Digunakan Yonhub TNI AD, Inilah Kecanggihan Drone Intai ‘Nano’ Black Hornet PD-100
|Drone intai di kelas nano UAV Black Hornet dikabarkan telah digunakan beberapa satuan di Indonesia. Namun, yang terbaru Batalyon Perhubungan (Yonhub) TNI AD, memperlihatkan penggunaan Black Hornet dalam kegiatan Latihan Taktis Tingkat Peleton (Lattiston). Dari laman Instagram Yonhub.pushubad (9/9/2022), disebutkan jenis nano yang digunakan adalah Black Hornet versi PD-100 produksi Prox Dynamics AS, perusahaan yang berasis di Norwegia.
Baca juga: Black Hornet 3 – Drone Mikro Copter dengan Bekal Kamera Thermal
Prox Dynamics meluncurkan Black Hornet PD-100 pada Oktober 2014. Drone intai berukuran nano ini punya kemampuan penglihatan malam dengan teknologi yang dipasok oleh Flir Systems. Black Hornet memungkinkan pasukan digaris depan untuk memata-matai potensi ancaman. Black Hornet menawarkan dukungan intelijen, pengawasan, dan pengintaian dalam mission-critical operations. Dengan ukurannya yang kecik, drone ini memberikan akses ke lokasi terpencil dan memberikan kesadaran situasional di medan perang.
Black Hornet PD-100 dibuat dari bodi yang kokoh dan terbuat dari plastik. Bentuk aerodinamis dari nano drone ini diracang tahan angin badai. Setidaknya, drone imut ini dilengkapi dengan tiga kamera pengintai yang tersembunyi di dalam hidungnya. Tiga kamera itu, satu mengarah ke depan, satu lurus ke bawah, dan satu lagi mengarah ke bawah pada sudut 45 derajat.
Black Hornet PD-100 memiliki panjang sekitar 100 mm dan rentang rotor 120 mm. Berat nano drone ini lebih ringan dari sebungkus mie instant, yakni hanya 16 gram, itu sudah termasuk kamera pengintai dan baterai. Sementara berat total sistem, termasuk konsol pengendali kurang dari 1 kg.
Keluarga Black Hornet dirancang untuk secara mudah dimasukkan ke dalam saku prajurit. Seorang prajurit dapat membawa seluruh sistem drone PD-100 Black Hornet bersama dengan perlengkapannya. Dimensi Black Hornet yang sangat ringkas memungkinkan operator menggunakannya di area yang padat dan rawan ancaman secara efektif.
Sistem Black Hornet punya kebisingan yang sangat rendah, membuat drone ini lebih tersembunyi dan dapat digunakan kembali. Untuk penyiapan dalam penggunaan, Black Hornet dapat siap terbang dalam tempo waktu kurang dari 1 menit untuk lepas landas. Prox Dynamics menyebut, sistem PD-100 yang lengkap dapat mencakup dua drone dan satu unit kendali.
Baca juga: Inilah Spesifikasi Hummingbird, Drone Mikro Kopian Black Hornet 3
Black Hornet PD-100 dapat terbang dengan endurance 20 – 25 menit, sementara jarak kendalinya adalah 1,6 km. Bicata kecepatan, drone ini mampu melesat 21 km per jam. (Bayu Pamungkas)
*sista berjenis rudal
@tukang ngitung
nah itu dia, palingan pletonnya pasukan elit doang, itupun paling cuma dikit aja
15 T bisa buat pemenuhan rudal yang sejauh ini indonesia masih kekurangan
ataupun juga untuk hal lain
Per peleton?
Coba dicek ya.
Harganya 3 miliar atau kalo dikurskan 15.000 rupiah untuk 1 usd jadi 0,2 juta usd = 3.000.000.000 / 15.000 = 200.000 usd
Misal jumlah prajurit kita 300.000 dan 1 peleton 60 orang.
300.000 / 60 = 5.000
5000 x 200.000 usd = 1.000.000.000 usd = 1 miliar usd.
1.000.000.000 x 15.000 = 15.000.000.000.000 = 15 triliun rupiah.
15 triliun rupiah itu terlalu mahal kalo semua peleton pakai. Negara2 lain yang sudah pakai juga jumlah black hornet yang digunakan hanya sedikit.
Selain peleton pada bagian perhubungan, black hornet ini mungkin hanya akan dipakai satuan anti terror dan pasukan khusus.
15 triliun rupiah atau usd 1 miliar daripada dibelikan black hornet semua mending dibelikan rudal shorad seperti stinger. Bisa dapat ribuan unit dan bisa diberikan ke ratusan pangkalan militer 3 matra untuk perlindungan arhanud.
Seragamnya hijau, rompinya hitam, webbingnya coklat. Warna-warni sekali tentara kita
harusnya di TOT dan diproduksi mandiri dtone semacam ini kalau misal belinya banyak, biar ngga perlu bergantung pada impor
ayoo berbenah dan belanja barang yg benar dan berbobot serta sesuai perkembangan jaman,….
Ini adalah capaian yg luar biasa bagi militer Indonesia jika benar drone ini dioperasikan secara masif hingga setingkat peleton. Inilah salah satu peralatan tempur beregu yg seharusnya dimiliki oleh Indonesia dalam misi peperangan modern saat ini. Pertama kali diuji coba di Afghanistan, drone ini sekarang resmi digunakan dalam perang di Ukraina oleh pasukan Ukraina. Sebagai platform mini ISR dg jejak yg sangat minim dan senyap jelas akan sangat membantu khususnya dalam pertempuran perang kota yg sangat intens.
Hanya saja karena harga per unitnya masih sekitar Rp 3 Milyar, memberikannya untuk setiap 1 peleton adalah hal yg sangat riskan karena nilainya masih lebih dari 400x gaji prajurit. Kalo hilang satu saat latihan lumayan itu, bisa Ampe pensiun gak dapet gaji karena buat gantiin. Yah, anyway Indonesia harus mempercepat pengadaan peralatan dan perlengkapan tempur personil dan beregu yg dapat digunakan dan disesuaikan dg misi pertempuran modern.