Update Drone KamikazeKlik di Atas

Sempat Beraksi di Operasi Badai Gurun, F/A-16 Fighting Falcon dengan Kanon A-10 Thunderbolt Tak Berumur Panjang

Selain jagoan dogfight, F-16 Fighting Falcon punya reputasi memukau dalam misi Close Air Support (CAS), hal itu dapat dicapai berkat kombinasi kanon internal Gatling Gun Vulcan M61A1 kaliber 20 mm dan berbagai senjata presisi. Namun, lebih dari itu, F-16 mampu melepaskan kanon dengan kaliber yang lebih besar, yakni menggunakan kanon kaliber 30 mm seperti yang digunakan pada A-10 “Warthog” Thunderbolt II.

Baca juga: Ternyata Yordania, Negara yang Dalam Negosiasi Pembelian A-10 Thunderbolt II (Warthog)

Pasca Perang Dingin, Angkatan Udara AS (USAF) pernah memasang kanon laras putar kaliber besar sekaliber GAU-8 Avenger 30 mm pada jet tempur F-16 yang ringan dan terkenal lincah. Konsep ini, yang awalnya dikenal sebagai A-16 dan kemudian diberi label F/A-16, digadang membuat pesawat tempur multirole F-16 mengambil alih peran dukungan udara dekat (CAS) A-10 Thunderbolt II.

Wujud dari F/A-16 adalah dengan pemasangan pod kanon yang dibawa di bawah setiap sayap dan pod tengah di bawah pesawat. Pod-pod ini akan menampung sepasang senapan mesin ringan 7,62 mm yang serasi di bawah sayap, yang dimaksudkan untuk mendukung sistem senjata utama, yakni pod GBU-5 (berisi kanon GAU-13/A 30 mm) dibawah central fuselage.

Pod GBU-5 GAU-13/A dipersiapkan untuk menembakkan proyektil depleted uranium seukuran kaleng Red Bull ke target darat kendaraan lapis baja dengan kecepatan 40 peluru per detik.

Sebagai catatan, kanon GAU-13/A pada pod GBU-5 dan kanon GAU-8 Avenger pada A-10 Thunderbolt, mengadopsi kaliber yang sama, yakni 30x173mm dengan jangkauan yang sama. Hanya bedanya, GAU-8 Avenger adalah gatling gun dengan tujuh laras, sementara GAU-13/A adalah gatling gun dengan empat laras putar. Kedua kanon kaliber besar ini adalah produksi General Electric.

Dengan kombinasi kecepatan dan kelincahan F-16 dan daya tembak A-10 yang luar biasa ini, Angkatan Udara AS berharap akan menghasilkan platform dukungan udara jarak dekat yang lebih tangguh, dan platform yang mampu menawarkan kehadiran ‘Warthog’ tanpa kerentanannya terhadap pertahanan udara musuh.

Idenya tampak begitu menjanjikan sehingga sejumlah kecil F-16 bahkan dimodifikasi dan dilengkapi dengan varian baru berbasis pod dari kanon A-10 dan dikerahkan ke Irak untuk Operasi Badai Gurun (Desert Storm)/Perang Teluk I, di mana sekelompok pilot dari Garda Nasional Udara New York ditugaskan untuk menentukan sekali dan untuk selamanya, apakah konsep F/A-16 baru ini layak diteruskan atau sebaliknya.

Beberapa F-16 Block 15 dimodifikasi dan diubah menjadi trim A-16 di Pangkalan Angkatan Udara Shaw untuk pengujian. Beberapa berpendapat bahwa A-16, meskipun cepat dan lincah, tidak memiliki ketangguhan yang dibutuhkan untuk bertahan dari tembakan senjata ringan yang harus dihadapi pesawat serangan darat seperti itu, sementara yang lain membuat klaim yang sekarang sudah dikenal bahwa A-10 terlalu lambat untuk bertahan di medan pertempuran modern.

