Dengan Roket AGR-20F, Jet Tempur F-15E Strike Eagle Kini Siap Hancurkan Drone dengan ‘Hemat Biaya’
Bisa menjadi ancaman yang tidak terduga, misi anti drone kini menjadi opsi diperhitungkan untuk ditangani oleh jet tempur. Namun, ada pra syarat untuk meladeni drone berukuran kecil dan berharga relatif murah, salah satunya dengan penggunaan amunisi berpemandu yang hemat biaya.
Seperti belum lama ini dilakoni jet tempur F-15E Strike Eagle Angkatan Udara AS (USAF), yang mengintegrasikan roket berpemandu laser AGR 20F Advanced Precision Kill Weapon System (APKWS) II untuk misi anti drone
Roket berpemandu presisi AGR-20F awalnya dikembangkan untuk platform ringan, kini mampu beroperasi dan diluncurkan dari jet tempur F-15E Strike Eagle, menghadirkan kemampuan anti drone dan serangan presisi baru ke salah pesawat tempur multiperan terkuat Angkatan Udara AS.
Upaya integrasi, yang dilakukan oleh 96th Test Wing dan 53rd Wing, dan berkembang dari uji coba darat (ground test) hingga pengerahan tempur hanya dalam sembilan hari, mendefinisikan ulang penerjunan cepat untuk kekuatan udara taktis.
Roket 70mm dengan Kit Pemandu APKWS, Solusi Efektif dan Murah untuk Hancurkan Drone
AGR-20F adalah versi berpemandu laser dari roket Hydra 70 mm, yang dirancang untuk menyerang dengan akurasi tinggi sekaligus menawarkan alternatif yang hemat biaya dibandingkan rudal berpemandu yang lebih besar. Dengan berat sekitar 13 kg dan jangkauan jelajah 5 hingga 7 kilometer, roket ini mengisi celah penting antara amunisi tanpa pemandu dan sistem presisi mahal seperti GBU-39 atau AGM-65 Maverick.
Integrasinya ke dalam F-15E menambahkan opsi yang dapat diskalakan untuk menghadapi ancaman berbiaya rendah seperti drone kecil, kendaraan ringan, dan pesawat serang cepat dengan risiko kolateral minimal.
F-15E tidak memiliki metode untuk membawa AGR-20F, maka para insinyur mengatasinya dengan menggunakan kembali sistem Triple Ejector Rack-9A dan peluncur roket LAU-131 yang lama. Komponen-komponen era 1970-an ini diselamatkan dari penyimpanan jangka panjang dan dimodifikasi untuk penggunaan modern.
Tak kalah penting adalah rancangan antarmuka (interface) digital yang memungkinkan AGR-20F berkomunikasi dengan avionik F-15E. Sebelum integrasi ini, antarmuka semacam itu tidak ada. Solusinya didasarkan pada pekerjaan sebelumnya yang telah diselesaikan untuk F-16, dan memerlukan adaptasi perangkat lunak dan arsitektur perkabelan. Koneksi baru ini memungkinkan roket menerima data penargetan saat terbang dan merespons isyarat penunjukan laser yang diberikan oleh pod penargetan pesawat. Hal ini memastikan panduan terminal pada roket secara real-time dan memungkinkan penargetan yang akurat di berbagai profil misi.
Uji terbang mencakup skenario berbasis darat dan air. AGR-20F terbukti efektif melawan target darat bergerak dan statis yang mensimulasikan sistem udara nirawak dan kendaraan lapis baja ringan. Uji maritim mengonfirmasi kemampuan senjata untuk menyerang ancaman permukaan kecil, memperluas peran Strike Eagle dalam misi serangan pesisir dan pantai. Profil roket yang ringan dan waktu tepat sasaran yang cepat menjadikannya ideal untuk operasi di wilayah udara yang padat atau diperebutkan di mana amunisi tradisional mungkin tidak cocok karena biaya, ukuran, atau risiko efek samping.
Penggunaan AGR-20F pada F-15E mencerminkan pergeseran yang lebih luas dalam strategi amunisi Angkatan Udara AS. Seiring dengan meningkatnya penggunaan drone berbiaya rendah dan sistem non-konvensional yang bergerak cepat oleh musuh, Angkatan Udara memprioritaskan opsi presisi terjangkau yang dapat digunakan secara luas di seluruh armada lama dan armada garis depan.
AGR-20F yang diproduksi BAE Systems, menawarkan solusi berbiaya rendah per tembakan yang memperpanjang masa pakai amunisi yang lebih mahal dan memungkinkan pesawat untuk melakukan tembakan bervolume terhadap kawanan drone atau kendaraan lapis baja dengan akurasi yang presisi. (Bayu Pamungkas)
Drone kamikaze paling murah lebih dari 500 juta rupiah. Ya lebih rudal presisi murah, daripada pesawat harus terbang rendah.
kalau mau benar benar murah sih, mending pake gunpod kaliber sedang seperti 7,62/12,7 kecuali target dronenya sekelas reaper/CH series pake roket pemandu masih worth
Lebih murah dronenya yang cuma berbiaya ratusan usd dibanding roket ffar yang berbiaya sekitar 3 ribu usd.