Ilmuwan Cina Sebut AI Mampu Gunduli Kemampuan ‘Siluman’ Kapal Selam, Sisakan 5% Peluang Untuk Kabur

Berkat peningkatan teknologi akustik, sonar dan magnetik, kapal selam dapat lebih siluman (stealth), menjadikannya sulit dideteksi dalam misi anti kapal selam (anti submarine warfare/ASW). Namun, kelompok ilmuwan Cina menyebut bahwa era kapal selam dengan kemampuan siluman bakal berakhir dengan adanya kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) generasi mendatang.
Era kapal selam siluman dilaporkan akan segera berakhir seiring AI hadir dalam mendukung naval warfare. Sebuah studi terbaru dari Cina yang diterbitkan dalam jurnal Electronics Optics & Control pada bulan Agustus 2025, mengungkapkan sistem anti-kapal selam (AKS/ASW) canggih berbasis AI mampu mendeteksi dan melacak, bahkan kapal selam yang paling senyap sekalipun.
Dipimpin oleh ilmuwan senior Meng Hao dari China Helicopter Research and Development Institute, penelitian ini menyoroti bagaimana pengambilan keputusan yang cerdas dan real-time dapat secara drastis mengurangi peluang kapal selam untuk lolos dari deteksi.
Temuan ini menunjukkan bahwa strategi siluman kapal selam tradisional akan segera menjadi jauh kurang efektif dalam menghadapi AI-enhanced naval technologies.
Tidak seperti metode pencarian tradisional, sistem baru ini berfungsi seperti komandan cerdas di laut, menggabungkan data dari sonar buoys, sensor bawah air, radar, bahkan suhu dan salinitas laut untuk menciptakan gambaran aktivitas bawah laut yang komprehensif dan real-time.
Seperti dikutip South China Morning Post, studi ini juga mengklaim bahwa sistem anti-kapal selam berbasis AI dapat mengurangi peluang kapal selam untuk melarikan diri hingga hanya 5 persen, yang berarti hanya satu dari 20 kapal selam yang kemungkinan akan lolos dari deteksi dan serangan.
Setelah dikerahkan, sistem ini dengan cepat menentukan lokasi pencarian, cara mengonfigurasi sensornya, dan cara merespons ketika kapal selam mencoba manuver mengelak seperti zig-zag, diam, atau menyebarkan umpan (decoy).
Dalam simulasi komputer, AI berhasil menemukan dan melacak kapal selam musuh sekitar 95 persen dari waktu, terlepas dari seberapa terampil mereka mencoba bersembunyi. Bahkan ketika kapal selam menggunakan umpan canggih atau drone untuk membingungkan pencarian, AI tetap mengejar, beradaptasi secara real-time agar tetap tepat sasaran.
Menurut Meng dan timnya, sistem ini mempertahankan tingkat keberhasilan keseluruhan sekitar 95 persen. Sistem ini mengandalkan struktur tiga lapis:perception, decision-making dan human-machine interaction.
AI pertama-tama menggabungkan data dari sonar, radar, detektor anomali magnetik, dan sensor oseanografi untuk menciptakan gambaran real-time lingkungan bawah laut, dengan memperhitungkan variabel seperti suhu, salinitas, dan kebisingan latar belakang.
Kapal selam telah lama dianggap sebagai landasan strategi angkatan laut, dihargai karena kemampuannya untuk melakukan serangan nuklir, mengumpulkan intelijen, atau menargetkan kelompok kapal induk sambil tetap hampir tidak terdeteksi. Angkatan Laut AS, misalnya, berpendapat bahwa armada kapal selam nuklirnya berfungsi sebagai pencegah krusial terhadap Angkatan Laut Cina yang berkembang pesat dalam setiap potensi konflik di masa depan.
Peneliti Cina Kembangkan Airborne Laser System untuk Melacak Kapal Selam
Hingga pertengahan 2025, sumber terbuka menunjukkan bahwa AS mengoperasikan sekitar 70 kapal selam bertenaga nuklir. Kapal-kapal ini dapat berbaur dengan kebisingan latar belakang laut dan mengerahkan drone canggih yang dirancang untuk membingungkan dan mengalihkan perhatian sistem pelacakan musuh.
Namun, teknologi untuk melawan strategi kapal selam tradisional semacam itu dapat menjadi lebih canggih lagi, karena tim proyek Cina telah mengembangkan antarmuka berbasis model bahasa yang besar yang membantu operator manusia mengelola beberapa agen AI. (Gilang Perdana)


Karena perkembangan kasel yang cenderung lama, misal kasel diesel listrik dari dislik konvensional ke dislik AIP ke dislik baterai lithium berapa tahun, sedangkan counternya lebih cepat. Makanya yang berkembang pesat dari kasel di senjatanya, terutama jangkauan.
Pertanyaannya variabel yang dibutuhkan Ai untuk menganalisis spt yang disebutkan, berapa jangkauan efektifnya di lautan yang luas dan dalam di banding jangkauan senjata?