Patrakom Tuntaskan Instalasi Satcom Ku-band di Korvet dan LPD TNI AL
Setelah sukses melakukan instalasi perangkat komunikasi berbasis satelit di beberapa kapal Pelni, kini PT Patra Telekomunikasi Indonesia (Patrakom) diwartakan telah sukses melalukan instalasi perangkat komunikasi berbasis satelit atau Satcom (Satellite Communications) Ku-band stabilised parabolic antenna pada armada kapal perang TNI AL, yakni di empat unit LPD (Landing Platform Dock), korvet Diponegoro Class, dan korvet Bung Tomo Class.
Baca juga: 2019! Satelit Militer Indonesia Resmi Mengorbit di Luar Angkasa
Dengan instalasi antena berbentuk parabola pada bagian atas deck, menjadikan awak kapal perang TNI AL di tengah lautan lepas dapat mengakses layanan data dua arah (receive and transmit) dan layanan suara. Dengan basis layanan data berupa akses internet via satelit, maka aplikasi seperti email, browsing, dan VoIP (Voice Internet Protocol) dapat dilakukan setiap awak. Di kapal Pelni yang mengadopsi teknologi serupa, penyebaran akses interet diperluas ke setiap deck menggunakan jalur WiFi hotspot.
Dikutip dari Janes.com (19/7/2017), instalasi perangkat Satcom oleh Patrakom dilakukan antara pertengahan 2016 dan awal 2017. Patrakom merupakan anak perusahaan dari PT Telkom Indonesia. Disebutkan Satcom pada kapal perang TNI AL ini mengadopsi jalur spektrum frekuensi Ku-band, yakni jalur freuenksi satelit yang saat ini telah digunakan di banyak kapal perang TNI AL. Sistem Ku-band memiliki energi yang lebih besar untuk mencegah campur aduknya dengan sistem gelombang mikro bumi dibandingkan sistem C-band, dan besarnya energi untuk melakukan pengiriman sinyal balik ke bumi juga dapat lebih ditingkatkan. Dengan sistem ini energi pengiriman sinyal berhubungan dengan ukuran piringan penangkap sinyal. Jadi semakin besar energinya maka ukuran piringan yang dibutuhkan untuk menangkap sinyal tersebut akan semakin kecil.
Baca juga: Garap Proyek Satelit Militer Indonesia, Airbus Defence and Space Gandeng GigaSat
Baca juga: LAPAN-A2 – Satelit Mikro dengan Kemampuan Intai Maritim
Sistem Ku-band menawarkan fleksibilitas yang lebih besar. Selain itu, Ku-band juga lebih tahan terhadap hujan dibandingkan dengan Ka-band. Sistem Ku-band juga lebih terjangkau dari segi biaya karena hanya memakai satu piring saja dan dapat menggunakan antena yang kecil. Meski ada kelebihan, Ku-band amat rentan terhadap gangguan cuaca, terutama ketika hujan lebat. Badai hujan yang besar dapat mengganggu jalannya proses penerimaan dan pengiriman sinyal bagi satelit yang memakai sistem Ku-band.
Baca juga: BRIsat – Akankah Jadi Satelit Komunikasi Utama TNI?
Kedepaannya TNI AL dikabarkan akan memperbanyak penerapan sistem Satcom di kapal-kapal perang lainnya. Sebagai backbone jaringan Satcom, TNI AL menggunakan satelit milik Telkom Indonesia yang beroperasi di frekuensi Ku-band dan C-band. Selain satelit dari Telkom, TNI AL saat ini juga menggunakan jasa satelit BRIsat untuk Siskomsat (Sistem Komunikasi Satelit), teutama untuk ntuk penugasan prajurit yang bertugas di pulau-pulau terluar, surveillance, mobile trunking, dan backpack prajurit Korps Marinir. (Haryo Adjie)
Akhirnya BRISat..dipakai…ixixxiixix
KONTRA KETERANGAN di Alinea 4
Selain itu, Ku-band juga lebih tahan terhadap hujan dibandingkan dengan Ka-band.
VS
Meski ada kelebihan, Ku-band amat rentan terhadap gangguan cuaca, terutama ketika hujan lebat
Setahu saya KUBAND memang jelek diwaktu hujan. Yg tahan cuaca adalah SBAND. tapi SBAND Rentan terhadap suara bising.
tni satelitnya kok nebeng ya
kayak motor aja,nebeng dong mas…..
Biar sekarang gini bung…Tunggu aja di th ±2019, satelit pesanan TNI dah orbit….
bentar lagi juga punya satelit militer 2018/19
Halo gadungan !
Saya malah tertarik pada ruang kosong yang ditaruh drum-drum dan ban-ban, kelihatannya cukup untuk beberapa stanflex modul. Lumayan tuh kalo ada stanflex diisi vls.
Mending diisi kontainer NEMO siap pakai… karena statusnya LPD meriam nemo berguna utk membombardir posisi musuh atau support bagi pendaratan marinir
tukang ngitung phd terbukti peniru dan nebeng tukang ngitung yg lain
Ini loncatan jaring komunikasi pertahanan yg layak diapresiasi dan ditingkatkan. Kalo sdh bisa mandiri di bidang satelit dan komunikasi, tinggal ditingkatkan menjadi cyberwar ability (pernika) yg dpt diaplikasikan ke semua alutsista mulai dari kaprang, kasel, pespur, heli, drone, awacs, tank, panser bahkan sampai tingkat personel yaitu radio komunikasi terenkripsi. Yg kita belum mampu adalah membuat roket peluncur satelit dan SDM cyberwar dan programmer softwar di TNI yg masih perlu ditingkatkan kemampuannya. Imho
mending frek S band ga terpengruh cuaca…
@arie
Setau saya, satelit utk kepentingan komersial lazim menggunakan bekerja pd gelombang ini krn satelitnya pasti lebih murah dibanding yang bekerja pd gelombang S, platformnya lebih ringan&ringkas, serta kualitas resolusinya jg lebih tinggi (dibanding gel.S)…tapi tentu saja dg konsekuensi spt yang anda sampaikan
Bisa untuk sharing data radar untuk penembakan rudal.
Apalagi jika data posisi rudal sudah disediakan satelit militer, bisa untuk memandu rudal jarak jauh kayak rudal kaliber atau uav jarak jauh.
Ini satcom komersial bu rini, tampaknya belum dilengkapi datalink standar militer