Trump Buat Kejutan, Berikan Lampu Hijau Korea Selatan Membangun Kapal Selam Bertenaga Nuklir

Presiden Amerika Serikat Donald Trump membuat kejutan, dengan mengatakan pada hari Kamis bahwa Ia telah memberikan persetujuan kepada Korea Selatan untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir, sambil memuji aliansi militer AS-Korea Selatan sebagai “lebih kuat dari sebelumnya.”
Trump menulis pesan tersebut di akun Truth Social miliknya, sehari setelah Ia dan mitranya Presiden Lee Jae Myung menyepakati perlunya Seoul mengamankan bahan bakar untuk kapal selam bertenaga nuklir selama pertemuan puncak mereka yang diadakan bertepatan dengan acara Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation).
“Saya telah memberi mereka persetujuan untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir, alih-alih kapal selam bertenaga diesel kuno, dan jauh lebih tidak gesit, yang mereka miliki sekarang,” tulis Trump, seperti dikutip dari Yonhap News Agency (30/10/2025)
Persetujuan tersebut diberikan dengan alasan bahwa aliansi militer AS-Korea Selatan adalah “lebih kuat dari sebelumnya,” kata Trump, sambil menambahkan, “Perjalanan yang luar biasa, dengan presiden Korea Selatan yang hebat.”
Korea Utara Untuk Pertama Kali Ungkap Pembangunan Kapal Selam Bertenaga Nuklir
Trump tiba di Korea Selatan (Korsel) pada hari Rabu untuk kunjungan dua hari. Ia dijadwalkan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Cina Xi Jinping pada hari Kamis di tengah meningkatnya perang dagang dengan Beijing.
Beberapa analisis menyebut peluang Korsel untuk merespons persetujuan ini adalah sangat tinggi dan positif. Pengembangan kapal selam nuklir adalah cita-cita jangka panjang bagi Angkatan Laut Korea Selatan (ROKN) karena beberapa alasan strategis. Alasannya, kapal selam diesel Korsel saat ini memiliki daya jelajah dan durasi operasi yang terbatas. Sementara kapal selam nuklir mampu beroperasi berbulan-bulan di bawah air dengan kecepatan tinggi, menjadikannya aset anti-kapal selam (ASW) yang ideal untuk melacak kapal selam rudal Korea Utara.
Ditambah, kemampuan stealth (siluman) dan jangkauan tanpa batas bahan bakar nuklir meningkatkan jangkauan strategis Korsel jauh melampaui Semenanjung Korea.
Dalam status teknologi, membangun kapal selam nuklir menempatkan Korsel di lingkaran elit negara yang menguasai teknologi bawah laut paling canggih (hanya enam negara lain yang memilikinya). Hambatan utama Korsel selama ini adalah perjanjian nuklir AS-Korsel 1970-an yang membatasi pengayaan uranium untuk tujuan militer. Persetujuan ini secara efektif mengatasi masalah pengadaan bahan bakar uranium yang diperlukan.
Dalam aspek bisnis pertahanan, AS kemungkinan akan menjadi pemasok utama atau eksklusif bahan bakar uranium yang diperkaya rendah (Low-Enriched Uranium/LEU) atau mungkin seluruh modul reaktor yang dirancang khusus untuk keselamatan dan non-proliferasi. Ini adalah kontrak multi-miliar dolar jangka panjang.
Korea Selatan Bakal Bangun Kapal Selam Nuklir dengan Vertical Launching System
Kapal selam nuklir memerlukan sistem kendali tempur, sonar, dan sensor yang sangat canggih. AS akan mendorong Korsel untuk mengintegrasikan sistem buatan AS (seperti sistem tempur yang dipakai pada kapal selam kelas Virginia) ke dalam desain baru mereka.
