KRI Dewa Kembar 932: Perjalanan dari Perang Malvinas Hingga Laut Nusantara
Menyandang predikat negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sudah barang tentu menyadari pentingnya peran hidro oseanografi. Baik untuk kepentingan sipil dan militer, survei dan pemetaan bawah laut begitu vital untuk dilakukan. Misalnya untuk operasional kapal selam, dengan dukungan informasi dan peta bawah laut yang memadai, maka aspek gelar peperangan bawah laut menjadi satu langkah unggul dibanding lawan yang masih harus meraba kontur bawah laut suatu wilayah.
Baca juga: Kongsberg EM-302 Multibeam Echosounder, Temukan Longsoran Dasar Laut di Teluk Palu
TNI AL (d/h ALRI) sejak tahun 1951 telah menaruh perhatian khusus dengan membentuk badan khusus untuk fungsi hidrogafi, kemudian saat ini badan untuk urusan survei, peneletian, publikasi , serta keselamatan navigasi pelayaran dilakukan oleh Dinas Hidro-Oseanografi (Dishidros) yang kedudukannya langsung dibawah KSAL. Seperti halnya satuan kapal eskorta, satuan kapal amfibi, dan satuan kapal cepat, maka Dishidros pun punya armada kapal tersendiri, yakni Satuan Surveihidros (Satsurveihidros).
Di era 1960-1970an, saat TNI AL masih berjaya dengan armada kapal selam kelas Whiskey dari Uni Soviet, kapal survei milik TNI AL ada beberapa jumlahnya. Diantaranya KRI Burujulasad 931 yang berarti gugusan bintang dalam bahasa Arab, dan KRI Jalanidhi 933 yang berarti dewi laut dalam mitologi Hindu. Kapal-kapal ini sempat mempunyai nomer lambung sendiri yang berawal angka 10, tapi kemudian dimasukkan ke Satuan Kapal Bantu dengan nomer kepala 9.
Saat ini Satsurveihidros memiliki 5 (lima) KRI, khusus KRI yang berada di jajaran Satsurveihidros merupakan jenis kapal Bantu Hidro-Oseanografi atau yang dikenal dengan istilah BHO.Dari ke lima KRI tersebut 1 (satu) KRI Dewa Kembar 932, 1 (satu) KRI Leuser 924 dan 3 (tiga) kelas kondor yaitu KRI Pulau Rote-721, KRI Pulau Romang 723 dan KRI Pulau Rempang 729. KRI yang berada dijajaran Satsurveihidros sejatinya bukanlah merupakan jenis kapal survei namun menyikapi keterbatasan yang ada TNI Angkatan Laut memodifikasi kapal-kapal tersebut untuk dapat dijadikan kapal survei. Awalnya bahwa kapal-kapal tersebut merupakan kapal tipe rumah sakit, kapal tunda samudera dan kapal penyapu ranjau sehingga memiliki nama dan nomor lambung yang berbeda namun memiliki fungsi azasi yang sama sebagai kapal survei. KRI yang berada di jajaran Satsurveihidros merupakan jenis kapal Bantu Hidro-Oseanografi atau yang dikenal dengan istilah BHO.
Nah, dibanding satuan kapal lain di lingkungan armada TNI AL, Satsurveihidros bisa dikata yang paling jarang mendapat update pengadaan kapal. Nyaris tidak terdengar ada tambahan kapal baru untuk Satsurveihidros. Untuk saat ini, sejatinya hanya ada satu kapal, yakni KRI Dewa Kembar 932 yang punya asasi sebagai kapal survei dan riset bawah air. Seperti diulas pada artikel sebelumnya, TNI AL dalam waktu dekat akan kedatangan dua kapal hidro oseanografi tipe OCEA OSV190 SC WB buatan Perancis.
KRI Dewa Kembar 932
Bila dirunut dari identifikasi nama, Dewa Kembar merupakan julukan dari Dioskuri, dewa dalam mitologi Yunani yang juga nama gugusan bintang. Dewa Kembar diambil dari dua bintang yang bersinar paling terang pada rasi bintang Gemini yaitu Castor (Alpha Geminorum) dan Pollux (Beta Geminorum). Banyak orang mempersepsikan kedua bintang tersebut sebagai contoh orang India melukiskan bahwa kedua bintang tersebut merupakan 2 (dua) dewa.
KRI Dewa Kembar bukanlah kapal yang dibeli baru oleh pemerintah Indonesia, sebelum bernama KRI Dewa Kembar, kapal ini punya identitas HMS Hydra A144 yang dimiliki AL Kerajaan Inggris (Royal Navy). Mengenai sejarahnya, peletakan lunas pertama HMS Hydra dimulai pada 14 Mei 1964 oleh galangan Yarrow & Ltd, Scotsoun Glasgow, Inggris. Kemudian, kapal resmi meluncur pada 14 Juli 1965. AL Inggris aslinya punya tiga kapal yang sejenis, yakni HMS Hecla, HMS Hecate, dan HMS Hydra. Karena yang meluncur pertama adalah HMS Hecla, maka identitas seri kapal ini disebut sebagai Hecla Class. Setelah digunakan hampir dua dekade oleh Inggris, HMS Hydra kemudian dilego ke Indonesia pada 22 Mei 1986, dan resmi masuk arsenal TNI AL pada 10 September 1986. Bila ditelaah, kedatangan kapal ini berdekatan dengan hadirnya frigat kelas Tribal yang dibeli bekas Indonesia dari pemerintah Inggris.
