Heboh! Parlemen Perancis Sebut Biaya Eurofighter Typhoon 2 Kali Lipat dari Dassault Rafale

Sebuah pernyataan tajam dari anggota parlemen Perancis baru-baru ini memicu debat mengenai efisiensi biaya jet tempur di Eropa. Dalam sebuah laporan resmi yang diajukan ke Parlemen Perancis (Assemblée Nationale) pada 28 Oktober 2025, disebutkan bahwa jet tempur Eurofighter Typhoon memerlukan biaya hampir dua kali lipat lebih besar dibandingkan jet tempur kebanggaan Perancis, Dassault Rafale.

Baca juga: Inilah Dilema Pengadaan Jet Tempur: Acquisition Cost Vs Life Cycle Cost

Pernyataan ini bukan sekadar klaim kosong di media sosial, melainkan bagian dari tinjauan strategis mengenai anggaran pertahanan Perancis dan masa depan kemitraan industri militer lintas negara di Eropa.

Klaim ini muncul dari Frank Giletti, seorang anggota parlemen Perancis yang duduk di Komisi Pertahanan. Konteks utamanya adalah kekhawatiran Perancis terhadap program Future Combat Air System (FCAS)—sebuah proyek pesawat tempur generasi keenam yang dikembangkan bersama oleh Perancis, Jerman, dan Spanyol.

Perancis menggunakan perbandingan biaya antara Rafale dan Eurofighter sebagai “peringatan”. Mereka berargumen bahwa model kolaborasi multilateral (seperti yang diterapkan pada Eurofighter) cenderung menciptakan birokrasi yang gemuk, rantai pasok yang tumpang tindih, dan pada akhirnya membengkakkan biaya. Perancis ingin memastikan bahwa dalam proyek FCAS di masa depan, kepemimpinan industri tetap efisien dan tidak mengulangi “kesalahan” biaya tinggi yang terjadi pada Eurofighter.

FCAS Krisis! CEO Dassault: “Perancis Sanggup Kembangkan Jet Tempur Generasi Ke-6 Tanpa Jerman”

Dalam laporan tersebut, istilah “biaya” yang disebutkan mencakup dua aspek utama:

1. Biaya Akuisisi.
Laporan tersebut mengutip angka yang menunjukkan bahwa harga per unit Eurofighter Typhoon (terutama varian terbaru Tranche 4 atau 5) melonjak drastis. Sebagai perbandingan, Rafale dalam pesanan terbaru Perancis (42 unit di tahun 2024), harga rata-rata per unit diperkirakan berada di angka €119 juta.

Sementara pesanan terbaru Typhoon dari negara mitra seperti Jerman dan Spanyol menunjukkan angka yang jauh lebih tinggi, bahkan menyentuh kisaran €160 juta hingga €187 juta per unit tergantung pada konfigurasi dan paket pendukungnya.

2. Biaya Operasional dan Pemeliharaan.
Ini adalah poin yang paling disorot. Biaya operasional Eurofighter dianggap jauh lebih mahal karena kompleksitas logistik akibat diproduksi oleh konsorsium (Inggris, Jerman, Italia, Spanyol), suku cadang dan rantai pasoknya tersebar di berbagai negara.

Biaya per jam terbang Eurofighter dilaporkan jauh melampaui Rafale. Beberapa data menunjukkan pemeliharaan Eurofighter membengkak hingga dua kali lipat dari estimasi awal, sementara Rafale diuntungkan oleh desain yang lebih “ramping” karena dikembangkan secara mandiri oleh satu negara (Perancis).

“Perang Dingin” di Jantung FCAS: Perancis Peringatkan Jerman di Tengah Krisis EUMET, Mesin Jet Tempur Generasi Keenam

Giletti dan anggota parlemen lainnya berpendapat bahwa kemandirian industri Perancis melalui Dassault Aviation memungkinkan kontrol biaya yang lebih ketat. Sebaliknya, Eurofighter harus mengakomodasi kepentingan politik dan industri dari empat negara yang berbeda, yang seringkali menyebabkan penundaan teknis dan duplikasi pekerjaan yang tidak perlu.

Berita ini tentu memanaskan hubungan diplomatik. Jerman dan Inggris (sebagai pengguna utama Eurofighter) seringkali membela jet mereka dengan argumen bahwa Typhoon memiliki performa superior dalam pertempuran udara-ke-udara (air superiority). Namun, bagi Perancis, angka-angka ini adalah senjata untuk menegaskan bahwa Rafale adalah pilihan yang lebih masuk akal secara ekonomi ( value for money ) dan lebih mandiri secara strategis.

Bukan Sekadar Beli, Turki Ingin Pasang Rudal Buatan Lokal di Eurofighter Typhoon

Eurofighter Typhoon vs Dassault Rafale
Dassault Rafale dirancang sebagai pesawat “Omnirole”, yang artinya sejak awal dibangun untuk mampu menjalankan semua jenis misi dalam satu paket: mulai dari serangan darat, pengintaian, hingga pencegatan udara. Keunggulan utamanya terletak pada kelincahan luar biasa di ketinggian rendah dan kemampuan membawa beban senjata yang sangat berat (hingga 9,5 ton) dibandingkan ukuran tubuhnya. Selain itu, Rafale memiliki varian laut (Rafale M) yang bisa beroperasi dari kapal induk, sebuah fleksibilitas yang tidak dimiliki pesaingnya.

Di sisi lain, Eurofighter Typhoon lahir dengan filosofi “Air Superiority” atau supremasi udara. Pesawat ini dirancang untuk terbang sangat tinggi dan sangat cepat guna memburu pesawat musuh. Typhoon unggul dalam hal kecepatan tanjak dan performa di ketinggian ekstrem berkat mesin EJ200 yang sangat bertenaga. Meskipun versi terbarunya kini sudah bisa melakukan serangan darat, DNA utamanya tetaplah petarung langit.

Jerman Pesan 20 Unit Eurofighter Typhoon Tranche 5 Baru Untuk Perkuat Superioritas Udara

Secara teknologi, keduanya menggunakan desain delta-wing dengan canard (sayap kecil di depan) dan sistem radar AESA yang sangat canggih.

Namun, biaya Eurofighter menjadi jauh lebih mahal bukan karena teknologinya dua kali lebih hebat, melainkan karena kerumitan produksi yang melibatkan empat negara berbeda. Setiap komponen harus dikirim lintas batas negara anggota konsorsium, yang menciptakan biaya logistik dan birokrasi yang jauh lebih gemuk dibandingkan sistem produksi mandiri yang diterapkan Perancis pada Rafale. (Bayu Pamungkas)

Biaya Akuisisi Jet Tempur F-15EX Naik Hingga US$94 Juta Per Unit, Belum Termasuk Harga EPAWSS

One Comment

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *