Adakah Sensor MAD di Ekor CN-235 MPA TNI AU?
Awal bulan Mei ini, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) kembali menyerahkan satu unit pesawat intai maritim CN-235 220 MPA kepada TNI AU, yang kemudian akan memperkuat Skadron Udara 5. Meski penyerahan CN-235 MPA oleh PT DI kepada TNI AU dan TNI AL sudah dilakukan beberapa kali, namun ada yang menarik dari penyerahan unit terakhir CN-235 MPA untuk TNI AU, pasalnya beberapa portal media nasional menyebut bahwa CN-235 MPA keluaran PT DI yang terbaru telah dilengkapi kemampuan ASW (Anti Submarine Warfare).
Bekal ASW di keluarga CN-235 memang telah sukses diadaptasi, tapi bukan di Indonesia, melainkan di CN-235 milik AL Turki. Selain kebisaan menggotong torpedo sampai depth charge, ciri khas kemampuan ASW pada CN-235 terlihat dengan adanya perangkat/sensor magnetic anomaly detection (MAD) yang disematkan pada bagian ekor pesawat, khusus pada CN-235 jenis MAD yang digunakan adalah AN/ASQ-508(V) buatan CAE, Kanada.
Dan kabar adanya MAD AN/ASQ-508(V) pada CN-235 220 MPA TNI AU mencuat setelah diwartakan oleh beberapa portal nasional. Namun, apakah MAD saat ini memang sudah terpasang di CN-235 MPA TNI AU? Ataukah itu baru sebatas harapan? Seperti halnya harapan agar nantinya CN-235 MPA TNI AU dapat dipersenjatai roket untuk peran penindakan.
Meski belum terkonfirmasi, dari paparan foto yang memperlihatkan saat serah terima CN-235 220 MPA kepada Skadron Udara 5 di Lanud Hasanuddin pada 4 Mei 2018, terlihat pada bagian ekor CN-235 MPA tidak nampak perangkat MAD yang terpasang.
Sistem MAD terdiri dari perangkat magnetometer yang sangat sensitif, dirancang untuk mampu ‘merasakan’ perubahan pada medan magnet bumi yang diakibatkan oleh benda-benda logam disekitarnya. MAD umumnya dipasang pada bagian ekor pesawat, dengan tujuan untuk meminimalkan gangguan magnetik. Kisaran dari Sistem MAD bervariasi, tetapi umumnya akan mendeteksi anomali di area 1.200 meter.
Ketika sistem MAD mendeteksi anomali magnet, sinyal audio memberi isyarat kepada kru dan layar monitor akan menyediakan kontak dan jangkauan informasi. Perangkat lunak yang dikembangkan CAE memungkinkan identifikasi lokasi kapal selam dalam bentuk pemisahan lateral dan vertikal pada closest point of approach (CPA).
Baca juga: WESCAM MX-20HD – Dongkrak Kemampuan Boeing 737 Patmar TNI AU ‘Setara’ Poseidon
Walau bukan satu-satunya pemasok MAD, CAE adalah pemain utama dalam industri ini. Lebih 2.000 pesawat dan helikopter menggunakan AN/ASQ-508 untuk misi AKS (Anti Kapal Selam). Selain CN-235 Turki yang telah mengadopsi MAD AN/ASQ-508, beberapa pesawat intai maritim kondang seperti P-8I Poseidon (India), P-3CK Orion (Korea Selatan/Australia/Jepang), S-70B (Australia), Sea King dan Lynx (Inggris) dan C-295 (Chile), adalah pengguna AN/ASQ-508 atau yang populer disebut Advanced Integrated Magnetic Anomaly Detection System (AIMS). (Bayu Pamungkas)
April 2014: Lockheed Martin will be pitching a C-3 Viking variant as the US Navy’s next Carrier On-board Delivery aircraft. There are 91 S-3s sitting in the AMARC “Boneyard,” and the 87 that could be restored to operational status have an average of 9,000 safe flight hours of life left on them.
Dari :
https://www.defenseindustrydaily.com/89m-for-fy-2007-support-of-the-usns-s3b-vikings-02777/
Masih ada rata-rata sisa 9000 jam terbang lagi.
Jika diambil 1500 jam untuk safety maka tinggal 9000 – 1500 = 7500 jam.
Jika dipakai maksimum 300 jam per tahun maka :
7500 / 300 = 25 tahun.
