Pengembangan magnet High-Temperature Superconducting (HTS) oleh Tokamak Energy—perusahaan fusi nuklir terkemuka di Inggris—telah melampaui ambisi energi bersih dan kini memasuki ranah pertahanan strategis. Teknologi HTS, yang pada awalnya dirancang untuk mengurung plasma pada suhu jutaan derajat Celcius, kini menjadi kunci bagi program militer AS, khususnya dalam menciptakan sistem propulsi laut generasi berikutnya yang sangat senyap dan kuat. (more…)
Xian H-20 bukan sekadar pesawat pengebom biasa; pesawat ini adalah simbol paling nyata dari ambisi Cina untuk memiliki kekuatan militer global yang setara dengan Amerika Serikat. Selama beberapa dekade, Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) bergantung pada pengebom H-6 yang sudah tua (turunan dari desain Soviet Tu-16). H-20 hadir untuk menggantikan tulang punggung armada lama ini, sekaligus memberikan Cina kemampuan “serangan jarak jauh” dan “penetrasi mendalam” yang sebelumnya tidak mereka miliki. (more…)
Angkatan Darat AS sedang meluncurkan inisiatif modernisasi paling signifikan untuk platform Main Battle Tank (MBT) M1 Abrams dalam beberapa dekade terakhir, yaitu pengembangan M1E3 Abrams. Perubahan ini merupakan langkah radikal, di mana militer AS secara resmi menghentikan rencana peningkatan bertahap pada model M1A2 SEPv4 yang sudah ada.
Penerapan sistem robotik otonom melalui tabung torpedo kapal selam Angkatan Laut AS menandai lompatan luar biasa dalam peperangan bawah air (Undersea Warfare – USW). Tabung torpedo, yang secara historis hanya berfungsi sebagai peluncur senjata mematikan, kini telah bertransformasi menjadi gerbang peluncuran dan pemulihan bagi robot canggih.
Kehadiran pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) pada ajang Seoul International Aerospace and Defense Exhibition (ADEX) 2025 kembali menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu pemain kunci di pasar kedirgantaraan global. Di tengah persaingan ketat pesawat tempur dan drone canggih, pesawat angkut turboprop ini tetap menarik perhatian delegasi militer dan pertahanan dari berbagai negara.
Peta persaingan militer di Asia kembali mencuri perhatian dunia. Berdasarkan laporan terbaru dari World Directory of Modern Military Aircraft (WDMMA) tahun 2025, Angkatan Udara India (IAF) berhasil menyalip Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat Cina (PLAAF) dalam hal kekuatan tempur. India melonjak ke peringkat ketiga dunia, tepat di belakang Amerika Serikat dan Rusia, sebuah hasil yang memicu perdebatan sengit dan menegaskan bahwa kualitas telah mengalahkan kuantitas.
Akuisisi rudal Tomahawk oleh Jepang adalah titik balik geopolitik yang tak terhindarkan bagi Korea Utara. Hal ini tercermin dari kecaman keras yang dilontarkan oleh Korea Utara terhadap Jepang. Menurut Korea Utara, akuisisi rudal tersebut merupakan tindakan berbahaya yang meningkatkan ketegangan dan memicu perlombaan senjata di Asia Timur.
Sebagai salah satu upaya untuk menjadi kekuatan industri pertahanan terbesar keempat di dunia pada tahun 2030, Korea Selatan unjuk taring dengan meluncurkan Korea New Infantry Fighting Vehicle (K-NIFV), sebuah program kendaraan tempur infanteri generasi berikutnya yang sedang dikembangkan oleh raksasa pertahanan Korea Selatan, Hanwha Aerospace.
Jika pada pemberitaan sebelumnya membahas tentang MAPS GEN II yang mampu menavigasikan beragam kendaraan militer tanpa harus bergantung pada satelit, ini merupakan tindak lanjut dari ancaman peperangan elektronik masa depan yang mulai menyasar ruang angkasa – dengan satelit sebagai salah satu target vitalnya.
Menanggapi ancaman peperangan elektronik yang terus berkembang ini, Angkatan Darat Amerika Serikat memprioritaskan pengembangan sistem navigasi yang tangguh. Inilah yang melahirkan Mounted Assured Positioning, Navigation, and Timing System Generation II (MAPS GEN II).