Terdampak Covid-19, PT DI Tunda Negosiasi Pengadaan CN-235 220 MPA untuk Senegal
|Pandemi Covid-19 rupanya berdampak langsung pada PT Dirgantara Indonesia (DI), dimana diskusi final pengadaan CN-235 MPA (Maritime Patrol Aircraft) pesanan AU Senegal terpaksa ditunda. Padahal serangkaian diskusi telah dicapai saat Singapore AirShow 2020 di bulan Februari lalu. Negosiasi terpaksa ditunda lantaran adanya larangan perjalanan (travel bans) sebagai dampak dari Covid-19.
Baca juga: Malaysia Akan Konversi Dua Unit CN-235 Menjadi Varian MPA
Dikutip dari Janes.com (27/5/2020), pihak perwakilan PT DI berharap negosiasi dapat dilanjutkan kembali pada tahun 2021. AU Senegal telah mengakuisisi satu unit CN-235 220 dari PT DI. Senegal menandatangani CN-235 220 pertamanya dengan PT DI pada November 2014 dan pesawat telah dikirimkan pada Januari 2017. Pesawat yang dikirim untuk AU Senegal adalan varian quick-change configuration, yaitu mampu dirubah secara cepat untuk berbagai misi, seperti transortasi umum, evakuasi medis hingga angkut VIP.
Merujuk ke situs Antaranews.com (16/5/2020), awal Maret 2020, Menteri Perencanaan Senegal Dr. Cheikh Kante bersama Duta Besar RI untuk Senegal telah berkunjung ke PT DI untuk melihat langsung proses pengerjaan tahap akhir penyelesaian pembuatan CN-235 220 pesanan Senegal. CN-235 220 disebut telah rampung 80 persen dan diharapkan dapat dikirim ke Senegal pada periode Agustus-September 2020.
Sementara itu, pesanan ketiga CN-235 220 Senegal nantinya berupa varian MPA. Janes.com menyebut Senegal belum ada preferensi untuk sistem sensor dan perangkat elektronik yang nantinya akan disiapkan di CN-235 220 MPA. Namun kabarnya CN-235 220 MPA Senegal akan dilengkapi sensor utama berupa radar intai maritim AN/APS-143C(V)3 OceanEye dan AN/ASQ-508 magnetic anomaly detector (MAD).
Untuk AN/APS-143C(V)3 OceanEye saat ini sudah terpasang pada CN-235 220 MPA Puspenerbal TNI AL. Sementara AN/ASQ-508 magnetic anomaly detector sejauh ini belum terlihat hadir di CN-235 MPA milik TNI AL maupun TNI AU. AN/ASQ-508 MAD adalah bekal utama CN-235 220 MPA jika ingin melakukan misi anti kapal selam (AKS). Ciri khas adanya perangkat/sensor magnetic anomaly detection (MAD) disematkan pada bagian ekor pesawat, khusus pada CN-235 jenis MAD yang digunakan adalah AN/ASQ-508(V) buatan CAE, Kanada.
Sistem MAD terdiri dari perangkat magnetometer yang sangat sensitif, dirancang untuk mampu ‘merasakan’ perubahan pada medan magnet bumi yang diakibatkan oleh benda-benda logam di sekitarnya. MAD umumnya dipasang pada bagian ekor pesawat, dengan tujuan untuk meminimalkan gangguan magnetik. Kisaran dari Sistem MAD bervariasi, tetapi umumnya akan mendeteksi anomali di area 1.200 meter.
Ketika sistem MAD mendeteksi anomali magnet, sinyal audio memberi isyarat kepada kru dan layar monitor akan menyediakan kontak dan jangkauan informasi. Perangkat lunak yang dikembangkan CAE memungkinkan identifikasi lokasi kapal selam dalam bentuk pemisahan lateral dan vertikal pada closest point of approach (CPA).
Baca juga: Adakah Sensor MAD di Ekor CN-235 MPA TNI AU?
Sementara AN/APS-143C(V)3 OceanEye merupakan radar intai maritim produksi Telephonics dari Amerika Serikat. Radar ini dapat menteksi sasaran di permukaan pada jarak deteksi yang juga 200 nautical mile (370 km) dan dibekali fitur IFF (Identification Friend or Foe). (Gilang Perdana)
kenapa ga di jadikan gunship aja
Bismillah boleh usul tuk PT.DI apakah bisa ditingkatkan kemampuan CN.235 MPA ini memiliki kemampuan awacs minimal ditambah ke TNI.AU jadi 6 unit,bila bisa dikonversi jadi Awacs dan memanggul rudal tzircon,brahmos dan torpedo,jadi bisa menghancurkan lawan ditempat.mungkin dengan pihak pakistan kita bisa sistem barter CN.235 kita barter dengan JF.17 pakistan,kekurangannya bisa ditambah dengan produk pertanian indonesia.
Mau tanya CN-235 MPA bisa ga bawa Torpedo kayak di P-8 Poseidon gitu?
bisaa.. taruh didalem bagasi..