Jika jadi dibeli dan datang ke Indonesia tahun 2020 maka 2020 + 25 = 2045
Tahun 2045 baru pensiun.
hehe heboh ni yee
tentang cb235 asw trims atas koreksinya. tapi ada sedikit info menarik tp jg miris mengapa wacana cn235 asw darp pt. di kenungkinan nustahil terwujud
tni mnginginkan pesawt asw ideal dimana torpedo dapat dicantel di sayap. permasalahannx adalah terbentur di paten. iptn kalah cepat dbandingkan casa yg sdari tahun 1992 sdh nenpatenkan cn235 with strengthen airframe yh kelak berevolusi mnjadi c295. iptn pd waktu itu nalah brkutat di n250 yg akhirnya mati karena krismon. cn235 pt. di walopun diperkuat struktur sayapnya tetap tdk mampu menggotong torpedo sprt yg diinginkan tni. solisinya ya ambil cn235 asw dari casa tp mau dikemanain muka pt. di. makanya wacana cn235 gunship kini dianggap lbh realistis dibandingkan cn235 asw
utk s3 viking memang bekasan tp msh banyak stok dgn flight hours kurang dari 500jam di boneyard yg pnsiun dini dikarenakan budget cut pasca usainya perang dingin
tni al memang ingin nostalgia dgn gannef waktu era orde lama. low cost operational, stol, daya angkut mumpuni serta endurance lama mnjadi alasan dipilihnya viking. sdh ada negosiasi antara tni al dgn northrop grumman. justru tni al lagi lobi kementrian buat merealisasikannya
kita tdk anti barang bekasan. utk wing 400 bomber rusia justru menawarkan su32 fn bukannya su34. skadud 12 bisa jd falcon gurun rasa viper ato typhoon trance 1 ex inggris
gw antek airbus. s3 viking terealisasi gw jg tdk dpt fee satupun
Oke untuk wing 400 ALRI :
Rusia tawarkan su 32fn
tetapi AL ngincer s3 viking.
Dari harga sekilas viking lebih murah dari su32. Sementara soal life hours hampir sama.
Ska 12 di riau kelihatannya cenderung milih yang falcon gurun sekalian diupgrade ke viper, supaya suku cadang juga tidak mbingungi.
Awas, hitung-hitungannya jangan mencla-mencle, yg konsisten dong…kasihan yg pembacanya
Saya pingin sekali dengan hitung hitungannya. Ayo donk nulis lagi ?
@ayam jago
Mas…maaf, saya perhatikan beberapa klaimnya kenapa enggak konsisten gitu?
Ini saya kutip dari komen diatas :
1. “cn235 pt. di walopun diperkuat struktur sayapnya tetap tdk mampu menggotong torpedo sprt yg diinginkan tni. ”
Saya punya link dari flight test centre IPTN (tahun 1994) yg mengcounter klaim anda :http://www.icas.org/ICAS_ARCHIVE/ICAS1994/ICAS-94-8.2.3.pdf…silahkan dipelajari dg seksama., sampai tuntas.
Menurut laporan ini, CN-235-100 MPA dari awal strukturnya sudah dipersiapkan untuk menggotong 1 Harpoon dan 1 eksternal tank…fyi, bobot rudal harpoon sendiri sekitar 600-700 kg, yg berarti 2 x bobot torpedo LWT.
2. “solisinya ya ambil cn235 asw dari casa tp mau dikemanain muka pt. di”…silahkan browsing situs PT. DI : http://www.indonesian-aerospace.com/aircraft/detail/20_cn235-220+special+mission.
PT. DI menawarkan varian ASW juga kok…kenapa harus ambil dari Casa? Toh argumennya sudah dicounter spt diatas.
3. “ada persamaan dari cn235 asw dari ke 3 negara tersebut bhw cn235 asw sama sekali tdk dilengkapi toppedo maupun rudal. alasannya jelas airframe cn235 tdk cukup kuat mnggotong torpedo yg beratnx rata 1,5-2,5 ton”…klaim anda juga sudah dicounter oleh link @”teroris gak kenal ham”, cn-235 asw milik turki sanggup memggtong torpedo.
Dan varian cn-235-100 MPA turki basisnya adalah varian seri 100 yg dikembangkan IPTN !!!
@ayam jago,
skaud 12 mau falcon gurun lagi?! Rencana pengadaan 48 Viper (block 70) apakah ga jadi?
Yang 48 itu untuk 3 skuadron tambahan (kupang, biak, manado).
