Inilah GSD LuWa, Calon Pengganti Ranpur Lapis Baja ‘Imut’ Rheinmetall Wiesel

(soldat-und-technik.de)

Tidak terasa, usia ranpur lapis baja roda rantai berdesain imut khas Jerman, Rheinmetall Wiesel telah menua. Diproduksi pada periode 1979-1993, populasi Wiesel 1 telah mencapai 343 unit dan Wiesel 2 178 unit. Meski sampai saat ini dengan beragam varian masih dioperasikan oleh Angkatan Darat Jerman, namun pengganti Sang Musang rupanya sudah dipersiapkan.

Baca juga: Rheinmetall Wiesel – Ditawarkan Sejak Puluhan Tahun Untuk TNI

IABG (Industrieanlagen-Betriebsgesellschaft mbH), perusahaan teknik dan teknologi Jerman yang berspesialisasi dalam memberikan layanan ke berbagai industri, termasuk pertahanan, otomotif, kedirgantaraan, ditugaskan oleh BAAINBw sebagai kontraktor umum, mempresentasikan demonstrator sistem lengkap wahana lapis baja untuk pasukan lintas udara (GSD LuWa/Gesamtsystemdemonstrator für einen Luftbeweglichen Waffenträger) setelah durasi proyek ini berjalan selama 14 bulan.

Bersama dengan mitra proyek ACS, FFG dan Valhalla Turrets, desain interior dipresentasikan kepada pihak Kementerian Pertahanan Jerman di Derching dekat Augsburg. GSD LuWa yang disebut juga sebagai Wiesel Next Generation mulai mendapatkan evaluasi desain pada pertengahan tahun 2022.

(soldat-und-technik.de)

Desain GSD LuWa sangat unik dan seluruh kendaraan telah dirancang berukuran kecil dengan ringan sehingga kendaraan dapat dengan mudah dijatuhkan dari udara. Lambung kendaraan dilengkapi dengan dua jendela besar anti peluru di bagian depan dan satu jendela kecil tambahan di setiap sisi, menawarkan pandangan 180° untuk awaknya.

Rancangan GSD LuWa didasarkan pada suspensi twin-track independen, masing-masing termasuk tiga roda jalan dan satu roller balik. Atap kendaraan dilengkapi dengan stasiun senjata tak berawak yang dipersenjatai dengan satu meriam 30 mm yang dikembangkan oleh perusahaan Slovenia Valhalla Turrets.

Bagian depan lambung dilengkapi dengan dua jendela besar anti peluru yang menawarkan pandangan 180° untuk operator, serta satu jendela kecil di setiap sisi lambung.

Prototipe GSD LuWa dilengkapi dengan stasiun senjata tak berawak yang dioperasikan dari jarak jauh yang dipersenjatai dengan satu kanon otomatis 30 mm yang mampu menyerang target pada jarak tembak maksimum 3.000 meter. Kanon 30 mm pada ranpur ini mampu menembakkan berbagai jenis amunisi, termasuk jenis APFSDS-T (Armor-Piercing Fin-Stabilized Discarding Sabot) yang memberikan penetrasi armor yang cukup terhadap ancaman medan perang saat ini dan di masa depan.

Sebagai dapur pacu, GSD LuWa ditenagai dengan paket daya hibrida diesel-listrik yang menawarkan mode pengoperasian senyap.

Untuk ranpur Wiesel yang menjadi acuan dari desain GSD LuWa, dirancang sejak tahun 70-an dan mulai memperkuat AD Jerman pada akhir tahun 1980. Dengan bobot pada varian standar 2,7 ton, menjadikan Wiesel masuk kategori light air transportable armoured fighting vehicle, artinya jenis ranpur lapis baja ringan yang dipersiapkan untuk mobilitas taktis lewat udara.

Wiesel diangkut dengan sling oleh Puma Pelita Air Service.
Wiesel saat diangkut dengan truk TNI.

Dengan ukuran yang kecil serta berat yang ringan, pesawat angkut berat C-130 Hercules bisa membawa 2 unit Wiesel dalam sekali sortir. Helikopter sekelas SA330 Puma pun dapat menggotong Wiesel lewat kabel sling.

Baca juga: Cina Tampilkan Ranpur Lapis Baja Roda Rantai yang Mirip Rheinmetall Wiesel

yang cukup menarik lagi, Wiesel sejatinya sudah lama diperkenalkan untuk Indonesia. Di sekitaran tahun 1989-1990, Wiesel bahkan kerap di iklankan di sebuah majalah Militer era 80-an. Saat itu, Wiesel masih diproduksi oleh Krupp Mak. Dan nyatanya Wiesel pun sudah pernah di uji coba pada kontur medan di Indonesia. (Bayu Pamungkas)

2 Comments