Kapal Selam Changbogo III Bakal Menggunakan Baterai Lithium Ion
|Meski belum diputuskan secara resmi, keinginan AL Korea Selatan untuk membangun kapal selama bertenaga nuklir sempat menjadi bahan pembicaraan netizen global. Selain karena akan dilengkapi Vertical Launching System (VLS), pertanyaan publik terfokus pada jenis platform apa yang bakal digunakan sebagai pijakan pembuatan kapal selam nuklir tersebut.
Baca juga: Korea Selatan Bakal Bangun Kapal Selam Nuklir dengan Vertical Launching System
Lantaran desain VLS rupanya sudah melekat pada Changbogo III (KSS-III), yaitu desain kapal selam dengan bobot 3.000 – 4.000 ton, maka Changbogo III yang kemudian yang diduga sebagai platform pijakan pengembangan kapal selam nuklir Korea Selatan.
Lepas dari itu, Changbogo III dengan VLS untuk rudal balistik secara resmi telah diperlihatkan dalam wujud model skala di ajang International Maritime Defense Industry Exhibition (MADEX 2019) yang berlangsung 22-25 Oktober 2019 di Busan.
Tapi perlu jadi catatan, model skala Changbogo III ber-VLS bukanlah kapal selam nuklir, melainkan ‘masih’ mengacu pada konsep diesel listrik, artinya saat menyelam, kapal selam mengandalkan pasokan tenaga dari baterai.
Dikutip dari navalnews.com (23/10/2019), disebutkan Changbogo III VLS punya panjang 85 meter, jumlah peluncur VLS-nya pun tak seperti dugaan awal yang 6 peluncur, melainkan ada 10 peluncur. Informasi yang menarik, Changbogo III ini nantinya akan menggunakan baterai Lithium ion (Li-ion) dan teknologi motor High-Temperature Superconductor (HTS) untuk sistem propulsi yang terintegrasi penuh.
Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) sebagai galangan yang ditunjuk untuk pembangunan Changbogo III menyebut, bahwa dibanding kapal selam Changbogo sebelumnya, pada Changbogo III ada penambahan bow thruster yang dapat ditarik.
Vendor pemasok untuk baterai Li-ion adalah Hanwha Defense, yang memanfaatkan commercial cells dari Samsung SDI. Akan ada 24 cell per tray, dimana dibutuhkan 8 tray pada tiap modul. Yang akan disiapkan pada kapal selam mencakup sekitar 100 modul yang ditempatkan di bagian depan dan 100 modul lainnya di bagian belakang. Teknologi baterai tersebut akan meningkatkan efisiensi energi dengan kepadatan energi yang lebih baik, masa pakai baterai lebih lama dan lebih optimal dibandingkan dengan penggunaan baterai dari jenis lead acid (timbal asam).
Hanwha Defense mengatakan bahwa baterai Li-Ion memberikan daya tahan 160 persen lebih tinggi (output lebih lama) pada kecepatan ekonomi dan 300 persen lebih tahan pada kecepatan maksimum. Baterai Li-Ion juga menyediakan dua kali lipat jumlah siklus pengisian daya (hingga 10 tahun masa pakai) dibandingkan dengan baterai lead acid.
Hanwha Defense mengaku telah melakukan serangkaian pengujian di fasilitas darat pada tahun 2016. Sejauh ini, baru Jepang yang memasang baterai Li-ion di atas kapal selam untuk proses pengujian. (Gilang Perdana)
Percuma punya kapal selam, jikalau masih terdeteksi kapal/pesawat musuh.
Mending perbanyak drone, sekali terbang 100 drone berudal, musuh pasti bingung dan rudalnya gak cukup menghabisi 100 drone. Begitu juga kapal induk, bila dikelilingi 100 kapal kecil tapi berudal, akan bingung dan nyerah.
Sekarang era nya sdh lain, bukan bnyknya pasukan yg akan menang, tapi yg punya alutista canggih dan tak berawak.
Jawaban meng-kontradiksi sendiri. Era sudah lain? Yang menetapkan era ini siapa ya? Bukan banyaknya pasukan yang bikin menang? Namun sampean bilang mending 100 drone berudal atau 100 kapal kecil berudal…. bukannya itu justru definisi pasukan banyak?
Tetap aja msh butuh pengisian daya. Blm lg tingkat panas, temperatur, jd solusi terbaik adalah baterai dgn sistem pengisian daya sendiri (self charging) aman dr kasus di atas. Terutama saat terkunci oleh misil musuh saat terdeteksi panas..
Sama dng HP saya donk pake baterai Lithium ion (Li-ion) tahan sampe seminggu….hehehe
Bicara kapal selam diesel elektrik. Pastinya teringat kasel kilo next generation yg berjuluk “Black Hole”, bertenaga diesel elektrik yg ditingkatkan. Makin menambah kesenyapannya. Dan julukan itu bukan Rusia yg meminta, tapi seteru merekalah yg memberi gelar tsb. Terbukti sekali memang persenjataan Rusia sdh diakui sangat Strooonngg Bingiiittt.
Percuma punya kapal selam, jikalau masih terdeteksi kapal/pesawat musuh.
Mending perbanyak drone, sekali terbang 100 drone berudal, musuh pasti bingung dan rudalnya gak cukup menghabisi 100 drone. Begitu juga kapal induk, bila dikelilingi 100 kapal kecil tapi berudal, akan bingung dan nyerah.
Kapal selam tidak bisa bertenaga diesel/motor bakar, kan kalau didalam laut butuh oksigen untuk pembakarannya.
Kapal selam tidak bisa bertenaga diesel/motor bakar saja, kan kalau didalam laut butuh oksigen untuk pembakarannya.
Maka didalam laut menggunakan motor listrik dan battery, karena arusnya besar maka butuh high temperature superconductor, saya ahlinya tuh, sbb dipakai di MRI, Alkes/alat kesehatan.
Borooong laah 6 unit aja
menhan maunya U218 …
Keknya U214 improved kayak KSS-III bagus tuh om buat sini