI AL. (more…)

Meneropong Kekuatan Rudal Malaysia

F-18D Hornet AU Malaysia (TUDM)
F-18D Hornet AU Malaysia (TUDM)

Dari segi kekuatan militer, nampak postur militer Malaysia tak seheboh Singapura, meski demikian, dari segi eskalasi konflik, jutrsu Malaysia yang paling dominan bergesekan di lapangan dengan Indonesia. Sebut saja mulai mulai konflik perebutan pulau Sipadan – Ligitan pada tahun 2002, kemudian berlanjut pada memanasnya terkait batas wilayah di blok Ambalat, Kalimantan Timur. Bahkan masih ada persoalan lain pada patok perbatasan di darat. (more…)

Bofors 375mm: Peluncur Roket Anti Kapal Selam Frigat Kelas Fatahillah TNI AL

Bofors 375mm pada KRI Fatahillah 361

Selain RBU-6000 yang merupakan sista (sistem senjata) peluncur roket anti kapal selam buatan Rusia, TNI AL dalam gelar operasinya juga mengdalkan sista Bofors 375mm, peluncur roket anti kapal selam buatan Bofors (kini Saab Underwater Systems) dari Swedia. Adopsi Bofors 375mm oleh TNI AL bahkan sudah lebih dulu ketimbang RBU-6000. Pasalnya Bofors 375mm menjadi alutsista yang melekat pada frigat kelas Fatahillah, yang terdiri dari KRI Faatahillah (361), KRI Malahayati (362) dan KRI Nala (363). (more…)

RBU-6000: Peluncur Roket Anti Kapal Selam Korvet Parchim TNI AL

Meski saat ini kekuatan armada kapal selam TNI AL terbatas, karena secara faktual kini hanya ada 2 kapal selam Type 209 buatan Jerman, tapi disisi lain perlu disyukuri bahwa TNI AL masih cukup mumpuni untuk menggelar sista (sistem senjata) anti kapal selam. Keberadaan sista anti kapal selam mutlak bagi TNI AL sebagai pengawal wilayah lautan RI yang begitu luas, dimana banyak alur laut yang ideal menjadi perlintasan kapal selam negara lain di sepanjang gugusan kepulauan Nusantara. (more…)

Bofors 120mm – Meriam Kaliber Terbesar di Kapal Perang TNI AL

Bofors 120mm tampak pada sisi haluan KRI Fatahilah

Selain punya beragam rudal anti kapal, faktanya TNI AL juga tak dapat melupakan unsur fire power pada artileri kapal. Mulai dari kelas frigat/korvet, tentu membutuhkan kelengkapan meriam sebagai pelibas sasaran di permukaan dan sasaran di udara secara terbatas. Dan, hingga kini pun keberadaan meriam dengan kaliber besar masih mampu membawa daya deteren (daya getar) pada lawan.

(more…)

Westland Wasp – Legenda Helikopter Anti Kapal Selam TNI AL

Westland Wasp TNI AL kini menjadi monumen di Surabaya

Bila merujuk pada kuantitas kapal perang yang dimiliki, boleh disebut TNI AL merupakan angkatan laut terbesar yang ada di kawasan ASEAN. Tapi terbesar belum tentu jadi yang terkuat, perihal yang terkuat masih harus dikalkulasi ulang, terutama bila dilihat dari perspektif jenis dan teknologi alutsista yang dimiliki oleh AL Singapura dan AL Malaysia. (more…)

Torpedo SAET-50 : Senjata Pamungkas Korps Hiu Kencana Era-60an

Bagi Anda pemerhati bidang kemiliteran, pastinya telah mengenal identitas Whiskey class, ya ini lah jenis kapal selam yang memperkuat arsenal kekuatan Korps Hiu Kencana TNI AL di dasawarsa tahun 60-an. Seperti diketahui, ada 12 kapal selam kelas Whiskey yang sempat dimiliki Indonesia, dan kehadirannya saat itu dimaksudkan sebagai salah satu elemen penggetar dalam operasi Trikora, merebut Irian Jaya dari tangan Belanda.

Seperti banyak ditulis dalam berbagai literatur, keberadaan kapal selam bagi sebuah negara merupakan komponen yang strategis. Beragam fungsi bisa diemban dari adanya kapal selam, mulai dari patroli, intai maritim, penyusupan, hingga perang bawah/atas permukaan laut. Untuk yang terakhir disebut, perang bawah/atas permukaan laut, tentunya bisa berjalan bila kapal selam ditunjang dengan persenjataan yang memadai. Bicara soal senjata kapal selam, jelas yang utama dan tak tergantikan adalah torpedo, setelah itu baru bisa disebut ranjau laut, rudal anti kapal, dan sebagainya.

