Update Drone KamikazeKlik di Atas

Perancis Integrasikan Drone yang ‘Dituntun’ oleh Helikopter Serang Ringan Gazelle

DT-46

Pengembangan pesawat nirawak untuk kebutuhan militer agaknya sudah tidak lagi menjadi suatu hal yang baru – bahkan integrasi antara pesawat nirawak dan kemampuan manusia untuk ‘mengikuti permintaan pasar’ belakangan ini sudah ramai dijalankan. Salah satu negara yang juga menjalani pengembangan seperti ini adalah Perancis. Melalui Angkatan Daratnya, mereka mengintegrasikan helikopter bersenjatanya dengan pesawat nirawak serang.

Baca Juga: Saat Rafale F5 “Super Rafale” Meluncur, Perancis Bakal Punya ASN4G – Rudal Jelajah Hipersonik Berhulu Ledak Nuklir

Diketahui Angkatan Darat Perancis memang tengah berupaya untuk menjadikan drone sebagai standar pengoperasian mereka per tahun 2040 mendatang – sebagai salah satu batu loncatannya adalah dengan mengintegrasikan pesawat nirawak FPV (First Person View) dengan helikopter serang ringan Gazelle. Melansir dari the aviationist.com, eksperimen ini dilakukan oleh oleh Resimen Helikopter Tempur (RHC) ke-3, dengan pesawat nirawak yang dikendalikan oleh operator jarak jauh di atas helikopter.

Bahkan, seorang instruktur pada sekolah drone mengatakan bahwa sistem tersebut kompatibel dengan sistem artileri yang ada di Perancis. Platform howitzer utama pada angkatan bersenjata tersebut adalah Nexter CAESAR 155 mm, sistem artileri otomatis yang sangat fleksibel, dirancang untuk memberikan dukungan tembakan langsung kepada pasukan darat.

Helikopter Serang Ringan Gazelle

Diketahui bahwa drone ini dapat melakukan misi ISR (Intelligence, Surveillance and Reconnaissance) taktis. Drone ini sendiri dapat dirakit-pasang hanya dalam waktu 15 menit saja, sangat fleksibel untuk dibawa ke berbagai misi – beratnya hanya sekitar 30kg dengan jangkauan hingga 100km. Saat beroperasi, DT-46, nama dari drone ini, memiliki ketahanan baterai hingga hampir 3 jam lamanya.

Drone yang diproduksi oleh Delair, Perusahaan berbasis di Toulouse Perancis yang terkenal akan hasil drone berkualitas untuk kebutuhan industri ini diklaim memiliki konvertibilitas yang tinggi karena dapat dengan mudah dikonversi antara mode VTOL (Vertical Take-Off Landing) dan mode fixed wing. Ini sangat memungkinkan DT-46 untuk beroperasi di berbagai kondisi lingkungan dan medan. Belum lagi payloadnya yang besar – hingga 5 kg – memungkinkan drone untuk membawa berbagai macam sensor, kameran resolusi tinggi untuk misi pengintaian, LiDAR hingga sensor multispektral.

Kepala Angkatan Darat Perancis Jenderal Pierre Schill mengatakan bahwa DT-46 saat ini sedang diuji coba dan, “akan lebih meningkatkan kemampuan resimen artileri untuk memperoleh (informasi) dan menghancurkan target di kedalaman medan perang.”

Berkenaan sinergitas dan integrasinya dengan helikopter serang ringan Gazelle, nantinya DT-46 akan dioperasikan oleh empat awak, yang terdiri dari dua operator/pengendali dan dua personel lainnya untuk merakit, meluncurkan dan mengambil drone. Dalam sebuah video yang beredar luas di sosial media, tampak seorang operator drone tengah menggunakan kacamata VR yang disinyalir untuk mengoperasikan drone.

DT-46

Lebih lanjut, Air-Launched Devices (ELA) ini diklaim bisa menghancurkan target pada jarak 20 km atau melakukan penerbangan pengintaian pada jarak 50 km di depan helikopter yang yang mengoperasikan drone ini.

“pesawat nirawak, yang sekarang penting, secara bertahap akan diintegrasikan bersama helikopter,” ujar Jenderal Pierre Schill. Ia juga menambahkan bahwa tantangannya yang Tengah dihadapi adalah memastikan sinergi antara kedua sistem persenjataan ini untuk menjamin keunggulan operasional. (Nurhalim)

Perancis Resmi Memulai Program Pengembangan Rafale F5 “Super Rafale” dan Loyal Wingman (UCAV)