Kemudian ketika kampanye udara Operasi Badai Gurun dimulai pada awal tahun 1991, Angkatan Udara AS melihat peluangnya untuk menunjukkan bahwa F-16 benar-benar dapat terbang dan bertempur menggunakan kanon putar 30 mm yang dipasangkan. Sekelompok 24 unit F-16A dan F-16B dari Wing Tempur Taktis ke-174 Garda Nasional Udara New York dilengkapi dengan pod senjata GBU-5 dan diberi nama baru F/A-16, yang menggabungkan awalan pesawat tempur dan serang.

Pesawat-pesawat ini terbang ke medan tempur dengan harapan CAS Angkatan Udara bertumpu di pundak mereka, tetapi terlepas dari upaya terbaik para pilot, dalam 48 jam uji coba, pod senjata 30 mm pada F/A-16 ternyata tidak memenuhi harapan. Beberapa analisa mengemuka tentang kegagalan penggunaan pid GBU-5 30 mm pada F/A-16, yaitu:

1. Penempatan pod yang mengganggu aerodinamika
Penempatan pod kanon GBU-5 (berbobot kosong 1,6 ton) di bawah sayap atau fuselage dapat mengubah karakteristik aerodinamis F-16, yang mempengaruhi kinerjanya, terutama dalam manuver udara-ke-udara. F-16 dirancang untuk menjadi pesawat yang sangat lincah dan penambahan pod ini mengurangi kelincahannya.

2. Masalah Stabilitas dan Kontrol
Pod kanon menambah beban asimetris pada pesawat, yang bisa mempengaruhi stabilitas dan kontrol selama penerbangan. Hal ini menjadi masalah serius terutama dalam operasi tempur yang memerlukan presisi dan manuver cepat.

3. Kesulitan Pembidikan Sasaran
Meskipun A-10 terbang dengan kecepatan jelajah standar sekitar 539 km per jam saat menyerang target darat, kecepatan jelajah F-16 biasanya hampir dua kali lipatnya. Secara teori, kecepatan tambahan ini akan membuat F/A-16 menjadi target yang lebih sulit bagi pasukan darat, tetapi dalam praktiknya, itu berarti pilot F/A-16 memiliki waktu yang jauh lebih sedikit untuk mengarahkan target selama melakukan serangan ke permukaan.

4. Masalah dengan Recoil
GBU-5 30 mm memiliki recoil (efek tolak balik) yang signifikan saat ditembakkan. Recoil ini bisa mempengaruhi jalur penerbangan pesawat, yang membuat penembakan presisi menjadi sulit dan berpotensi membahayakan pesawat itu sendiri. Bahkan efek recoil dan getaran GBU-5 berpotensi menyebabkan kerusakan pada perangkat elektronik dan struktur pesawat.

5. Efisiensi dan Efektivitas
Penggunaan pod kanon juga menambah berat tambahan dan mengurangi ruang untuk senjata atau peralatan lain yang mungkin lebih penting untuk misi serangan darat. Ini menurunkan efisiensi operasional pesawat dalam misi-misi yang ditugaskan.

6. Pengurangan Muatan dan Jangkauan
Menambahkan pod kanon juga berarti mengurangi muatan bahan bakar atau senjata lain, yang mengurangi jangkauan operasional dan kapasitas serangan pesawat.

Kesulitan teknis dan operasional ini menyebabkan Angkatan Udara AS akhirnya memutuskan bahwa F-16 lebih baik dipertahankan dalam peran utamanya sebagai pesawat tempur multi-peran ringan tanpa modifikasi besar untuk peran serangan darat yang lebih berat, yang bisa dilakukan lebih efektif oleh pesawat lain seperti F-15E Strike Eagle atau A-10 Thunderbolt II. (Bayu Pamungkas)

Mulai Ditempatkan di Eropa, AS Pastikan GAU-8 Avenger di A-10 Thunderbolt Dapat Menembus Lapisan ERA di Main Battle Tank