Korps Marinir Amerika Serikat (U.S. Marine Corps/USMC) telah mengambil langkah signifikan dalam penguatan kerja sama pertahanan dengan Filipina melalui pengerahan aset udara nirawak canggih. Unit dari Marine Unmanned Aerial Vehicle Squadron (VMU)-1 telah dikerahkan untuk beroperasi dari Pangkalan Udara Basa di provinsi Pampanga, Filipina. Pengerahan ini, yang dilakukan atas permintaan Manila, secara eksplisit ditujukan untuk meningkatkan kapabilitas Intelijen, Pengawasan, dan Pengintaian (ISR) regional, khususnya di perairan sengketa Laut Cina Selatan (LCS), yang oleh Filipina disebut Laut Filipina Barat (West Philippine Sea).
Sebagai rudal anti kapal pesisir (coastal missile defence), nama rudal Brahmos sudah lekat sebagai arsenal alutsista Korps Marinir Filipina. Dan setelah beberapa gelombang (batch) pengiriman dari India, untuk pertama kali Korps Marinir Filipina meresmikan baterai atau kompi pertama rudal anti kapal Brahmos. (more…)
Angkatan Laut Filipina mencatatkan kemampan baru dalam sistem peperangan anti kapal selam (anti submarine warfare), yakni dengan adopsi teknologi Towed Array Sonar System (TASS) pada generasi kapal kombatan terbarunya, persisnya Angkatan Laut Filipina telah mengalokasikan dana untuk mengakuisisi TASS modular untuk setidaknya tiga dari enam Offshore Patrol Vessel (OPV) yang akan datang. (more…)
Cina mengerahkan sejumlah pasukan keamanan maritim, pelampung (buoys) dan jet tempur ke perairan sekitar Scarborough Shoal di Laut Cina Selatan. Tindakan yang dilakukan pada minggu kedua bulan Oktober 2025 ini dilakukan pihak Cina untuk menegaskan klaim teritorialnya atas wilayah sengketa tersebut.
Meski postur Angkatan Laut Filipina tergolong kecil, namun akan dibuat ‘berotot’, termasuk pada sistem senjata armada terpadu, bila saat ini hanya ada dua kapal perang permukaan yang dilengkapi helikopter serang/anti kapal selam (AKS/ASW), maka kekuatan udara maritim akan digenjot, yakni nantinya delapan kapal perang setara fregat masing-masing akan dilengkapi Leonardo AW159 Wildcat. (more…)
Akibat tekanan politik, pemerintah Filipina berencana tak lagi membuat kontrak baru untuk pembelian persenjatan dari industri pertahanan Israel. Namun, bukan berarti hubungan Manila dan Tel Aviv merenggang, tetap ada kontrak lanjutan yang berkaitan dengan pemeliharaan atas dan dukungan terkait. Lebih dari itu, ada pernyataan menarik dari Menteri Pertahanan Filipina Gilbert Teodoro yang menyebut pihaknya saat ini ‘terjebak’. (more…)
Meski tak sampai melakukan pembatalan atas kontrak yang berjalan, seperti yang dilakukan Spanyol dengan membatalkan pesanan sistem artileri PULS, namun ada kabar bahwa Israel bakal kehilangan pelanggan terbesarnya di Asia, setelah rencana pemerintah Filipina untuk tidak membuat kontrak baru untuk pembelian sistem senjata dari Negeri Yahudi. (more…)
Sebagai negara yang mendapat ancaman konflik bersenjata dari dalam dan luar negeri, maka menarik untuk mencermati dengan apa yang dilakukan oleh Filipina. Terkhusus untuk meladeni konflik bersenjata domestik yang dilakukan kelompok separatis, Pusat Penelitian dan Pengembangan – Air Force Research and Development Center (AFRDC) Angkatan Udara Filipina telah meluncurkan drone bersenjata buatan dalam negeri pertamanya. (more…)
Punya peran vital bagi lalu lintas kapal selam, Selat Luzon sebagai choke point menjadi salah satu dari sedikit jalur yang cukup dalam dan lebar bagi kapal perang besar dan kapal selam, termasuk kapal selam nuklir Cina, untuk keluar-masuk Laut Cina Selatan dengan Samudera Pasifik. Namun, ketenangan Cina sebagai pengguna Selat Luzon boleh jadi mulai terusik, kenapa? (more…)
Meski belum ada bukti penggunaan howitzer ini dalam konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja, namun, nama M-71 Soltam sempat diperbincangkan, lantaran dikabarkan siap digelar oleh satuan artileri medan Angkatan Darat Thailand. Bukan jenis alutsista baru, tapi debut M-71 Soltam menarik untuk dicermati, khususnya howitzer tarik (towed howitzer) kaliber 155 mm ini telah dioperasikan empat negara di Asia Tenggara. (more…)