Basler BT-67 Gunship: Reinkarnasi Dakota untuk Operasi Anti Gerilya
Jika ditakar dari usia, siapa pun sepakat menyebut bahwa Douglas DC-3 adalah pesawat yang teramat tua, terbang perdana pada 17 Desember 1935, pesawat angkut sedang yang versi militernya disebut C-47 Skytrain ini begitu kental kiprahnya dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Baca juga: AC-47 Gunship TNI AU – Pesawat Angkut Berkemampuan Serbu
Memang tak lagi diproduksi, tapi jangan keliru, pesawat ini masih banyak yang terbang secara terbatas, bahkan varian tempurnya yang kondang sebagai gunship masih ditawarkan untuk mendukung bantuan tembakan udara (close air support). Persisnya Amerika Serikat tengah menawarkan dua unit Basler BT-67 varian gunship kepada AU Filipina, selain paket empat OV-10 Bronco (dua unit OV-10A dan dua unit OV-10G+) bekas pakai AU AS. Dengan kondisi keamanan di wilayah selatan, Filipina memang membutuhkan beragam pesawat untuk perkuatan di segmen COIN (Counter Insurgency).
Dikutip dari Janes.com (24/7/2018), AS menawarkan paket persenjataan tersebut lewat program Foreign Military Sales (FMS). Tentu yang jadi pertanyaan seperti apakah sosok Basler BT-67?
Basler BT-67 diproduksi oleh Basler Turbo Conversions di Oshkosh, Wisconsin. Walau ada kata ‘produksi,’ sejatinya yang dilakukan Basler Turbo Conversions adalah program remanufaktur dan modifikasi dari stok pesawat DC-3/AC-47 yang masih eksis, atau setidaknya memanfaatkan bangkai pesawat yang masih ada. Namun yang dilakukan Basler Turbo Conversions bukan modifikasi ringan dan tak sebatas memperpanjang usia pakai saja.
Untuk menjadi BT-67, sosok DC-3 lawas diganti mesinnya dengan yang baru, 2x Pratt & Whitney Canada PT6A-67R turboprop, fuselage pun diperpanjang, perangkat avionik diperbaharui dari analog ke digital, pun ada serangkaian modifikasi pada struktur sayap dan ujung sayap.
Dengan adopsi mesin dari piston ke turboprop, tenaga menjadi lebih besar tapi konsumsi bahan bakar menjadi sedikit lebih banyak. Dengan konfigurasi tangki bahan bakar standar plus cadangan terbang 45 menit, maka jarak jelajah pesawat memang menurun, dari yang awalnya 2.150 km menjadi 1.760 km. Untuk menyiasati terbang jarak jauh, Basler menyiapkan tangki bahan bakar tambahan untuk misi jarak jauh, sehingga daya jelajah bisa didongkrak sampai 3.960 km.
Basler BT-67 Gunship
Sejatinya AS telah menawarkan BT-67 Gunship ke Filipina pada 2016 silam, namun belum mendapat respon lebih lanjut. Tak keliru sebenarnya bila AS menawarkan gunship jenis ini, lantaran Negeri Duterte ini memang punya tipikal yang sama dengan negara-negara lain pengguna BT-67 Gunship, yakni menghadapi konflik bersenjata berintensitas rendah. Sesuatu yang memang merongrong Kolombia dan El Salvador, dua negara ‘berkantong ngepas’ yang telah mengoperasikan BT-67 Gunship.
Khusus BT-67 Gunship, kokpit pesawat telah mendukung night vision goggle, radar cuaca dan di bagian bawah hidung sudah terpasang sensor FLIR (Forward Looking Infrared). Sementara di lini persenjataan dibuat fleksibel, yang pasti posisi persenjataan dipasang pada jendela (window gun). Racikan favoritnya seperti senapan mesin berat (SMB) M2HB 12,7 mm atau gatling gun M134 7,62 mm. Dengan keterbatasan kapasitas, arsenal persenjataan yang diusung masih belum berkembang sejak varian AC-47 Spooky yang digunakan AS dalam Perang Vietnam.
Di era 70-an, TNI AU dalam Operasi Seroja di Timor Timur juga pernah mengoperasikan dua unit AC-47 Gunship yang tergabung dalam Skadron Udara 2. Kedua pesawat dipersenjatai dengan tiga SMB kaliber 12,7 mm dekat cargo door dengan dukungan alat bidik prisma di kokpit. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Basler BT-67:
– Crew: Two (pilot & co-pilot)
– Capacity: 38 Passengers
– Length: 20,65 meter
– Wingspan: 28,95 meter
– Height: 5,15 meter
– Empty weight: 7.121 kg
– Max takeoff weight: 13.041 kg
– Powerplant: 2 × Pratt & Whitney Canada PT6A-67R turboprop engines
– Propellers: 5-bladed Hartzell constant speed propellers
– Maximum speed: 528 km/h
– Cruise speed: 389 km/h
– Service ceiling: 7.600 meter
Apakah Indonesia butuh gunship semacam AC-130? Menurut saya hal ini perlu untuk jaga-jaga menghadapi operasi COIN semacam kasus Operasi Tinombala dahulu. Bagaimana pendapat bung Indomiliter?
Untuk kondisi saat ini, mengoptimalkan kemampuan pesawat tempur COIN EMB-314 Super Tucano untuk menghadapi Operasi semacam Tinombala sudah lebih dari cukup 🙂
min ane minta artikel tentang mobil2 truk bedah lapangan dong..
jangan cuma satu mobil doang min ya..
Silahkan singgah kekantor kami mas jono…kami sedang menawakan RS kontainer buatan belanda ke pihak TNI dan PMI.
Masing2 kit, bisa berupa kamar bedah besar dan minor, kamar icu, kamar perawatan, dsb….dalam wujud kontainer yg dirangkai.
Kedepan, diharapkan sebagian komponen bisa diproduksi secara lokal….sayangnya sebagian besar peralatan kesehatannya masih impor
Iki mesti mas Hari 😀
Diusahakan ya mas Jono 🙂