Di tengah tensi politik dalam negeri yang meninggi, rupanya ada kabar baik dari Bumi Parahyangan, dimana PT Dirgantara Indonesia, pada Selasa 8 Desember 2020, berhasil melaksanakan maiden flight alias uji terbang perdana pesawat intai maritim pesanan AU Senegal, CN-235 220 MPA. (more…)
Pandemi Covid-19 rupanya berdampak langsung pada PT Dirgantara Indonesia (DI), dimana diskusi final pengadaan CN-235 MPA (Maritime Patrol Aircraft) pesanan AU Senegal terpaksa ditunda. Padahal serangkaian diskusi telah dicapai saat Singapore AirShow 2020 di bulan Februari lalu. Negosiasi terpaksa ditunda lantaran adanya larangan perjalanan (travel bans) sebagai dampak dari Covid-19. (more…)
Malaysia nampaknya ingin mengikuti jejak Indonesia sebagai negara pengguna CN-235 MPA (Maritime Patrol Aircraft), diwartakan dua dari enam unit CN-235 milik AU Malaysia (TUDM) akan dikonversi menjadi varian MPA. Konversi tersebut mendapat dukungan pendanaan oleh Amerika Serikat lewat program Maritime Security Initiative. (more…)
Bila tiada aral melintang, keluarga pesawat intai maritim di Indonesia akan bertambah variannya, setelah Boeing 737-2X9 , NC-212 200 dan CN-235 220 MPA (Maritime Patrol Aircraft), rencananya pada akhir November 2018, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) akan meluncurkan NC-295 MPA. Pesawat produksi Airbus Defence and Space (ADS) yang dirakit PT DI ini juga kondang dengan label “Persuader.” Dan menjadikan Indonesia sebagai negara keenam pengguna C-295 MPA setelah Chile, Portugal, Mesir, Ghana, Meksiko dan Oman. (more…)
Suatu hari ada yang bertanya, pesawat intai maritim apakah yang paling canggih di Asia Tenggara? Dengan penekanan kata ‘intai maritim,’ maka kebaradaan CN-235 220 MPA (Maritim Patrol Aircraft) baik yang dioperasikan Puspenerbal TNI AL dan Skadron Udara 5 bisa jadi contoh bagaimana pesawat intai maritim yang modern dilengkapi sarana yang relatif memadai. Namun, bila ditelaah lebih jauh, seperti pada kelengkapan fitur secara keseluruhan dan adanya kemampuan penindakan, maka yang terdepan di Asia Tenggara adalah Fokker F50 ME (Maritime Enforcer) MK2 milik AU Singapura (RSAF). (more…)
Kilas balik ke awal dekade 80-an, jagad pesawat intai maritim strategis di Indonesia pernah mengalami momen keemasan, betapa tidak, pada periode 1982-1983, TNI AU dengan bangga menjadi operator pesawat intai strategis yang tergolong paling canggih di Asia Tenggara. Ya, keberadaan tiga unit Boeing 737-2X9 dengan radar Motorola SLAMMR (Side Looking Airborne Modular Multi Mission Radar) adalah salah satu yang terbaik pada jamannya. Menjadikan kekuatan intai strategis Indonesia cukup disegani di kawasan. (more…)
Awal bulan Mei ini, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) kembali menyerahkan satu unit pesawat intai maritim CN-235 220 MPA kepada TNI AU, yang kemudian akan memperkuat Skadron Udara 5. Meski penyerahan CN-235 MPA oleh PT DI kepada TNI AU dan TNI AL sudah dilakukan beberapa kali, namun ada yang menarik dari penyerahan unit terakhir CN-235 MPA untuk TNI AU, pasalnya beberapa portal media nasional menyebut bahwa CN-235 MPA keluaran PT DI yang terbaru telah dilengkapi kemampuan ASW (Anti Submarine Warfare). (more…)
Belum lama berselang, sebuah portal online nasional menyebut bahwa pesawat intai maritim CN-235 220 jika disinergikan dengan jet tempur Sukhoi Su-27/Su-30, maka akan menjadi senjata penghancur kapal perang yang mematikan. Walau masih mengundang tanya besar, peryataan tersebut ada nilai kebenarannya, terutama bila dikaitkan home base Skadron Udara 11 dan Skadron Udara 5 berasal dari lanud yang sama, yakni Lanud Hasanuddin di Makassar. (more…)
Dengan moncong hidung mancung khas ‘Pinokio,’ CN-235 220 MPA (Maritime Patrol Aircraft) TNI AU yang dilengkapi radar Thales, hingga kini masih dipercaya sebagai produk unggulan PT Dirgantara Indonesia dalam menelurkan serial pesawat intai bermaritim, meski Puspenerbal TNI AL punya varian yang lebih baru, yakni CN-235 220 NG MPA, tetap saja CN-235 220 MPA milik Skadron Udara 5 TNI AU masih yang paling lekat di mata publik, tentu saja lewat ciri khas moncong radarnya yang ekstra mancung. (more…)