Sosok torpedo SAET-50 di museum AL Rusia
Tampilan baling-baling pada SAET-50

Nah, guna menapaki sejarah kejayaan militer Indonesia di masa lalu, TNI AL kala itu juga sudah memiliki jenis torpedo yang terbilang canggih pada masanya. Jenis torpedo tersebut adalah SAET (Samonavodiashaiasia Akustisticheskaia Elektricheskaia Torpeda)-50, sebuah torpedo jenis homing akustik yang ditenagai dengan teknologi elektrik. Kecanggihan SAET-50 yakni saat diluncurkan dapat langsung mencari sasaran sendiri (fire and forget) berdasarkan suara baling-baling atau material magnetik yang dipancarkan oleh badan kapal target. Yang cukup menakutkan bagi armada kapal perang Belanda, hulu ledaknya mencapai berat 375 Kg, dan teknologi homing akustik pasif torpedo ini dapat mengendus sasaran mulai dari jarak 600-800 meter.

Selain negara-negara anggota Pakta Warsawa, Indonesia menjadi pengguna pertama, dan yang pasti di Asia baru Indonesia lah yang memiliki torpedo maut ini. Tentu ada udang dibalik batu atas kedatangan torpedo ini, Uni Soviet tentu berharap kinerja SAET-50 dapat dijajal dalam operasi tempur yang sesungguhnya. Operasi Trikora bisa menjadi kampanye keunggulan militer Uni Soviet melawan kubu Blok Barat yang diwakili oleh Belanda.

Jenis torpedo Whiskey Class di Museum Satria Mandala
Sosok torpedo di kompartemen Monkasel KRI Pasopati, Surabaya

Sayangnya, kesaktian SAET-50 tidak pernah dibuktikan untuk menghantam armada kapal Belanda. Karena beragam kepentingan, versi torpedo ini kemudian juga diadaptasi oleh Cina secara lisensi. Dan jadilah torpedo berdiameter 533mm ini dengan versi buatan Cina yang diberi kode Yu-3/Yu-4A dan Yu-4B. Ada beberapa pengembangan yang dilakukan oleh Cina, dimana versi torpedo ini dibuat bukan hanya dalam versi akustik pasif, tapi juga akustik aktif, yakni memancarkan gelombang untuk mencari pantulan dari logam di kapal target. Cina sendiri terus memproduksi torpedo yang berasal dari platform SAET-50 hingga 1987.

SAET-50 versi Cina (Yu-4)
Tabung peluncur torpedo di buritan KRI Pasopati

Tidak ada informasi, berapa unit torpedo SAET-50 yang sempat dimiliki TNI-AL. Secara umum SAET-50 produksi Uni Soviet terbagi dalam dua versi, yakni SAET-50 (digunakan mulai tahun 1950) dan SAET-50M (digunakan mulai tahun 1955). Tidak diketahui jenis mana yang dipunyai oleh TNI AL. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah spesifikasi torpedo SAET-50. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi Torpedo SAET-50
Diameter : 533 mm
Berat : 1.650 Kg
Panjang : 7,45 m
Berat Hulu Ledak : 375 Kg
Jangkauan : SAET-50 – 4 Km/SAET-50M – 6 Km
Kecepatan : SAET-50 – 23 knots/ SAET-50M – 29 knots
Sumber Tenaga : Lead Acic Battery

KRI Ratulangi – Legenda “Induk Semang” Kapal Selam TNI AL

KRI (RI) Ratulangi

Sebagian besar dari kita mungkin sudah mahfum dengan nama KRI Irian, sosok kapal penjelajah pertama dan terakhir yang pernah dimiliki TNI AL pada era orde lama. Tapi untuk segmen kapal permukaan, sebenarnya ada beberapa nama kapal perang TNI AL lainnya yang juga fenomenal di masa tersebut. Sebut saja salah satunya adalah KRI Ratulangi (RLI), kapal yang disebut kapal tender kapal selam ini punya peran penting pada masa operasi Trikora sampai operasi Seroja di tahun 70-an. (more…)

KRI Pasopati 410 – Kapal Selam Pemburu Tanpa MCK

Monumen Kapal Selam - KRI Pasopati

Rasanya sudah banyak yang tahu bahwa kembalinya Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi tak terlepas dari jasa show of force armada militer RI dikala itu. Dari sekian banyak arsenal tempur yang dijagokan untuk merontokan nyali Belanda, bisa disebut unsur armada kapal selam adalah yang paling ditakuti Belanda. Alasannya jelas, RI dikala itu menjadi satu-satunya negara di belahan dunia selatan yang memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey.  Saat itu Whisky class merupakan kapal selama diesel yang amat ditakuti oleh blok NATO. Belanda pun saat itu tak memiliki kapal selam dengan spesifikasi yang sama untuk menandingi Whiskey class. (more…)