Update Drone KamikazeKlik di Atas

Medium Tank Harimau Uji Penembakan HEP-T, Munisi Spesialis Penghancur Target Lapis Baja

Selain uji fungsi BMS (Battlefield Management System) CY-16H, medium tank Harimau produksi FNSS-Pindad juga menjalani uji tembak dengan menggunakan munisi HEP-T (High Explosive Plastic with Tracer) dengan jarak tembak 1.200 meter. Uji tembak tank Harimau dengan munisi HEP-T sejatinya sudah dilakukan beberapa kali sebelum ini. Nah, dibanding jenis munisi lain, seperti TPCSDS-T (Target Practice Cone Stabilized Discarding Sabot with Tracer), maka HEP-T mempunyai karakteristik tersendiri. Apakah itu?

Baca juga: BMS CY-16H Produksi PT Hariff DTE Diuji di Medium Tank Harimau

HEP-T adalah jenis proyektil munisi yang digunakan dalam senjata meriam atau artileri. Ini adalah amunisi yang umumnya digunakan dalam senjata kaliber menengah hingga berat, seperti meriam tank atau meriam artileri lapangan. HET-P terdiri dari kombinasi bahan peledak berdaya tinggi (High-Explosive), casing plastik yang umumnya ringan dan kuat yang membantu mengurangi berat munisi dan juga bisa memberikan kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan ledakan internal. Sedangkan pelacak (Tracer) untuk memantau lintasan tembakan.

Pada konteks tank, munisi HEP-T digunakan untuk mengatasi target berlapis baja atau target yang memerlukan daya hancur tinggi. Kemampuan peledak berdaya tinggi dari munisi ini dapat merusak dan menembus lapisan pertahanan luar target. Sementara pelacaknya juga membantu awak tank dalam melihat lintasan tembakan dan menilai efektivitas tembakan tersebut.

Kombinasi antara ledakan tinggi dan penetrasi yang baik membuat HEP-T efisien dalam merusak target. Ini dapat mengurangi jumlah munisi yang perlu ditembakkan untuk menghancurkan atau melumpuhkan target. HEP-T sering digunakan untuk mengatasi target berlapis baja atau target yang memerlukan daya hancur tinggi. Ini bisa sangat berguna dalam menghadapi kendaraan tempur lapis baja, dan struktur pertahanan.

Meski munisi HEP-T memiliki sejumlah keunggulan, namun ada beberapa ‘kelemahan’ yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaannya, seperti HEP-T dirancang dengan fokus pada target berlapis baja atau target yang memerlukan daya hancur tinggi. Oleh karena itu, munisi ini mungkin tidak efektif atau terlalu berlebihan jika digunakan melawan target yang lebih ringan atau tidak memerlukan ledakan berdaya tinggi.

Kemudian pelacak (tracer) pada munisi HEP-T berguna untuk memantau lintasan tembakan, keberadaan jejak cahaya dapat memberi petunjuk kepada musuh tentang posisi penembak. Ini dapat memungkinkan musuh untuk merespons atau mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman tersebut.

Kekuatan ledakan tinggi dari munisi HEP-T dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar pada lingkungan sekitarnya, terutama dalam pertempuran di daerah perkotaan. Ini dapat menyebabkan kerusakan sipil yang tidak diinginkan atau efek kolateral yang lebih besar. Dari aspek biaya produksi, munisi HEP-T cenderung lebih mahal untuk diproduksi dibandingkan dengan munisi konvensional.

Munisi HEP-T yang digunakan adalah Mecar HEP-T M393A3 yang didesain untuk merontokkan (spalling) dinding dalam baja saat kulit luar sasaran ditumbuk oleh munisi ini. M393A3 ini oleh Mecar diisi dengan bahan peledak Composition A3 yang terdiri dari 91 persen peledak plastik RDX yang dibungkus dengan 9 persen material lilin.

Medium tank Harimau dipersenjatai meriam Cockerill 3105 kaliber 105 mm buatan perusahaan Belgia John Cockerill Defense. Cockerill 3105 sudah menganut full digital weapon stabilisation and computerised fire control. Pasokan amunisi pun ke laras mengadopsi sistem auto reload, alhasil awak pada tank hanya 3 personel, yakni pengemudi, komandan dan juru tembak (gunner).

Baca juga: Produksi Medium Tank Harimau, PT Pindad Persiapkan Pengadaan 18 Meriam Cockerill 3105

Cockerill 3015 punya ketahanan di level STANAG level 5, artinya kubah dapat menahan terjangan proyektil kaliber 25 mm dari jarak 500 meter. Selain memang kodratnya melepaskan aneka proyetil, laras 105HP juga dapat memuntahkan rudal anti tank, yakni Falarick 105. Rudal yang masuk segmen Gun-Launched Anti-Tank Guided Missile (GLATGM) ini dapat menghajar sasaran sejauh 5.000 meter. (Gilang Perdana)

One Comment