Ska 12 di riau.
bagi yg ngotot tni punya cn235 asw faktanya kita blum punya
cuma 3 negara yg mngoperasikan cn235 asw yaitu spanyol. korsel & turki
khusus cn235 asw turki penempatannya dilakukan utk jalur selat bhosporus yg wilayah lautnya tdk luas ttp lalau lintasnya padat dmn fungsi mad sgt jelas dibutuhkan. utk indonesia yg wilayah lautnya luas jauh lebih cocok sonobuoy
ada persamaan dari cn235 asw dari ke 3 negara tersebut bhw cn235 asw sama sekali tdk dilengkapi toppedo maupun rudal. alasannya jelas airframe cn235 tdk cukup kuat mnggotong torpedo yg beratnx rata 1,5-2,5 ton
airbus sndiri menawarakan platform pesawat asw bukan c295 ataupun cn235 ttp a320 neo
tni al justru punya incaran utk pesawat asw dmn ada programbya 2 ska dgn total 24 unit. pesawat itu adalah s3 viking
@ayam jago
Ada linknya mas, kalo cn-235 ada tidak kuat gotong torpedo?
Udah mo puasa ga boleh ngibul ya😇
“ada persamaan dari cn235 asw dari ke 3 negara tersebut bhw cn235 asw sama sekali tdk dilengkapi toppedo maupun rudal. alasannya jelas airframe cn235 tdk cukup kuat mnggotong torpedo yg beratnx rata 1,5-2,5 ton”
Ini buktinya kalo cn-235 kuat menggotong torpedo (ada fotonya pula) :
http://www.navyrecognition.com/index.php/news/defence-news/2016/february-2016-navy-naval-forces-defense-industry-technology-maritime-security-global-news/3581-turkish-navy-meltem-ii-casa-cn-235-maritime-patrol-aircraft-tracked-russian-navy-corvette.html
Soal kesalahan argumen tentang bobot torpedonya…bukan gue yg komen lho !!
PTDI juga terlibat dalam proyek meltem ini..PTDI sebagai sub kontraktor dari thales untuk melakukan uji terbang dan instalasi instrumentasi uji terbang untuk CN235 MELTEM,,
@ayam jago,
Maaf bung tampaknya perlu sedikit saya koreksi. Ini pesawat bukan kasel jadi tentengannya yach lightweight torpedo yg bobotnya paling banter 300 Kg, sedangkan kalau yg bobot 1.5 ton – 2 ton itu heavyweight torpedo khusus kasel (kapal permukaan aja ga bisa bawa heavyweight torp, apalagi pesawat)
Numpang tanya terkait S3 Viking. Bukankah kita sudah tdk boleh beli alutsista “bekas” lagi? Sedangkan kalau S3 Viking itu khan refurbished dari gurun pasir Arizona lagi. Proposal yg sudah masuk utk ASW ska apa saja bung?
Viking?
Program yg aneh, mo nostalgia model skuadron Gannet?
Bung Ayam,
S3 Viking ?
Bukankah operatornya hanya US Navy dan NASA, alias hanya Amrik saja ?
Bukankah semua S3 Viking milik US Navy sudah pensiun dari garis depan pada 2009 ?
Dan fungsinya digantikan oleh P3C Orion, Seahawk dan Super Hornet ?
Bukankah terakhir produksi di tahun 1978 ?
Apa AL kita mau ambil pesawat bekas yang umurnya sudah 40 tahun ?
Atau, apakah line produksi S3 Viking mau dibuka lagi ? Atau jangan2 bukan S3 Viking melainkan SH60 Seahawk atau variannya MH60R yang dipilih ?
kok ngomong jangan buat sensasi ibaratnya jauh daging dari api,ibaratnya pungguk naik jet,orang awam aja ngerti ha…ha…..
hidup viking ya ha…..ha…
gak sekalian aja ganet… 4 ska….yaha……….
cn 235 mampu bawa sepasang torpedo ringan,heli aja mampu kok…….. kamu ketahuan bongaknya…….ntar dosaloh………
kok gak percaya tanya deh sama phd,dia kan jagonya ngitung,
pasti hitungannya mampu bawa torpedo,kecuali kalian berdua ada main mata dibelakang.ok oce aja lah…..
Horas,
cn235 mampu kok bawa torpedo, asalkan yang ringan, torpedo yang 324 mm, beratnya nggak sampai 280 kg per unitnya.
Kalau ASW yang paling penting adalah sonobuoy (dan data processing + analysis). MAD baru efektif bila radius POSSUB sudah dibawah 1 nmi.
MADnya Rini