Persetujuan ini dapat membuka pintu bagi AS untuk menjual teknologi terkait kepada sekutu lain di kawasan Asia-Pasifik (misalnya, Jepang atau Australia, seperti yang dilakukan melalui pakta AUKUS), menciptakan pasar ekspor pertahanan yang baru. Kapal selam nuklir Korsel juga dapat bertindak sebagai aset pengganda kekuatan bagi AS di garis depan menghadapi Cina dan Korea Utara, tanpa perlu menempatkan terlalu banyak aset AS secara permanen di kawasan tersebut.
Persetujuan Trump adalah kemenangan strategis bagi Korsel (memperoleh kemampuan blue-water), tetapi juga merupakan kemenangan bisnis bagi industri pertahanan AS melalui potensi kontrak jangka panjang untuk penyediaan bahan bakar, reaktor, dan sistem tempur yang sangat mahal. (Gilang Perdana)
Cina Ungkap Kecepatan dan Kedalaman Operasional Kapal Selam Nuklir Type 094 (Jin Class)



konoha masih berkutat ke kapal selam diesel elektrik itupun 3 unit yang dibeli dari korea katanya bermasalah wkwkw
lucu emang , duit cuma 1 milyar usd mau minta kapal selam + tot + lisensi, padahal eropa udah menawarkan 2 unit tanpa tot+ lisensi
eh dibeli 3 unit c.bogo class korea
sekarang nyesel gak tuh, c.bogo 3 unit bermasalah, duit 2 milyar usd cuma dapet 2 unit schorpene itupun cuma bisa meluncurkan torpedo + rudal anti kapal
padahal zaman sekarang , kapal selam konvensional non nuklir minimal punya kemampuan meluncurkan rudal jelajah jarak jauh juga (harus punya vls)
After 🍊🤡 got GOLD CROWN from South Korea………🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣. While JAPAN just gave 🍊🤡 GOLD GOLF BALL….Japan, be creative !!!! 🤣🤣🤣🤣🤣
@agato sensei
Alusista Cina memang kurang menarik, yang bisa dilirik cuman Drone sama pesawat gen 5-nya.
Kerjasama kasel nuklir sebenarnya batu loncatan Korsel, tapi bumerang juga buat kita, tempat kita bisa jadi lalu lintas tak terduga kedua pihak, kasel nuklir Cina ama Amerika udh beberapa kali masuk ZEE Indonesia, bukan ga mungkin mereka menyusup melewati wilayah kita.
@Agato Sensei. kerjasama dengan keduanya. Bisa koq dilakukan. India aja bisa.
Saya benci kesepakatan ini. Jika Korsel diijinkan memiliki Kapal Selam Nuklir maka China akan memilih Indonesia dengan gelontoran dan rayuan alutsista yg mungkin tak bisa ditolak oleh Indonesia yg menginginkan modernisasi alutsista. Tujuan China jelas yaitu menjadikan Indonesia sebagai buffer zone bagi ancaman USA dan sekutunya di Pasifik khususnya yg datang dari Philiphina, Australia, Singapore, dan bahkan Guam dan Diego Garcia.
J-35, Rudal PL-15 ori dan bahkan Fregat Type 054 bisa saja ditawarkan kepada Indonesia dengan syarat Indonesia harus melarang semua armada dan pesawat militer asing melintasi wilayah Indonesia atau sekitarnya saat konflik di Taiwan Pecah. Jika itu terjadi maka mau tak mau Indonesia harus berhadapan langsung dengan USA dan sekutunya yg justru akan lebih merugikan Indonesia dan rakyatnya daripada China. Kekuatan militer yg dimiliki oleh Indonesia bahkan jika bantuan dari China datang takkan berguna bagi Indonesia. Justru takutnya Indonesia yg malah dijadikan lahan yang dibagi-bagi oleh China dan USA.
Akan lebih baik bagi Indonesia jika mereka lebih memilih netral dan membeli Alutsista buatan Barat daripada termakan jebakan China.
Disisi lain, jika Indonesia lebih memilih alutsista buatan Barat akan membuat China tak punya daya tawar kepada Indonesia saat konflik meletus dan Indonesia masih bisa menjalin kerjasama dengan semua pihak.