Mark 32: Peluncur Torpedo SUT Kapal Perang TNI AL
“Peran Tempur… Peran Tempur.. Bahaya Kapal Selam…,” demikian pekik speaker membahana di seluruh lorong KRI Karel Satsuit Tubun 356, tatkala pusat informasi tempur mengidentifikasikan ancaman dari kapal selam musuh. Dalam waktu singkat, personel telah bersiap di anjungan tempur masing-masing. Secara yang bakal dihadapi adalah kapal selam, maka yang jadi andalan untuk melibas kapal selam adalah torpedo, selain ada senjata bom laut dan roket anti kapal selam. Tapi kebetulan, sista anti kapal selam yang tersedia di frigat kelas Van Speijk ini hanyalah torpedo.
Bila kapal selam lawan akan menyerang dengan torpedo, maka KRI Karel Satsuit Tubun (KST) juga akan melawan dengan torpedo. Tapi yang digunakan oleh KRI KST dari jenis torpedo yang diluncurkan dari permukaan atau udara, yakni dari jenis Honeywelll MK46. Torpedo yang dirancang oleh Naval Ordnance Test Station Pasadena ini punya kaliber 324 mm (12.75 inchi). Torpedo yang diproduksi oleh Alliant Techsystems ini punya kecepatan luncur hingga 40 knots (setara 74 km/jam). Secara teori, torpedo ini dapat meluncur sejauh 11 km dengan kedalaman hingga 365 meter. Target yang bisa digasak pun tak hanya kapal selam, tapi juga kapal permukaan, dengan kualifikasi SUT (Surface and Underwater Target).
Torpedo MK46 milik TNI AL punya bobot 231 kg dengan berat hulu ledak 44 kg. Lebih detail tentang sosok torpedo MK46 akan kami bahas di artikel selanjutnya, sementara yang juga menarik dicermati adalah sistem peluncur torpedo yang unik. Sistem peluncur yang digunakan adalah Mark 32 Surface Vessel Torpedo Tubes (Mk 32 SVTT). Sistem peluncur ini terdiri dari tiga tabung (triple tube) yang dapat diputar posisinya secara manual untuk diarahkan pada sasaran.
Pola peluncurannya mengadalkan kompresi udara pada bagian belakang tabung. Dengan pemandu, teknologi aktif/pasif homing mode, torpedo MK46 dapat ditembakkan secara fire and forget. Untuk eksekusi peluncuran torpedo, dapat dilakukan secara otomatis dari PIT (pusat informasi tempur) atau secara manual oleh personel dari pos tempur. Berdasarkan spesifikasi, Mark 32 dapat meluncurkan dua jenis torpedo, yakni MK46 dan MK50.
Mark 32 mulai diperkenalkan pada tahun 1960, sistem peluncur ini dirancang khusus untuk kebutuhan AL AS. Dan, karena dinilai efektif dalam gelar operasi, Mark 32 kini telah menjadi standar sistem peluncur torpedo anti kapal selam (ASW/anti submarine warfare). Umumnya, setiap kapal perang dengan standar NATO memiliki dua unit peluncur Mark 32, masing-masing di kiri dan kanan buritan. Tidak jauh dari unit peluncur, biasanya terdapat lift kecil untuk memindahkan torpedo dari tempat penyimpanan amunisi ke deck.
Sistem peluncur Mark 32 terbuat dari bahan fiberglass yang terbungkus logam. Tabungnya dirancang untuk tahan di segala cuaca dan mampu menyimpan torpedo siap tembak dalam waktu yang lama, tentunya dengan prosedur perawatan rutin. Dalam kondisi kosong, triple tube Mark 32 punya bobot 1.010 kg.
TNI AL nyatanya sudah cukup lama mengoperasikan peluncur torpedo Mark 32. Mulai dari era perusak kawal (destroyer escort) kelas Claud Jones (Samadikun Class), kemudian di keluarga frigat kelas Fatahillah, sampai 6 unit frigat kelas Van Speijk, kesemuanya mengusung jenis peluncur torpedo SUT yang serupa. Setidaknya peluncur Mark 32 hingga kini telah digunakan di lebih 30 AL dunia.
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=TasUY5DuGiI]
Masih berada dalam standar NATO, juga di kaliber torpedo yang sama, ada peluncur lain yang juga digunakan oleh TNI AL, yaitu B515 (ILAS-3). Peluncur ini juga mengusung torpedo kaliber 324 mm, dengan jumlah tiga tabung pada tiap peluncur, artinya bisa meluncurkan torpedo MK46. B515 digunakan pada korvet kelas SIGMA (Diponegoro Class), bedanya B515 bukan buatan AS, melainkan buatan EuroTorp, Alenia Sistemi Subacquei, Livorno, Italia. (Bayu Pamungkas)
Ooo Aku Baru tau infonya… Ternyata Torpedo TNI-AL Cukup Banya ea!
Video nya kocak banget bro…hahaha