Baca juga: Westland Wasp – Legenda Helikopter Anti Kapal Selam TNI AL
Beberapa tahun sebelum menjadi milik TNI AL, tepatnya pada tahun 1982 kapal ini ikut ambil bagian dalam operasi militer yang bersejarah, yakni dilibatkan dalam kancah Perang Malvinas (Falkland War). Karena kebutuhan yang mendesak dalam operasi di seberang lautan, HMS Hydra yang kodranya adalah kapal survei dan riset bawah laut, fungsinya dialihkan sebagai kapal rumah sakit. Kapasitasnya yang mampu membawa penumpang hingga ratusan dan adanya helipad plus hangar menjadi keputusan dipilihnya HMS Hydra sebagai kapal rumah sakit.
Proses modifikasi dari kapal survei menjadi kapal rumah sakit berlangsung di pangkalan angkatan laut Portsmouth. Modifikasi yang dilakukan mencakup perubahan cat, pemberian identitas palang merah, dan menghilangkan starboard engine. HMS Hydra memulai pelayaran jarak jauh ke Falkland pada 24 April 1982. Dengan dukungan helikopter Westland Wasp, cukup banyak nyawa prajurit Inggris yang berhasil di evakuasi dan kemudian mendapat perawatan medis di kapal ini.
Lepas dari operasi di Malvinas, HMS Hydra dikembalikan fungsinya sebagai kapal survei. Terakhir AL Inggris telah meng-upgrade sistem sonar dan kalibrasi beberapa perangkat elektronik. Kelengkapan terkini pada HMS Hydra mencakup radar Kelvin Hughes Type 1006, Hydroplot Satellite navigation system, computerised data logging, gravimeter, magnetometers, sonars, dan echo-sounders. Menunjang misi survei, kapal ini juga dibekali laboratorium. Meski tak dirancang untuk melakukan peperangan, Dewa Kembar yang masuk kategori KRI, juga dibekali persenjataan untuk self defence, yaitu dua pucuk kanon PSU (penangkis serangan udara) laras ganda kaliber 25 mm.
Beberapa kegiatan yang dilakukan KRI Dewa Kembar mencakup survei base point, survei ALKI (alur laut kepulauan Indonesia), survei untuk kepentingan peningkatan fasilitas labuh pangkalan TNI Angkatan Laut dan lain-lain. Untuk operasional di laut Indonesia, tentunya Dewa Kembar telah mengalami modifikasi, pasalnya operasional kapal ini sebelumnya lebih banyak di kawasan Atlantik. Untuk meningkatkan kinerja mesin, Dewa Kembar pun telah dilakukan proses repowering. (Gilang Perdana)
Spesifikasi
Buatan : Inggris.
Panjang maks : 79,25 meter.
Lebar maks : 15,24 meter.
Draft : 4,88 meter.
Awak : 12 perwira dan 116 kelasi
Bobot : 2.000 ton (standar) dan 2.762,59 ton (muatan penuh).
Mesin : Diesel-electric drive 3 × Paxman 12 YJCZ diesels producing 2,434 hp
Kecepatan ekomonis : 9 knot.
Kecepatan jelajah : 10 knot.
Kecepatan maks : 13,5 knot.
Persenjataan : 2 pucuk meriam kal 25 mm laras ganda.
Related Posts
-
Setelah 34 Tahun, AU India Pensiunkan MiG-27ML “Bahadur”
2 Comments | Dec 31, 2019
-
Setelah USS Theodore Roosevelt, Kini Giliran Kapal Induk Charles De Gaulle yang Dihantam Covid-19
2 Comments | Apr 16, 2020
-
Rusia Luncurkan Satelit Intai Bars-M Keempat, Dilengkapi Perangkat Elektro Optik Canggih
1 Comment | Mar 26, 2023
-
Mengenal ‘Remus 600’ – Drone Bawah Laut (AUV) Milik AS yang ‘Diciduk” Houthi
1 Comment | Feb 26, 2024
@admin, maaf OOT tadi saya baca disitus wikipedia tentang bom JDAM, nah di situ tertulis negara operatornya, dan Indonesia ternyata ada didalamnya. Apakah betul info ini min, kalau Indonesia sudah menggunakan bom JDAM ataupun bom pintar lainnya ?
kapal ini masih aktif ?
@Blangkon: yes, masih aktif.
Aktif
Adek q kru mesin disana
boleh tau, siapA yg prajurit yg ditugasi mengambil kapal ini?
saya suka banget dengan artikel situ
thx… bgt min ini yg dah lama ditunggu2 tks yach artikelnya.. keep posting
Sama2 Bung Jacky 🙂
menyimak 😀